Friday, 19 April 2024
HomeKabupaten BogorDari Daendels Sampai Jokowi: Ini Sejarah Jalan Raya Bogor...

Dari Daendels Sampai Jokowi: Ini Sejarah Jalan Raya Bogor…

BOGORDAILY – Jalan Raya Jakarta- yang mengular sepanjang 45 KM dari Cililitan hingga Warung Jambu Kota mengandung . Di jalan ini, terjadi beberapa peristiwa budaya yang unik. Namun, bagaimanakah sejarahnya?

Seperti dilansir Ruangbaca.com, konon pada masa Daendels memimpin, ia membangun benteng di daerah Mester Cornelis yang dipenuhi pohon Jati, dan hari ini menjadi Jatinegara. Dari benteng itu, ia membangun jalan yang lurus hingga Buitenzorg, atau kota yang ada Istana Gubernur Jenderal di tengahnya.

Pada masa itu, Jakarta dan dihubungkan dengan Sungai Ciliwung. Sebagaimana diabadikan Pramoedya dalam novelnya, Ciliwung merupakan sungai yang sibuk. Orang dari selatan membawa dagangan ke pelabuhan di utara, dan sebaliknya. Di beberapa tempat masihlah rimba, sementara di tempat lain adalah jurang yang dalam, namun airnya sangat jernih.

Oleh Daendels, jalan utama ini dibangun menyusuri kali irigasi dan memotong hutan jati di Kramat Jati, tempat Datuk Tonggara bertahan dan dimakamkan. Dengan begitu, fungsi Sungai Ciliwung sedikit digantikan, dan pelan-pelan sebatas menjadi tempat berwisata orang masa dulu.

Seterusnya, membelah Cimanggis. Dulu di daerah Cisalak, kira-kira KM 30 terdapat pangkalan kuda, yang berfungsi untuk mengganti kuda-kuda setelah perjalanan jauh dari Batavia. Pangkalan kuda ini hilang perlahan setelah orang mengganti dengan kendaraan bermotor, kira-kira pada awal revolusi kemerdekaan.

Mendekati daerah Tapos, jalan ini dibangun bersisian dengan Situ Jatijajar dan situs makam Ki Langkap Kahfidatu, pembangun daerah Cilangkap Depok. Rute ini sejak zaman Mataram dan Demak memang menjadi rute utama dari Sunda Kalapa menuju Pajajaran.

Jalan ini terus dibangun Daendels membelah hutan di kawasan Cibinong, hingga berakhir di Jambu Dua, KM 44 hingga 45. Saat ini, ia bersambung lurus hingga Gadok, dan di utara, bersambung dengan Jl. Jend. Ahmad Yani di Cililitan hingga Cawang.

Orang tua zaman dulu menyebut jalan ini dengan Jalan Raya Jakarta. Versi lain mengatakan, Jalan Raya juga mencakup Jl. Raya Pasar Minggu hingga Jl. Margonda di Depok, namun ini kurang bisa diterima.
Besar kemungkinan, Daendels juga membangun cabang jalan ini, hingga ada rute alternatif menuju pedesaan di Pondok Terong kala itu, yang merupakan pemukiman lama.

Pada masa lampau, ditanam pohon-pohon asam di tepi jalan yang merindangkan suasana. Sampai hari ini masih bisa ditemukan belasan sisanya, namun perlahan diganti karena sudah membahayakan pengguna jalan.

Saat ini, Jalan Raya adalah salah satu kawasan paling macet di Jabodetabek. Di KM 42, ia dipotong oleh Tol Cijago, dan di KM 32, dibangun jalan layang Pasar Rebo. (bd)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here