Bogordaily.net – Suasana depan Kompleks Parlemen Senayan pada Ahad siang (31/8/2025) tampak lengang. Tak ada lagi ribuan massa yang sebelumnya memadati area tersebut.
Hanya aparat kepolisian yang masih berjaga membentuk pagar tameng di depan gerbang DPR.
Meski begitu, sisa-sisa gas air mata masih terasa pedih. Seorang pemuda asal Cimahi yang ditemui wartawan mengaku sudah dua hari tidak makan dan terpisah dari rombongannya setelah bentrokan. Pemuda berusia 21 tahun itu—disebut Ahu—membuka cerita soal siapa di balik aksi ricuh Senayan.
Ungkap Rencana Penjarahan
Ahu menyebut dirinya bagian dari rombongan massa bayaran yang dibawa dari Cimahi, Bandung, hingga Bogor menuju Jakarta. Mereka, kata dia, mendapat instruksi membawa bom molotov dan petasan untuk menyerang pagar DPR.
“Sudah disiapkan 160 botol molotov. Katanya nanti target rumah pejabat, di Jakarta Utara banyak mobil mewah,” ujarnya seperti diberitakan Republika.co.id.
Ia juga mengungkap rencana penjarahan rumah sejumlah pejabat negara, termasuk kediaman Menteri Keuangan Sri Mulyani dan politisi Nasdem Ahmad Sahroni. Bahkan, ia mendengar nama Presiden Prabowo Subianto disebut sebagai target terakhir.
Massa Bayaran dan Janji Jarahan
Menurut pengakuannya, massa hanya diberi makan nasi bungkus tiga kali sehari. Imbalannya, disebutkan mereka bisa mengambil barang dari rumah pejabat yang dijarah.
Saat diperlihatkan video penjarahan rumah Ahmad Sahroni di Tanjung Priok, Ahu mengaku mengenali beberapa rekannya. “Itu jaket saya. Itu rombongan saya,” katanya.
Warga Ikut Resah
Tak semua yang hadir di Senayan datang karena bayaran. Ada juga warga yang benar-benar ingin menyampaikan aspirasi. Seperti Salimah (60), warga Kalibata, yang mengaku kesal pada anggota dewan.
“Masak kita bayar listrik, beli beras, bayar pajak, mereka nggak bayar pajak,” ujarnya. Ia bahkan bertekad akan terus bertahan di depan DPR meski hanya seorang diri.
Pertanyaan yang Menggantung
Meski Senayan kini sepi, kisah di balik ricuh belum tuntas. Kesaksian massa bayaran membuka dugaan adanya komando terstruktur di balik aksi. Namun hingga kini, sosok “bos besar” yang disebut-sebut menggerakkan massa tersebut belum terungkap.(republika.co.id)
