Bogordaily.net – Puncak Bogor Banjir. Tiga kata itu langsung jadi pembicaraan sore Sabtu, 5 Juli 2025.
Hujan deras sejak siang seakan mengguyur tanpa ampun kawasan Megamendung. Dan seperti biasa, banjir datang tanpa aba-aba.
Air tiba-tiba meluap di Jalan Raya Puncak Bogor. Deras. Tinggi. Mengalir seperti anak sungai yang turun dari pegunungan.
Motor-motor satu per satu tumbang. Mereka yang mencoba menerobos arus justru diseret.
Pengendara terpental. Ada yang jatuh dan langsung berdiri. Ada pula yang terseret lebih jauh—berjuang sendiri, sampai warga datang menolong.
Air dari Gunung, Sampah dari Manusia
“Sampah. Itu masalah utamanya,” ujar Ketua RW di kawasan Megamendung. Ia tidak sedang menyalahkan hujan. Ia menyalahkan kita. Kita yang masih dengan santainya membuang plastik ke saluran air.
Air itu, kata dia, datang dari atas: RW 06, 05, 04, 02, hingga ke RW 01. Semuanya muaranya satu: Jalan Raya Puncak.
Saluran tak mampu lagi menampung. Tersumbat. Meluap. Melintasi aspal. Menghantam ban dan rem motor yang tak siap.
“Banjir seperti ini sudah sering,” tambahnya. “Tiap hujan deras. Tapi tak pernah ada penyelesaian yang jelas.”
Ironis. Puncak adalah destinasi wisata favorit di Indonesia. Tapi tiap air turun dari langit, seolah tak ada yang siap.
Gadog Sampai Pandansari: Semua Kena
Tak hanya Megamendung. Luapan air juga menerjang wilayah Gadog dan Desa Pandansari di Kecamatan Ciawi.
Jalan yang biasanya padat saat weekend itu justru sepi oleh suara klakson. Suara mesin tenggelam oleh gemuruh air.
Video amatir yang beredar memperlihatkan sepeda motor saling tabrak saat mencoba bertahan di tengah genangan.
Ada pengendara yang berdiri di tengah jalan, menahan motornya dari arus. Ada pula yang sudah menyerah, menepi dengan wajah pasrah.
Puncak sore itu bukan lagi tentang kabut tipis dan jagung bakar. Ia menjadi panggung darurat banjir mendadak.
Puncak Bogor, Cantik Tapi Rawan
Puncak adalah jalur pegunungan yang menghubungkan Kota Bogor dan Bandung.
Membentang dari Megamendung, Cisarua, sampai Cipanas dan Cianjur. Terletak di antara Gunung Gede-Pangrango dan Pegunungan Jonggol, Puncak memiliki ketinggian sekitar 1.500 meter.
Indah, sejuk, menawan. Tapi sekaligus rawan. Karena air dari atas, dan saluran yang tak sanggup membawa ke bawah.
Masih Mau Buang Sampah ke Selokan?
Banjir di Puncak Bogor tidak datang dari hujan semata. Ia datang dari keteledoran kita semua.
Dari sampah-sampah plastik yang dibuang sembarangan, hingga kebijakan yang tak kunjung tuntas.
Air mungkin akan selalu datang. Tapi banjir bisa dicegah. Jika saluran dibersihkan. Jika kita berhenti menyumbatnya dengan dosa-dosa kecil bernama botol plastik dan kantong kresek.
Puncak boleh indah. Tapi jangan sampai tiap akhir pekan, ia kembali mencekam.***