Friday, 14 November 2025
HomeOpiniLuka Sunyi Perempuan Bangsawan Bugis

Luka Sunyi Perempuan Bangsawan Bugis

Bogordaily.net – Sekira satu minggu lalu, saya dikontak kerabat berprofesi sebagai pengacara. Ia menyampaikan kalau dirinya bertindak selaku kuasa hukum dari seorang perempuan bernama Sara,maisara.

Singkat cerita, dipertemukan lah, saya dengan nara sumber tersebut, ibu Sara,maisara, di sebuah caffe yang nuansanya sangat asri.

Mungkin, jika diukur dengan mesin pemindai gelombang, gelombang tempat Kami berjumpa, berada pada mode frekuensi Alfa (8-12Hz). Rasanya bikin tenang dan menenteramkan.

Saya datang terakhir, ibu Sara, bersama kuasa hukumnya sudah berkumpul.

Usai saling menyapa, mengucapkan salam, satu persatu bersalaman sambil memperkenalkan diri, khususnya saya kepada ibu Sara.

Sejurus kemudian hidangan tersedia di meja makan. Karena belum merasakan lapar, saya hanya memesan jus.

Sambil, menyantap hidangan. Ibu Sara, mulai menceritakan kenapa dirinya ingin bertemu dengan saya.

Ia meyampaikannya dengan sangat rinci dan terstruktur. Pengucapannya lugas serta jelas. Tak heran penuturannya sekonyong-konyong menghadirkan empati. Rasanya sangat emosional.

Kalimat yang terlontar tidak saja pemiliki diksi yang tepat, intonasi gertur tubuh sehingga terdengar kata dalam untaian kalimat yang diucapkan, terasa menggedor dada.

“Bagai mana itu semua bisa terjadi. Dan berlangsung sampai tiga belas tahun berumahtangga?” saya bertanya.

Pertanyaan itu membuat seolah waktu berhenti sesaat. Perempuan berpenampilan sosialita dengan prilaku aristrokrat itu, mengurungkan niatnya menyantap menu yang dipesannya. Seolah nafsu makan tiba-tiba lenyap.

Sendok makan, perlahan tapi pasti disedot grafitasi, jatuh di permukaan piring menu makanan.

Redam Gejolak Emosi

Terlihat ibu Sara, mengatur nafasnya. Jelas ia tengah berusaha meredam gejolak emosi, yang tiba-tiba mencuat bergemuruh di batinnya.

Melihat itu, saya terdiam, memilih membiarkan angin menerpa Kami yang berada di sekeliling meja.

Dari sembilan kalimat pertama yang dilontarkan saat memulai perbincangan. Tercermin jelas jika perempuan ini bukan sembarang orang.

Hati-hati memilih diksi, supaya setiap kata dalam kalimat yang dilontarkan mudah difahami dan memiliki makna.

Tidak hanya itu, pengucapan, intonasi serta gestur tubuh saat bertutur, serta literasi yang mumpuni. Menceritakan derita dan nestapa sebagai seorang istri yang mengaku mengalami KDRT.

Penuturan itu sekaligus mengukuhkan jika dirinya merupakan seorang bangsawan Bugis, seorang Raja Muda Bugis, Sulawesi Selatan.

Penderitaan fisik maupun physikis yang dialami, terasa semakin menyayat hati. Dibalik gelar seorang Raja Muda, tak pernah terkuak jika selama ini, dirinya bertubi-tubi mengalami siksaan dari NA. Begitu pengakuannya.

Betapa kagetnya saya menyimak penuturan ibu Sara. Sebuah pengalaman getir di jalan yang panjang dan berliku. Ia berada dalam cool desac.

Teriakan diikuti pukulan, dikurung dalam sel bersama dua orang lainnya yang mangalami gangguan jiwa. Menjadi pil pahit yang harus ia telan.

Pengalaman tragis ibu dari enam orang anak ini, saat menjalani hari-harinya, seolah terjebak dalam labirin kehidupan yang menghipit fikiran serta batin, akibat KDRT yang dialaminya.

Ditengah persidangan perceraian yang sedang bergulir. Ibu Sara, sampat tiga kali melakukan percurian perhiasan mewah di beberapa toko yang ada di mall.

Karena ulahnya itu, ia sampat bolak balik berurusan dengan pihak berwajib.

Tapi kenapa ia melakukan aksi kriminal itu? Tidak lain dan tidak bukan, menurut ibu Sara, hanya supaya ia bisa keluar dari tekanan yang bertubi-tubi menghantam dirinya di dalam rumah tangga.

Diawal pernikahannya dengan dengan NA, ibu Sara, menyandang status Raja Muda Bugis, serta pengusaha sukses yang memiliki sejumlah perusahaan.

Perusahaan ibu Sara bergerak di berbagai bidang. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI di Kabupaten Enrekang.

Secara sukarela ibu Sara, melepaskan semua kerajaan bisnis yang dibangunnya dari nol, kepada sang suaminya berinisial NA, demi menjadi seorang ibu rumah tangga dan istri yang berbakti pada suami.

Namun, setelah semua bisnis yang dirintisnya belasan tahun, diserahkan kepada sang suami NA.

Ibu Sara, yang dikenal luas dikalangan pengusaha, karena kiprahnya di dunia bisnis. Pada akhirnya terpaksa harus angkat kaki dari rumahnya sendiri, dengan kondisi hanya membawa dua koper pakaian.

Lakukan Upaya Bunuh Diri

Tidak sampai di situ, ibu Sara juga terhitung telah tiga kali mencoba upaya bunuh diri, namun Tuhan belum menghendaki.

Perempuan aristrokrat dengan latar belakan sebagai penggusaha bertangan dingin itu tetap hidup. Tidak haya itu, ia juga bangkit untuk melawan!

Baik, begitu pikir saya dalam benak. Lalu pertanyaan berikutnya apa yang ingin ia lakukan.

“Saya ingin suami saya NA, bertanggung jawab dari hasil dia bersiasat kepada saya sebagai istri. Dan mempertanggung jawabkan semuanya sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku di indonesia. Sehingga keadilan bisa ditegakkan,” ucap Ibu Sara, tegas.

Pengen tahu lebih rinci tentang perjalanan Raja Muda Bugis, Sara,maesara, mengarungi bahtera rumah tangganya. Ayo Kita simak selengkapnya di podcast BogordailyTV.

(Diki Sudrajat/ Pemimpin Umum Bogordaily)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here