BOGORDAILY – Pak Jokowi mengambil keputusan tegas. Harga rokok yang dibawah 20.000 membuat anak-anak, mahasiswa, dan orang kurang mampu tidak pikir 2 kali untuk membelinya. Ini membuat keputusan untuk menaikkan harga menjadi 50.000 per bungkus.
Jika tidak berubah, keputusan kenaikan harga rokok akan direalisasikan di bulan depan, yaitu bulan September 2016. Semoga apa yang diharapkan oleh pemerintah yaitu mengurangi jumlah perokok di Indonesia bisa terwujud. Karena 72 persen diantara perokok akan memilih berhenti jika harga dinaikan menjadi 50.000.
Jadi bagaimana menurut kalian, jika tidak ada manfaatnya baiknya ditinggalkan. Maka kini rokok akan menjadi barang yang mewah dan masyarakat akan pikir 2 kali untuk membelinya.
Rokok atau sigaret adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm, bervariasi tergantung negara, dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau kering yang telah dicacah.
Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung yang lainnya.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam saku.
Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memeringatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau serangan jantung.
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh.
Pada abad 16, ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa.
Kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata.
Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara Islam.
Menurut riset 51,1 persen rakyat Indonesia adalah perokok aktif dan merupakan yang tertinggi di ASEAN. Hal ini sangat jauh berbeda dengan negara-negara tetangga, misalnya: Brunei Darusallam 0,06% dan Kamboja 1,15%. Pada tahun 2013, 43,8% perokok berasal dari golongan lemah; 37,7% perokok hanya memiliki ijazah SD, petani, nelayan dan buruh mencakup 44,5% perokok aktif.
33,4% perokok aktif berusia di antara 30 hingga 34 tahun. Bagusnya hanya 1,1% perempuan Indonesia adalah perokok aktif, walaupun tentunya perokok pasif akan lebih banyak.
Telah banyak riset yang membuktikan bahwa rokok sangat menyebabkan ketergantungan, di samping menyebabkan banyak tipe kanker, penyakit jantung, penyakit pernapasan, penyakit pencernaan, efek buruk bagi kelahiran, dan emfisema. sumber:wajib baca.***