Thursday, 25 April 2024
HomeKabupaten BogorGeger!! Pembunuh Balita di Rumpin Bogor Ternyata Bisa Terbang

Geger!! Pembunuh Balita di Rumpin Bogor Ternyata Bisa Terbang

BOGORDAILY- Mamat (45), pembunuh balita dan sanak keluarganya di Rumpin, Kabupaten Bogor itu rupanya tengah mengejar ilmu kebatinan. Sampai-sampai keponakannya, Anggun yang masih berusia tiga tahun, jadi tumbal untuk mendapat kesaktian.

Peristiwa mengerikan itu terjadi pada Jumat (13/1/2017) sore. Selain Anggun, sang balita yang menjadi korban, Royadi (70) warga sekitar, juga mengalami luka di bagian wajah dan jari nyaris putus karena menangkis sabetan golok. Tak hanya itu, Kapolsek Rumpin Kompol Surdin Simangunsong juga mengalami luka dibagian jari karena berusaha menghalau tindakan pelaku.

Meski Mamat kini sudah ditahan, sesekali kibasan goloknya yang sampai merenggut nyawa Anggun masih menghantui ingatan keluarganya.

Adalah Marpuah, ibu kandung pelaku yang hingga kini masih menyesali perbuatan putranya. Ia tak menyangka selama ini adiknya belajar ilmu kebatinan demi memiliki kesaktian.

“Dari keluarga tidak ada yang belajar ilmu begitu. Kami juga tidak tahu dia dibawa siapa. Katanya untuk kekuatan dirinya sendiri,” ungkap Marpuah saat ditemui, Senin (16/1/2017).

Sudah lima tahun terakhir Mamat menunjukkan perilaku tak wajar. Bahkan, ibu tiga anak ini pernah memergoki putranya puasa selama 40 hari berturut-turut. Ini setelah Mamat ikut sebuah perkumpulan pengajian yang masih di wilayah Bogor.

“Mulanya dia ikut pesantren. Kita juga nggak tahu dia ngamalin apa. Dia lebih banyak diam di kamar saja. Kalau kata orang pintar, ilmunya ketinggian. Saya juga kurang tahu,” tuturnya.

Sejak itu, Marpuah mengaku adiknya banyak berubah seperti orang stres. Padahal, dulunya Mamat yang pernah berjualan es itu dikenal rajin ibadah.

“Perubahannya memang setelah melakukan puasa itu, kaya orang stres. Dulu mah rajin banget ibadahnya. Kalau keluar rumah juga bilangnya mau ke kiyai. Sebulan kemudian baru pulang ke rumah,” ujar Marpuah.

Hal ini pun diamini kakak Mamat, Raeti. Wanita yang akrab disapa Eet itu masih ingat saat-saat sebelum adiknya menebaskan golok ke keponakannya.

Bahkan, empat hari sebelum peristiswa nahas itu terjadi, ia melihat Mamat sering men­gasah goloknya. Ia tak tahu dari mana asal golok itu. Saat ditanya, Mamat mengatakan bahwa kampungnya akan dibanjiri darah.

“Keun wae (biarkan saja, red) Desa Gobang banjir geutih (darah, red). Dia bilang gitu, saya bilang ‘Naudzubillahimindzalik’,” ungkap Eet.

Karena merasa takut dengan sikap Mamat, akhirnya ia mengungsikan ibunya ke rumah adik bungsunya yang masih satu kampung. Apalagi sebelumnya Mamat sempat membuat geger satu kampung karena ulahnya melempari batu ke rumah-rumah tetang­ga. “Rumah-rumah tetangga dilempari batu sampai saya minta pak lurah buat pasung,” ucap Marpuah.

Belum sempat dipasung, Mamat sudah lebih dulu melakukan aksi brutalnya dengan menebaskan golok itu ke penghuni rumah hingga pembunuhan di Jumat siang terjadi.

“Tiba-tiba dia datang ke rumah sambil bawa golok. Dia mau bacok saya tapi nggak kena begitu dibacakan Astaghfirullah. Tetapi malah Anggun kena bacokan di kepala sampai meninggal,” sesalnya dengan nada lirih.

