Pesan berantai berisi seruan tidak menghadiri perayaan Cap Go Meh (CGM) 2017 pada 11 Februari mendatang ramai dibicarakan. Lewat broadcast yang beredar, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor menyerukan agar masyarakat beragama Islam tak ikut dalam pesta rakyat yang sarat ritual keagamaan.
Tak hanya lewat pesan berantai, larangan ikut dalam perayaan CGM 2017 secara resmi diutarakan langsung Ketua MUI Kota Bogor Adam Ibrahim. Bahkan, pihaknya akan membuat surat edaran sertapemberitahuan di masjid-masjid melalui khotbah.
Adam beralasan bahwa Perayaan Bogor Street Fest CGM 2017 itu merupakan ritual agama etnis Tionghoa yang dipadukan dengan pementasan seni dan budaya. Ini yang membuat pihaknya menyarankan agar umat muslim tak terbawa euforia perayaan itu.
“Sikap MUI Kota Bogor terhadap perayaan CGM sangat menghormati etnis Tionghoa yang ingin merayakan CGM. Kita sebagai umat Islam menghormatinya. Tetapi karena CGM itu merupakan acara keagamaan, mereka kita imbau umat Islam tidak menghadirinya,” ujarnya saat konferensi pers di Kantor MUI Kota Bogor, kemarin.
Tak hanya itu, pihaknya juga akan meminta organisasi massa (ormas) Islam agar mengimbau anggotanya tak ikut dalam acara tersebut. “Itu acara keagamaan. Sama halnya dengan umat Kristen yang merayakan Natal. Karena acara CGM itu bukan acara adat saja, tetapi ada acara kaitan dengan keyakinan etnis Tionghoa,” terangnya.
Jika memang tetap hadir, MUI Kota Bogor tidak bisa menghalanginya. Namun, imbauan ini merupakan suatu keharusan MUI sebagai khadimul ummat atau pelayan umat. “Mungkin bagi mereka yang hadir itu tidak tahu bahwa itu termasuk rentetan acara keagamaan. Misalnya pada saat acara CGM, mereka membawa dongdang dan isinya dewa-dewa. Itu sudah terlihat ada ritual agama mereka,” paparnya.
Adam Ibrahim juga meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dan panitia Bogor Street Fest CGM 2017 agar melaksanakannya pada pagi hari hingga siang. Sebab, menurutnya, akan mengganggu ibadah umat Islam. “Kalau acara dimulai jam satu siang, umat Islam tidak bisa salat Zuhur, Asar hingga Maghrib,” kata dia.
Ia pun berharap agar masyarakat yang datang tidak banyak. “Biasanya kan yang datang ribuan. Mudah-mudahan umat Islam yang datang tidak terlalu banyak,” katanya.
Menanggapi adanya seruan itu, Ketua Panitia Bogor Street Fest CGM 2017 Arifin Himawan enggan berkomentar banyak. Sebab, imbauan itu bersifat internal keagamaan. Sedangkan perayaan CGM ini sudah jadi tradisi dari tahun ke tahun yang dianggap bisa mempersatukan keberagaman budaya.
“Saya nggak bisa komentar soal itu. MUI itu kan mengimbau agar umat muslim tetap menjalani ibadahnya. Itu imbauan yang baik. Kami tidak masuk ke ranah agama,” ungkap Arifin kepada Harian Metropolitan.
Selama ini ia mengaku bahwa panitia lebih mempersiapkan dari sisi budaya, yakni menjalin komunikasi dengan para seniman dan sanggar. Ia pun berharap agar pelaksanaan tahun ini dapat maksimal. “Intinya kami tidak bicara soal agama karena ini bagian dari pesta rakyat,” terang dia.
Sekadar diketahui, dalam perayaan nanti, panitia CGM bakal menyediakan panggung utama dengan brigade sepanjang 250 meter. Selain itu, Tarian Topeng Klana dari Cirebon juga disebut-sebut bakal memeriahkan acara dengan menampilkan tarian unik. Arifin berharap agar perayaan nanti pun bisa terselenggara maksimal. “Kami mohon doa restunya,” harapnya.
Sementara itu, Komisi Penelitian dan Pengkajian MUI Kota Bogor Dhani menambahkan, pihaknya mengimbau dan mengingatkan kepada umat Islam agar tak terlibat perayaan CGM. Sebab, dinilai ada usaha untuk menyimpangkan keyakinan umat Islam bahwa itu sekadar budaya. “Karena itu wajib bagi kita kaum muslimin melalui MUI mengimbau agar umat Islam tidak hadir. Sebab, itu dapat menjadi distorsi pendangkalan akidah yang lama-kelamaan umat Islam akan mengajarkan agamanya,” tuturnya.
Dhani juga berharap kepada panitia agar menyediakan tempat ibadah dan memberikan jeda saat jam salat agar umat Islam dapat menjalankan ibadahnya. “Kewajiban ulama dan ustadz ini berkewajiban mengarahkan agat tidak terjadi penyimpangan,” pintanya.
Terpisah, Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto mengaku berterima kasih kepada MUI Kota Bogor yang telah memberi perhatian tentang waktu ibadah. Tentunya ini menjadi perhatian dari panitia. Pemkot Bogor sudah berkoordinasi dengan panitia dan mereka memang sudah merencanakan untuk memfasilitasi waktu dan tempat untuk salat ketika waktunya tiba. Terimakasih untuk himbauan MUI. Acara akan menyesuaikan dengan azan dan waktu shalat, “ tukasnya.
(mam/ads/d/feb/run)