Bogordaily.net – Menteri Koperasi (Menkop) Ferry Juliantono berkeinginan untuk menghidupkan kembali Lembaga Jaringan Usaha Koperasi, untuk semakin memperkuat dan memperluas ekosistem bisnis koperasi di seluruh Indonesia.
“Oleh karena itu, arah eksistensi Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih ke depan didorong bisa bersinergi dan berkolaborasi dengan banyak pelaku usaha, seperti koperasi yang sudah eksisting, BUMDes, warung-warung rakyat, hingga pasar tradisional,” papar Menkop, saat membuka acara Musyawarah Wilayah Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) wilayah Jawa Tengah di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Semarang, Jumat (21/11).
Menkop mengungkapkan, pihaknya akan membangun kekuatan ekonomi rakyat secara bersama-sama. “Kami mengajak seluruh elemen ekonomi kerakyatan untuk menyatukan kekuatan mulai sekarang,” tegas Menkop.
Di acara yang dihadiri Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, Ketua Umum Dekopin Bambang Haryadi, dan Ketua Dekopinwil Jawa Tengah Andang Wahyu Triyanto, Menkop menjabarkan rencana menjadikan Ikopin University menjadi Badan Layanan Umum (BLU). “Tujuannya, agar kita bisa serius mencetak kader-kader koperasi yang baik dan modern,” kata Menkop.
Terlebih lagi, Menkop menyatakan bahwa koperasi nanti bakal memiliki dan mengelola sekitar 80 ribu lebih outlet atau gerai ritel di seluruh Indonesia. “Kita akan kelola itu menjadi ritel moderen,” ucap Menkop.
Dengan begitu, Menkop berharap produk-produk yang ada di gerai ritel Kopdes Merah Putih sebaiknya bisa diproduksi koperasi sendiri. “Memang, tidak semua barang bisa diproduksi koperasi. Maka, hal itu kita bisa kolaborasikan dengan pihak lain, atau bekerja sama dengan swasta,” kata Menkop.
Intinya, Menkop ingin mendorong koperasi-koperasi yang ada mulai berpikir tentang bagaimana memproduksi, membangun manufaktur, hingga membangun pabrik-pabrik. “Itu bisa kita mulai dari barang-barang yang sederhana,” ucap Menkop.
Menkop merujuk banyaknya aneka produk UMKM yang sebenarnya bisa dikembangkan. Namun, pelaku UMKM itu jangan menjadi usaha perorangan atau sektor informal.
“Mereka harus berubah menjadi sektor formal dan memiliki badan usaha. Dan badan usaha yang cocok untuk pengembangan produk UMKM adalah koperasi,” terang Menkop.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengungkapkan bahwa tantangan dalam pengembangan koperasi di Indonesia adalah mindset dimana koperasi itu selalu simpan pinjam.
“Maka, kita wajib bersyukur saat ini koperasi diberi kesempatan lagi untuk lebih maju, dengan bisa mengelola tambang, hingga unit-unit usaha yang lain,” kata Wagub Jateng.
Sehingga, Wagub Jateng meyakini, bila itu dilaksanakan dengan baik maka kesejahteraan akan dirasakan banyak orang. “Karena, semuanya sudah diwadahi dalam koperasi,” kata Wagub Jateng.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Dekopin Bambang Haryadi menegaskan, sinergitas dan kolaborasi antara Dekopin dan pemerintah wajib harus dijalin dan dijadikan satu tujuan untuk penguatan pergerakan koperasi di setiap wilayah.
“Saat ini, ketika ruang koperasi ini dibuka lebar, maka inilah saatnya bagi para penggerak koperasi di seluruh Indonesia untuk turut memperkuat perekonomian bangsa kita,” kata Bambang.
Bambang mencontohkan koperasi di Eropa yang menjadi satu ujung tombak perekonomian. Di Belanda, misalnya. Perbankan terbesar disana namanya Rabo Bank berbentuk kooperasi. Lalu, industri-industri agro yang memiliki supermarket-supermarket besar di Swiss, semuanya berbentuk koperasi. Bahkan, dari unsur bidang olahraga, klub sepakbola Barcelona itu adalah koperasi.
“Ketika stigma di masyarakat bahwa koperasi identik dengan sesuatu yang kuno, maka kita mulai dari kepemimpinan. Dimulailah dari anak-anak muda yang peduli terhadap koperasi,” ujar Bambang.***
