Bogordaily.net – Kongres PSI tinggal menghitung pekan, nama-nama calon ketua Umum PSi sudah diusulkan sejumlah daerah.
Dan nama Jokowi mencuat paling santer di antara kandidat calon ketua umum.
Rencana besar tengah disiapkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Kongres pertama partai berlambang bunga mawar itu akan digelar Juli mendatang di Solo, Jawa Tengah.
Agenda utamanya: memilih ketua umum baru. Dan nama Joko Widodo disebut-sebut sebagai kandidat terkuat.
Kepastian lokasi kongres itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum PSI saat ini, Kaesang Pangarep. “Insya Allah, nanti kami tinggal mengikuti teman-teman di Solo. Persiapan insya Allah besok,” kata Kaesang di Loji Gandrung, Solo.
Kaesang berseloroh alasan pemilihan Solo karena kedekatan lokasi dengan rumahnya. Ia juga mengakui bahwa kongres awalnya direncanakan digelar Mei, namun harus diundur ke Juli. “Cedak omah, he-he-he,” ujarnya, tertawa kecil.
Kaesang memastikan pemilihan ketua umum akan dilakukan secara terbuka dengan sistem one man, one vote. Ia menambahkan, semua kader berhak mendaftar. “Harapannya lancar, sehat semua kadernya. Semua boleh daftar,” katanya.
Menjelang kongres, empat nama mulai mengemuka di bursa calon ketua umum PSI. Mereka adalah Presiden ke-7 RI Joko Widodo, Kaesang Pangarep sendiri, juru bicara PSI Agus Herlambang, dan anggota Dewan Pembina PSI Isyana Bagoes Oka.
Usulan nama-nama itu datang dari sejumlah DPW PSI di berbagai daerah. “Dari DKI Jakarta mengusulkan Pak Jokowi, dari Jawa Barat ada Mas Kaesang dan Bro Agus, lalu dari Bali ada yang mengusulkan saya,” kata Isyana saat ditemui di kantor Kemendukbangga, Jakarta Timur.
Isyana belum memastikan apakah dirinya akan maju. Ia masih menunggu dinamika yang berkembang di tingkat wilayah. “Baru tiga DPW yang menyampaikan nama. Kita lihat nanti bagaimana suara DPW-DPW lain. Pendaftaran masih sampai akhir Mei,” ujarnya.
Kongres ini menjadi penentu arah baru PSI pasca kepemimpinan Kaesang yang diangkat pada September tahun lalu.
Jika benar Jokowi menerima pencalonan itu, dinamika partai bisa berubah total. Apalagi, setelah Presiden dua periode itu tak lagi menjabat, spekulasi soal masa depan politiknya terus bergulir.***