Thursday, 30 October 2025
HomeKota BogorCegah Kematian Ibu dan Bayi di Bogor, Dinkes Luncurkan Program Lungsur Langsar

Cegah Kematian Ibu dan Bayi di Bogor, Dinkes Luncurkan Program Lungsur Langsar

Bogordaily.net – Pemerintah Kota Bogor terus memperkuat komitmennya dalam menekan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai indikator penting kesejahteraan masyarakat.

Dua angka ini menjadi cerminan nyata bagaimana sistem kesehatan di daerah bekerja mulai dari pelayanan dasar, akses fasilitas medis, hingga kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan ibu dan anak.

Keberhasilan menurunkan angka kematian ibu dan bayi tidak sekadar menunjukkan kemajuan di sektor kesehatan, tetapi juga menandakan meningkatnya kualitas hidup dan efektivitas kebijakan pemerintah dalam membangun sistem kesehatan yang inklusif dan berkeadilan.

Menurut laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, tren penurunan angka kematian ibu dan bayi terlihat signifikan pada tahun 2025. Hingga September 2025, tercatat 6 kasus kematian ibu, turun drastis dibandingkan 15 kasus pada 2024 dan 11 kasus pada 2023.

Sebagian besar kematian ibu terjadi pada masa nifas (4 kasus) dan masa kehamilan (2 kasus). Penyebab utama kematian ibu tahun ini didominasi oleh hipertensi dalam kehamilan (3 kasus), komplikasi non-obstetrik (2 kasus), dan perdarahan obstetrik (1 kasus).

Menariknya, seluruh kasus kematian ibu pada dua tahun terakhir terjadi di rumah sakit, menandakan bahwa sistem rujukan di Kota Bogor sudah berjalan lebih baik, meskipun upaya deteksi dini dan penanganan cepat ibu hamil berisiko tinggi masih harus ditingkatkan.

Sementara itu, untuk kematian bayi, angka juga menunjukkan penurunan. Pada tahun 2024 tercatat 114 kasus, sedangkan hingga September 2025 hanya 93 kasus.

Sebagian besar terjadi pada masa neonatal (0–28 hari) dengan penyebab utama gangguan pernapasan dan jantung (44 kasus) serta berat badan lahir rendah dan prematuritas (18 kasus).

Jika dibandingkan dengan data nasional, angka ini relatif lebih rendah. Angka Kematian Ibu nasional pada 2024 mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Provinsi Jawa Barat terdapat 749 kasus atau sekitar 17 persen dari total nasional.

Langkah Strategis Dinas Kesehatan Kota Bogor

Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan berbagai langkah terintegrasi untuk memastikan kesehatan ibu dan bayi terjaga. Program ini tidak hanya berfokus pada aspek medis, tetapi juga pada edukasi, pencegahan, dan pemberdayaan masyarakat.

1. Peningkatan Kesiapan Fasilitas Kesehatan

Melalui Program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival), Dinkes memperkuat layanan kegawatdaruratan ibu dan bayi di 19 puskesmas dan 12 rumah sakit.

Selain itu, dilaksanakan pelatihan USG untuk dokter puskesmas agar mampu mendeteksi risiko kehamilan secara dini.

Dinkes juga melakukan monitoring dan evaluasi triwulanan, serta mengembangkan inovasi “Lungsur Langsar”, yakni sistem pemantauan khusus bagi ibu hamil berisiko tinggi agar mendapatkan perhatian lebih intensif.

2. Penguatan Kapasitas Tenaga Medis

Peningkatan kualitas pelayanan dilakukan melalui pendampingan dokter spesialis kandungan dan anak di setiap puskesmas. Dokter umum, bidan puskesmas, dan bidan praktik mandiri dilibatkan untuk memperkuat pelayanan di tingkat dasar.

Tenaga medis juga mengikuti pelatihan kegawatdaruratan maternal-neonatal serta pelatihan ANC (Antenatal Care) Update sesuai standar nasional terbaru.

