Bogordaily.net – Sekretaris Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Sesmen UMKM) Arif Rahman Hakim menegaskan Festival Pinisi tidak hanya menjadi ajang kebanggaan budaya dan jati diri maritim masyarakat Bulukumba, Sulawesi Selatan, tetapi juga ruang kolaborasi strategis antara sektor budaya, pariwisata, dan ekonomi rakyat.
“Festival Pinisi tidak hanya merayakan jati diri maritim Bulukumba, tetapi juga menghadirkan ruang kolaborasi antara budaya, pariwisata, dan ekonomi rakyat, sebuah ekosistem yang kita bangun bersama agar manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat,” ujar Sesmen UMKM Arif Rahman Hakim mewakili Menteri UMKM dalam sambutannya di Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel), Jumat (24/10).
Festival Pinisi XV 2025 mengusung tema “Elaborasi Budaya untuk Pariwisata Berkelanjutan” digelar pada 23–25 Oktober 2025 di Pantai Mandala Ria, Desa Lembanna, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Sulsel.
Festival dimeriahkan berbagai rangkaian acara di antaranya Annyorong Lopi, karnaval budaya, pameran UMKM dan ekonomi kreatif, pemecahan Rekor MURI minum kopi gula aren terbanyak, hingga kegiatan sosial seperti senam bersama dan bersih-bersih pantai.
Arif menjelaskan, Kabupaten Bulukumba dikenal memiliki potensi ekonomi maritim yang kuat dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 128 kilometer. Wilayah ini mencakup 10 kecamatan, 109 desa, dan 27 kelurahan dengan populasi sekitar 475 ribu jiwa.
Basis pengusaha UMKM tersebar di berbagai wilayah dengan keunggulan utama di sektor perikanan, kuliner, serta kerajinan khas seperti perahu Pinisi, sarung hitam Kajang, dan tenun Bira. Produk-produk tersebut kini menjadi daya tarik wisata dan ekonomi kreatif daerah yang memperkuat identitas Bulukumba sebagai kabupaten maritim.
Berdasarkan data Sistem Informasi Data Tunggal (SIDT) UMKM, tercatat ada 55.811 unit UMKM di Kabupaten Bulukumba, terdiri atas 55.549 usaha mikro, 218 usaha kecil, dan 44 usaha menengah.
“Angka ini menegaskan besarnya ekosistem pengusaha mikro yang perlu terus kita dorong agar naik kelas melalui kebijakan, pendampingan, dan perluasan pasar,” kata Arif.
Keunggulan ekonomi Bulukumba tercermin dalam tiga sektor utama, yakni kelautan dan perikanan (produk seperti ikan asap, ikan kering, dan abon), pertanian (olahan jagung, pisang, kopi Kahayya, dan manggis), serta kerajinan khas daerah.
Arif menilai, identitas sektor-sektor ini bukan sekadar daftar produk, melainkan narasi ekonomi lokal yang perlu diikat dengan kerja sama lintas sektor agar mampu memperkuat posisi Bulukumba di pasar wisata dan ritel nasional.
Namun demikian, Arif juga menyoroti masih adanya empat tantangan utama yang dihadapi UMKM setempat, yaitu pemasaran dan promosi yang belum konsisten, pasokan bahan baku yang belum stabil, kapasitas sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan, serta legalitas usaha yang belum merata.
“Untuk menjawab tantangan tersebut, kita perlu satu paket kebijakan yang komprehensif mulai dari pelatihan dan pendampingan, inkubasi usaha, pembiayaan, standardisasi mutu, hingga digitalisasi pemasaran,” ujar Arif.
Ia menambahkan pendekatan tersebut penting agar setiap program saling menguatkan dan menghasilkan dampak nyata bagi pertumbuhan ekonomi lokal.
Arif juga mengajak seluruh pihak untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pengusaha UMKM.
“Pemerintah pusat menyiapkan kebijakan dan dukungan program, pemerintah daerah menata ruang dan membuka akses pasar, sementara pengusaha UMKM menjadi motor utama yang menggerakkan mesin ekonomi daerah,” katanya.
Arif optimistis, dengan kolaborasi berbagai pihak ke depan, ajang Festival Pinisi dapat menjadi penanda kebangkitan UMKM Bulukumba dan memperkuat posisi daerah ini sebagai episentrum ekonomi maritim Sulawesi Selatan.***
