Bogordaily.net – CEO Gold’s Gym Indonesia kini menjadi sorotan tajam setelah jaringan gym waralaba internasional itu menutup sejumlah cabang secara tiba-tiba pada Juni 2025.
Penutupan yang dilakukan oleh PT Fit and Health Indonesia, pengelola resmi Gold’s Gym di Indonesia, memicu badai protes dari ribuan anggota dan mantan staf.
Mereka menuntut kejelasan, transparansi, dan tentu saja—pengembalian uang.
Tagar #GoldsGymHarusTanggungJawab menggema di media sosial, menjadi simbol kekecewaan mereka yang merasa ditinggalkan begitu saja. Sebanyak 1.160 orang yang tergabung dalam Forum Korban Gold’s Gym Indonesia (FKGGI) mencatatkan kerugian kolektif hingga Rp7,6 miliar. Semua bermuara pada satu pertanyaan: di mana tanggung jawab CEO Gold’s Gym Indonesia?
Gold’s Gym: Dari Venice Beach ke Menteng Huis
Kisah Gold’s Gym memang dimulai jauh dari Jakarta. Tepatnya di Venice Beach, California, pada tahun 1965 oleh Joe Gold—seorang binaragawan legendaris yang kemudian dianggap sebagai bapak binaraga dunia. Arnold Schwarzenegger pun mengakui peran Joe sebagai figur ayah yang mendorong kariernya di dunia kebugaran.
Gold’s Gym masuk ke Indonesia pada 2007. Di bawah kendali PT Fit and Health Indonesia, cabang pertamanya berdiri gagah di Menteng Huis dan langsung menyabet penghargaan “Best International Gym”.
Sejak saat itu, Gold’s Gym tumbuh pesat, dikenal dengan fasilitas premium dan pelatih pribadi yang berkualitas.
Namun, semua keunggulan itu seolah luntur ketika krisis kepercayaan mulai menggoyang manajemen.
Penutupan Sepihak, Janji Manis, dan Kebingungan Massal
CEO Gold’s Gym Indonesia, Francis Wanandi, adalah sosok di balik ekspansi dan kesuksesan merek ini di tanah air. Tapi kini, nama CEO Gold’s Gym Indonesia justru disebut-sebut dalam berbagai unggahan kemarahan para korban.
Pasalnya, sejak awal Juni 2025, enam cabang di Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Bandung tutup begitu saja, disusul The Breeze BSD dan Bintaro Jaya Xchange Mall yang disegel karena tunggakan.
Sebelum itu, manajemen masih menjual paket keanggotaan hingga 31 Mei 2025—padahal mereka sudah merencanakan untuk hengkang.
Sebagian anggota bahkan baru membayar hingga Rp13 juta untuk personal training, tanpa sempat menggunakan sesi yang dibeli.
Pelatih pribadi pun mengeluh belum dibayar gaji dan komisi, bahkan iuran BPJS pun mandek.
Sungguh kisah yang seperti tidak layak terjadi dalam jaringan waralaba internasional sebesar ini.
Forum Korban Bergerak, Negara Diminta Turun Tangan
FKGGI tidak tinggal diam. Mereka melayangkan surat kepada Kementerian Perdagangan, YLKI, hingga BPSK, mendesak agar kasus ini diusut.
YLKI sendiri mengonfirmasi telah menerima 191 laporan per 19 Juni 2025. Sementara petisi online di Change.org yang digagas N. Arum sudah menembus 1.425 tanda tangan.
Lima tuntutan utama FKGGI:
- Pengembalian dana semua anggota.
- Pembayaran penuh hak karyawan.
- Transparansi soal status hukum PT Fit and Health Indonesia.
- Investigasi dugaan penipuan.
- Keterlibatan negara dalam penyelesaian konflik.
Kemarahan ini menyebar ke media sosial. Banyak mantan staf menyebut mereka “dipaksa mengundurkan diri” sebelum Lebaran agar tidak dibayar penuh.
Bahkan, akun Instagram resmi Gold’s Gym Indonesia tidak menyebut sepatah kata pun tentang penutupan. Ini bukan lagi soal reputasi—ini tentang keadilan yang digantung.
Di Mana Tanggung Jawab CEO Gold’s Gym Indonesia?
CEO Gold’s Gym Indonesia, Francis Wanandi, sebelumnya dikenal sebagai sosok yang membawa nama Indonesia bersinar di panggung waralaba kebugaran dunia.
Tapi kali ini, sorotan datang dari arah yang lain. Tuduhan pembiaran, wanprestasi, bahkan potensi penipuan kini menggantung di pundaknya. Ia belum memberikan pernyataan terbuka, meskipun ribuan orang menunggu klarifikasi.
Pertanyaannya sederhana tapi dalam: apakah CEO Gold’s Gym Indonesia bersedia muncul dan menyelesaikan kekacauan ini?
Sementara itu, transisi ke UFC Gym Indonesia juga menimbulkan tanda tanya baru. Apakah UFC siap menerima warisan konflik dari Gold’s Gym, atau akan ada cerita penutupan jilid dua?
Kisah ini belum usai. Tapi satu hal pasti—publik tak akan berhenti bertanya.***