Bogordaily.net – Seorang balita berusia dua tahun berinisial MA tewas usai diduga tak sengaja minum bahan bakar jenis pertalite yang disimpan dalam botol bekas di rumahnya, di Kelurahan Ketanggi, Kecamatan Ngawi, Jawa Timur, Rabu pagi 2 Juni 2025.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 07.00 WIB, saat keluarga tengah melakukan aktivitas pagi seperti biasa.
Tanpa disadari, sang balita diduga menjangkau botol berisi pertalite yang berada di lokasi terjangkau anak-anak.
Sang kakek, Harianto, yang menjadi saksi utama kejadian itu, mengungkapkan bahwa cucunya mendadak lemas usai meneguk cairan dari botol tersebut.
“Awalnya tidak sadar kalau itu pertalite. Tapi tiba-tiba anak itu muntah dan tidak sadarkan diri. Saya langsung panik,” ungkapnya kepada wartawan.
Harianto mengatakan ia sempat mencoba memberikan pertolongan pertama.
“Saya jungkirkan tubuhnya supaya bisa muntah, saya juga gosok-gosok punggungnya. Tapi karena tidak sadarkan diri, kami langsung bawa ke rumah sakit,” jelasnya.
Dinyatakan Meninggal di RS
Korban sempat dilarikan ke RSUD dr. Soeroto Ngawi untuk mendapatkan penanganan medis. Namun nyawa MA tak berhasil diselamatkan. Ia dinyatakan meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan intensif.
Kasus ini langsung menjadi perhatian pihak kepolisian. Kasat Reskrim Polres Ngawi, AKP Atis Gunadi, menyampaikan bahwa pihaknya masih mendalami kejadian tersebut dan telah membuka penyelidikan.
“Kami sudah turun ke lokasi dan saat ini masih dalam proses penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui kronologi dan penyebab pasti,” ujar AKP Atis.
Insiden ini langsung menuai respons luas dari masyarakat, terutama di media sosial.
Banyak warganet yang mengungkapkan rasa duka dan keprihatinan, sembari mengingatkan pentingnya pengawasan terhadap anak-anak di rumah.
Pakar keselamatan anak menyarankan agar bahan-bahan berbahaya seperti bensin, pestisida, hingga cairan pembersih disimpan di tempat yang terkunci atau jauh dari jangkauan anak-anak.
“Anak-anak di bawah usia lima tahun sangat rentan terhadap keracunan rumah tangga. Mereka belum bisa membedakan cairan berbahaya dengan air minum,” ujar dr. Andri Yulianto, dokter anak di salah satu rumah sakit swasta di Surabaya.
Peristiwa balita minum pertalite ini menjadi pengingat bagi semua orang tua dan pengasuh anak agar lebih waspada terhadap benda dan cairan berbahaya di lingkungan rumah.
Kesedihan keluarga korban menjadi luka mendalam yang semoga tidak terulang kembali di tempat lain.
Pemerintah daerah dan instansi terkait pun diharapkan memberikan edukasi lebih masif terkait keamanan rumah tangga demi keselamatan anak-anak.***