Bogordaily.net – Desa Wisata Malasari. Tiga kata itu mungkin masih asing bagi sebagian orang, tapi tidak bagi Bupati Bogor Rudy Susmanto.
Bahkan, ia menjadikannya panggung utama dua acara besar dalam rangka HUT ke-80 Kemerdekaan RI tahun ini.
Desa yang terletak di Kecamatan Nanggung itu kini bukan lagi desa biasa. Pemerintah Kabupaten Bogor benar-benar memberikan perhatian lebih.
Jalan-jalan diperbaiki, fasilitas penunjang dibangun. Semua demi satu tujuan: mengangkat nama Desa Wisata Malasari ke permukaan, ke tingkat nasional, bahkan internasional.
Dan, tahun ini—untuk pertama kalinya—Desa Wisata Malasari ditetapkan sebagai titik awal Kirab Bendera Merah Putih.
Sebuah penghormatan yang tidak sembarangan. Karena desa ini menyimpan cerita yang jarang diketahui orang.
Di sanalah, pendopo pertama Bupati Bogor berdiri. Sejarah pemerintahan Kabupaten Bogor bermula dari titik itu. Tapi, siapa yang tahu? Tak banyak.
Rudy ingin mengubah itu. Ia tahu bahwa membangun daerah bukan hanya soal jalan dan jembatan, tapi juga tentang ingatan kolektif, tentang rasa memiliki terhadap sejarah.
Maka, dua event besar: Kirab Bendera Pusaka dan Tour Malasari Halimun Salak (TMHS) 2025, dijadikan alat untuk membangkitkan kesadaran itu.
Tour Malasari Halimun Salak bukan sekadar lomba sepeda. Ia adalah perayaan keindahan. Rute yang melewati kebun teh, sawah terasering, dan hutan Halimun, adalah bukti nyata bagaimana alam bisa bersanding dengan budaya.
Para peserta dari Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, hingga Yogyakarta akan merasakan sendiri apa itu desa wisata dengan napas pegunungan.
“Potensi alam Desa Wisata Malasari terlalu berharga untuk dibiarkan begitu saja,” kata Rudy, yang kini juga menjabat Wasekjen DPP Partai Gerindra.
Ia tak sedang promosi politik. Ia sedang bicara tentang tanah kelahirannya, tentang bagaimana desa di ujung barat Bogor itu bisa menjadi wajah baru pariwisata berkelanjutan.
Di sela-sela event olahraga itu, tradisi pun tetap dijaga. Paneh padi, seren taun, hingga cara bertanam tradisional masih lestari di tengah gempuran modernitas.
Desa Wisata Malasari bukan hanya hidup, tapi menghidupkan: alam, budaya, dan sejarah bersatu dalam satu ruang bernama “desa”.
Jika ada satu kalimat yang bisa merangkum semuanya: Desa Wisata Malasari adalah wajah lama yang disiapkan untuk masa depan.
Dan Rudy tahu betul, masa depan itu dimulai hari ini.***