Monday, 1 December 2025
HomeKota BogorKetika Diksi Membunuh Empati: Saatnya Bangsa Ini Berani Memahami daripada Berkata “...

Ketika Diksi Membunuh Empati: Saatnya Bangsa Ini Berani Memahami daripada Berkata “ Tidak”

Bogordaily.net – Slogan “Say No to Drugs”, ini terdengar gagah dan moralistis. Ia menghiasi tembok sekolah, spanduk pemerintah, bahkan baliho di jalanan. Namun di balik kesederhanaannya, terdapat kekeliruan mendasar yang jarang dikoreksi: diksi, drugs dalam bahasa Inggris berarti obat, bukan narkotika. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), drugs adalah obat-obatan. Tapi di Indonesia, istilah ini digeneralisasi secara keliru hingga identik dengan narkotika dan zat terlarang. Kekeliruan linguistik ini tidak berhenti di ranah bahasa tapi berlanjut menjalar menjadi kesalahan kebijakan, cara pandang, hingga stigma sosial yang menindas.

Akibat generalisasi ini, publik diajak percaya bahwa semua “drugs” adalah musuh. Padahal tanpa obat, dunia medis tidak akan pernah maju. Obat bius memungkinkan operasi tanpa derita, antibiotik menyelamatkan nyawa, dan obat psikiatri membantu orang dengan gangguan mental untuk tetap stabil menjalani hidup. Apakah kita ingin mengatakan kepada mereka: “Say No to Drugs”? Kesalahan ini tampak sederhana, tapi dampaknya luar biasa luas. Ia menumbuhkan stigma dan diskriminasi terhadap siapa pun yang berurusan dengan zat kimia, termasuk mereka yang menggunakan narkotika karena ketergantungan atau kebutuhan medis. Mereka yang seharusnya mendapat layanan kesehatan justru dikriminalisasi dan diusir dari ruang kemanusiaan.

Perang terhadap narkotika terbukti tidak pernah menyelesaikan persoalan akan tetapi justru memperumitnya.

Pendekatan represif yang mengandalkan penangkapan massal, hukuman berat, dan penjara sebagai Solusi hanya menciptakan lingkaran penderitaan tanpa ujung terhadap rakyat yang membayar pajak.

Kebijakan ini tidak menurunkan angka penggunaan narkotika, melainkan memperluas dampak sosialnya: penjara penuh, stigma melekat, akses kesehatan tertutup dan yang paling memprihatinkan adalah maraknya transaksional di penanganan kasus narkotika.

Ironisnya, di saat negara asal pencetus War on Drugs yakni Amerika Serikat dan negara maju mulai beralih ke pendekatan kesehatan dan harm reduction, Indonesia masih teguh memeluk strategi lama yang gagal. Kita masih percaya bahwa ketakutan bisa menggantikan pemahaman, dan hukuman bisa menggantikan perawatan. Padahal, pendekatan represif tidak pernah menyembuhkan, namun hanya memindahkan masalah dari jalanan ke balik jeruji. Sudah saatnya kita mengakui: perang ini bukan melawan zat, tapi melawan manusia. Dan setiap kebijakan yang menindas atas nama perang, sejatinya sedang berperang melawan kemanusiaan itu sendiri.

Di sinilah pentingnya perubahan arah. Dari “Say No to Drugs” yang lahir dari ketakutan, menuju “Say Know to Drugs” yang berangkat dari pengetahuan. “Say Know to Drugs” mengajak masyarakat untuk mengenal zat, memahami risikonya, dan menggunakan informasi sebagai dasar kebijakan yang berkeadilan.

Say Know to Drugs menolak kebodohan yang lahir dari propaganda, dan menggantinya dengan empati yang berakar pada ilmu pengetahuan dan empiris dari para penyintas. Sudah waktunya bangsa ini berhenti berperang dengan kata-kata yang salah.

Karena bahasa yang keliru melahirkan kebijakan yang menindas rakyatnya sendiri. Bangsa yang cerdas bukan bangsa yang Say No to Drugs, melainkan bangsa yang berani Say Know to Drugs dan berani memahami sebelum menghukum.

Kolom Say Know to Drugs hadir sebagai ajakan untuk berpikir jernih. Tan Malaka pernah menulis bahwa pembebasan hanya mungkin lahir dari kepala yang Merdeka dan itu pula yang ingin kami tawarkan: ruang untuk memahami sebelum menghakimi. Di sini, mitos akan dibongkar, fakta dipertajam, dan persoalan NAPZA dibicarakan apa adanya, bukan sebagaimana propaganda menampilkannya.

Forum Akar Rumput Indonesia (FARI) membuka kolom ini sebagai ruang aman untuk publik. Anda dapat bertanya, berkonsultasi, atau mencari arahan terkait berbagai persoalan terkait NAPZA. Layanan yang tersedia meliputi Konsultasi Hukum khusus Narkotika, akses Rehabilitasi, konseling mandiri , pendampingan terkait dampak penggunaan NAPZA hingga kekerasan berbasis gender yang sering tidak terlihat namun nyata menghantam banyak orang.

Jika Anda membutuhkan bantuan atau sekadar ruang untuk memahami situasi Anda, FARI siap mendampingi. Pengetahuan adalah langkah pertama menuju perubahan dan ruang ini adalah titik berangkatnya.***

Forum Akar Rumput Indonesia

Hotline : +6281 8055 1127
Email : [email protected]

Sekretariat :

Jl Kolonel Enjo Martadisastra No 24 RT 02 RW 12 Kedung Badak Tanah Sareal Bogor 16164

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here