Dinkes bahkan memperkenalkan orientasi penyakit jantung bawaan pada bayi baru lahir, guna meningkatkan kemampuan deteksi dini terhadap kelainan fatal sejak dini.

3. Penguatan Koordinasi dan Kolaborasi

Upaya pencegahan tidak bisa dilakukan sendiri oleh fasilitas kesehatan. Dinas Kesehatan membentuk tim audit maternal perinatal untuk mengevaluasi setiap kasus kematian dan menentukan langkah koreksi yang tepat.

Selain itu, dibentuk grup komunikasi cepat (WAG EMAS) yang menghubungkan puskesmas dan rumah sakit agar koordinasi kasus darurat dapat dilakukan real-time.

Koordinasi juga melibatkan lintas sektor dan organisasi profesi seperti IDI, IBI, hingga tokoh masyarakat, agar program penurunan AKI dan AKB berjalan secara komprehensif.

4. Edukasi dan Pemberdayaan Masyarakat

Keterlibatan masyarakat menjadi kunci. Dinkes Kota Bogor menggelar kelas ibu hamil dan kelas ibu balita di berbagai wilayah, bertujuan meningkatkan pemahaman keluarga tentang tanda bahaya kehamilan, pentingnya pemeriksaan rutin, serta perawatan bayi di rumah.

Tenaga kesehatan juga melakukan kunjungan rumah untuk ibu hamil berisiko tinggi, memastikan kondisi ibu dan janin tetap terpantau.

Partisipasi Masyarakat: Pilar Utama Pencegahan Kematian Ibu dan Bayi

Keberhasilan menurunkan angka kematian ibu dan bayi sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat. Melalui kegiatan seperti Posyandu, masyarakat ikut serta dalam pemantauan kehamilan, edukasi gizi, hingga deteksi dini komplikasi.

Manfaat partisipasi masyarakat meliputi:

  1. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang kesehatan ibu dan anak, gizi, serta tanda bahaya kehamilan.
  2. Memperluas cakupan layanan kesehatan hingga ke wilayah terpencil.
  3. Memungkinkan deteksi dini komplikasi, sehingga penanganan dapat dilakukan lebih cepat.
  4. Membangun kepercayaan terhadap sistem kesehatan, karena masyarakat merasa dilibatkan secara langsung.
  5. Mengatasi misinformasi dan stigma seputar kehamilan dan kesehatan reproduksi.
  6. Mendorong peningkatan kualitas layanan kesehatan melalui pengawasan sosial dan dukungan masyarakat.

Pencegahan yang Dapat Dilakukan Ibu dan Keluarga

Dinkes Kota Bogor mengingatkan pentingnya tindakan pencegahan yang bisa dilakukan sejak masa kehamilan.
Berikut beberapa langkah sederhana namun berdampak besar:

  1. Periksa kehamilan secara rutin, minimal empat kali selama masa kehamilan.
  2. Perhatikan asupan nutrisi dan konsumsi vitamin MMS, untuk mencegah anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK).
  3. Rencanakan keluarga dengan bijak, termasuk menunda usia pernikahan dini dan menjaga jarak antar-kehamilan minimal dua tahun.
  4. Libatkan keluarga dalam setiap proses, baik selama kehamilan maupun persalinan.
  5. Segera cari pertolongan medis bila muncul tanda bahaya seperti perdarahan, kejang, atau sesak napas.

Pemerintah Kota Bogor mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menjadi bagian dari gerakan menurunkan AKI dan AKB.

Keluarga diharapkan menjadi pendamping utama bagi ibu hamil, memastikan kebutuhan gizi, istirahat, dan akses layanan kesehatan terpenuhi.

Sementara masyarakat di sekitar lingkungan harus berperan aktif membantu pemantauan, menyebarkan informasi kesehatan yang benar, dan melawan hoaks medis yang kerap beredar.

Dengan sinergi antara pemerintah, tenaga kesehatan, kader, dan masyarakat, Kota Bogor menargetkan diri menjadi kota yang tangguh, sehat, dan ramah bagi ibu serta bayi.***

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here