Tuesday, 5 August 2025
HomeOpiniMenggugat Kemerdekaan Hakiki di Tengah Cengkeraman Kapitalisme dan Individualisme

Menggugat Kemerdekaan Hakiki di Tengah Cengkeraman Kapitalisme dan Individualisme

Bogordaily.net – Agustus kembali datang, membawa harum nostalgia perjuangan, pekik “merdeka!” yang menggema dari lorong sejarah, mengingatkan kita pada tumpah darah para pejuang yang merelakan segalanya demi tanah air bernama Indonesia.

Namun, ketika kita menatap wajah bangsa hari ini, ada satu pertanyaan yang menggantung di langit kemerdekaan kita: Benarkah kita sudah benar-benar merdeka?

Kapitalisme dan Individualisme: Bahaya Senyap di Balik Kemerdekaan
Hari ini, wajah Indonesia telah banyak berubah.

Globalisasi dan kemajuan teknologi membawa angin besar yang tak hanya mempercepat pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menyelipkan racun yang tak kasat mata: ideologi kapitalisme dan budaya individualisme.

Kapitalisme mendorong logika pasar bebas yang menempatkan keuntungan di atas nilai-nilai kemanusiaan. Segala sesuatu diukur dari untung rugi materi, bukan dari manfaat sosial.

Sementara individualisme menanamkan gagasan bahwa sukses adalah urusan pribadi, bukan hasil kerja bersama.

“Yang penting saya selamat, saya sukses, saya naik kelas” menjadi mantera yang sering diucapkan, bahkan tanpa sadar.

Padahal, bangsa ini dibangun di atas fondasi ideologi kerakyatan dan budaya gotong royong. Satu bangsa, satu rasa. Satu jatuh, semua mengulurkan tangan. Itulah roh Indonesia.

Kini, budaya gotong royong perlahan tergeser. Di kota besar, tetangga pun tak saling mengenal. Di desa, nilai tolong-menolong perlahan digantikan transaksionalisme.

Semua serba dihitung. Semua serba bayar. Bahkan solidaritas pun mulai dikomersialisasikan.

Hari Kemerdekaan: Momentum Menyadari Arah Bangsa

Dalam kondisi ini, hari kemerdekaan seharusnya bukan hanya menjadi seremoni tahunan dengan lomba makan kerupuk dan karnaval bendera tetapi menjadi momentum refleksi bersama.

  • Apakah kemerdekaan hanya sebatas lepas dari penjajah asing?
  • Ataukah kemerdekaan sejati adalah saat rakyat terbebas dari penjajahan gaya baru  ketimpangan ekonomi, ketidakpedulian sosial, dan dominasi kekuatan modal?

Memaknai Kemerdekaan yang Hakiki

Kemerdekaan hakiki adalah saat bangsa ini kembali ke jati dirinya.

  • Ketika rakyat menjadi pusat pembangunan, bukan korban pembangunan.
  • Ketika gotong royong menjadi roh kehidupan, bukan hanya slogan di baliho.
  • Ketika nilai kebersamaan lebih kuat daripada ego sektoral.

Kita harus melawan penjajahan yang lebih halus:

  • Ketika anak muda lebih kenal selebriti luar negeri daripada sejarah bangsanya,
  • Ketika petani berjuang sendiri di tengah pasar bebas yang tak adil,
  • Ketika kemiskinan struktural dianggap sebagai takdir, bukan masalah sosial.

Kembali Menjadi Indonesia

Kemerdekaan bukan sekadar ritual. Ia adalah proyek kebudayaan dan peradaban. Ia menuntut kita kembali merawat akar bangsa: kerakyatan dan gotong royong.

Sebab, hanya dengan itulah kita bisa bertahan sebagai bangsa yang bermartabat di tengah badai globalisasi.

Mari kita rayakan kemerdekaan ini dengan lebih dari sekadar seremonial. Mari kita isi dengan tindakan nyata:

  • Membantu tetangga tanpa pamrih,
  • Mendorong ekonomi kerakyatan,
  • Menghidupkan kembali semangat musyawarah,
  • Dan menanamkan rasa bangga menjadi bangsa yang besar karena persatuan dan nilai kebersamaan.

Merdeka bukan hanya soal bebas. Merdeka adalah soal berdaulat, bermartabat, dan berjiwa sosial. Itulah kemerdekaan yang sejati.***

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here