Ia menduga aksinya memba­cok itu sebagai tumbal untuk kesaktiannya. “Saya nggak tahu kenapa dia jadiin keluarganya sendiri tumbal,” katanya.

WARGA LIHAT MAMAT TERBANG

Tak hanya itu, lanjutnya, ada hal mengherankan dirasakan keluarganya saat melakukan pengejaran terhadap Mamat usai pembacokan. Pelaku yang hanya seorang diri dihujani ratusan batu oleh masyarakat seolah kebal. Justru tangan kapolsek langsung terkena sabetan batu dalam sekali lemparan.

“Bukannya terkena lemparan batu, Mamat malah bisa kabur dari kepungan warga dan aparat kepolisian. Lebih anehnya, dia ngelempar batu sekali langsung kena pak polisi sampai dijahit tangannya,” kata Eet.

Saat itu Mamat dengan cepat kabur ke Kampung Cibuluh yang masih berada dekat den­gan tempat tinggalnya. Saat berada di salah satu masjid yang berdiri di kampung itu, pelaku berhasil melompati masjid hingga langsung masuk ke lantai dua.

“Saudara saya setelah kejadian langsung datang ke rumah, dia bilang si Mamat sebelum di­tangkap masuk masjid dengan melompat seperti terbang. Saya rasa itu mah sudah kemasukan. Apalagi kata pak polisi mat­anya saja merah kalau dilihat,” tutupnya.

DISUNTIK MATI

Kesadisan Mamat (45) yang menewaskan ponakannya dengan cara mem­bacok menggunakan golok masih terngiang-ngiang di benak keluarga Marpuah, ibu kandung pelaku. Kesedihan pun masih menghantui keluarga besar yang ting­gal di Kampung Pabuaran, RT 02/03, Desa Gobang, Kecamatan Rumpin. “Masih trauma, kita juga lihat foto dia (pelaku, red) takut. Boro-boro mau ketemu, biar pun saudara juga takut,” kata kakak ipar pelaku, Misja (60).­

Saat ini keluarga sudah tak mau menerima kehadiran pelaku kembali pulang ke kediamannya. Sebab, keluarga sudah merasa malu dan kesal atas perbuatan yang dilakukannya. “Nggak mau kalau dia dipulangin. Mending kita terima jasadnya saja, bukan orangnya” ucap bapak bertopi hitam itu.

Sebenarnya pada saat penangkapan, keluarga sudah me­minta aparat kepolisian untuk menembak mati pelaku. Namun, kapolsek tak mengiyakan karena pelaku tak memberi perlawanan berarti. “Habis emosi. Jangankan saya, orang lain juga akan melakukan hal sama jika kejadiannya seperti ini. Sudah saja matiin,” imbuhnya.

Ia menuturkan, keluarga pun telah setuju jika pelaku tak perlu disembuhkan. Lebih baik dibunuh daripada sampai di­bebaskan lagi. Baik itu me­lalui cara suntik mati, tembak mati ataupun lain sebagainya. “Sudah, nggak usah diubarin (sembuhin, red). Biarin saja paeh (mati, red). Kita mah sudah takut. Mau disuntik mati atau apa kek tidak apa-apa. Daripada ngeresahin semua masyarakat sini dan keluarga, mending satu orang saja yang meninggal dari pada semuanya,” tuturnya.

Ia menambahkan, saking kesalnya keluarga mengambil langkah inisiatif dengan cara membakar semua perabotan yang dimiliki pelaku. “Baju yang jelek atau kotor saja yang dibakar. Biar bersih rumah ini,” ungkapnya.

Sementara itu, Kanit Reskrim Polsek Rumpin AKP Asep Triono mengatakan, pelaku diserahkan ke Rumah Sakit Marzuki Mahdi Kota Bogor untuk dimintai keterangan oleh dokter atau tim ahli khusus. “Sejauh ini keterangan pelaku tidak nyambung, makanya kita serahkan kepada tim ahli. Interogasi keluarga lima bulan lalu, pelaku sempat berguru ilmu kebatinan,” terang Asep Triono. (metropolitan.id)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here