Wednesday, 21 May 2025
HomeTravellingMegawati Hangestri Pertiwi Curhat Blak-blakan Kenapa Tak Maksimal di Final Four Proliga...

Megawati Hangestri Pertiwi Curhat Blak-blakan Kenapa Tak Maksimal di Final Four Proliga 2025

Bogordaily.net – Banyak orang bertanya-tanya: kenapa seperti bukan Megawati yang biasanya saat tampil di final four Proliga 2025?

Mega adalah ikon. Pukulan kerasnya itu, yang kadang tak bisa dikejar bahkan oleh mata, telah membuat jutaan anak-anak muda Indonesia jatuh cinta pada voli.

Tapi di final four, dia nyaris seperti bayangan dirinya sendiri. Bukan karena tak ingin hebat. Tapi karena tubuhnya berkata: sudah cukup.

Baru kemarin misteri itu terjawab. Saat ia duduk di hadapan Deddy Corbuzier. Wajahnya datar. Suaranya tak dibuat dramatis.

Tapi apa yang ia ceritakan seperti sedang mendengar kisah seorang pejuang yang pulang dengan luka-luka—dan tetap ingin bertarung.

Mega cedera. Betisnya robek. Bukan sobek kecil. Tapi 22 sentimeter. Overuse. Terlalu sering dipaksa bekerja tanpa sempat benar-benar pulih.

“Itu sudah terasa sejak leg pertama final liga Korea, lawan Pink Spiders,” katanya.

Mega menjelaskannya cukup untuk membuat bergidik. Di leg kedua, ia tetap main. Katanya, “masih bisa lompat, masih bisa main, ya saya teruskan.”

Bayangkan: betis sudah robek, lutut bengkak, paha atas tertarik, tapi ia masih main. Lima set. Tanpa obat penghilang rasa sakit.

Orang mungkin melihatnya seperti keras kepala. Tapi, itu keteguhan seorang anak muda yang tidak ingin mengecewakan siapa pun. Tidak negaranya. Tidak klubnya. Tidak para penggemarnya.

Termasuk ketika ia diminta memperkuat Gresik Petrokimia di final four Proliga. Saat itu, ia belum cedera. Dan ia bilang ya. Tapi ketika cedera datang, ia sempat ingin membatalkan.

“Saya bilang ke manajer, batalin saja kontraknya,” ucapnya. Tapi pihak Petrokimia bilang: tetap datang saja.

Mega datang. Tapi hanya tampil beberapa saat.

Betapa galaunya perasaan seorang atlet yang tahu bahwa tubuhnya sudah tidak bisa, tapi tetap ingin memberi yang terbaik.

Tidak semua orang bisa seperti itu. Banyak yang memilih mundur. Tapi Mega memilih hadir. Meski tahu dirinya tak akan bisa tampil maksimal.

Ini bukan pertama kalinya Mega bermain sambil membawa rasa sakit. Ia juga pernah melakukannya di SEA Games. Dan di liga Korea.

Bukan karena gila bermain, tapi karena terlalu banyak yang menaruh harapan padanya. Terlalu banyak yang ingin melihatnya memukul bola keras itu—yang selalu membuat penonton bersorak.

Kadang, semua lupa. Di balik seragam atlet yang basah keringat itu, ada manusia. Yang bisa sakit. Yang bisa lelah. Tapi tetap datang ke lapangan dengan senyum.

Mega akan memperkuat timnas lagi di AVC 2025. Tapi tidak ada yang tahu apakah ia akan benar-benar pulih. Tapi l kalau ia main, itu bukan karena tubuhnya sudah 100 persen siap. Tapi pasti karena hatinya yang siap lebih dulu.

Dan mungkin, karena ia tahu: bangsa ini selalu menunggu pukulannya.

Pukulan yang datang dari seorang —yang betisnya pernah robek 22 cm, tapi tetap ingin main lima set tanpa obat penghilang rasa sakit.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here