Monday, 25 November 2024
HomeKota BogorHeboh Seruan Mui Bogor Larang Cap Go Meh

Heboh Seruan Mui Bogor Larang Cap Go Meh

Pesan berantai berisi seruan tidak menghadiri perayaan Cap Go Meh (CGM) 2017 pada 11 Februari mendatang ramai dibicara­kan. Lewat broadcast yang beredar, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bogor menyerukan agar ma­syarakat beragama Islam tak ikut dalam pesta rakyat yang sarat ritual keagamaan.

Tak hanya lewat pesan berantai, larangan ikut dalam perayaan CGM 2017 secara resmi diutarakan langsung Ketua MUI Kota Bogor Adam Ibrahim. Bahkan, pihaknya akan membuat surat edaran sertapemberitahuan di masjid-masjid melalui khotbah.

Adam beralasan bahwa Per­ayaan Bogor Street Fest CGM 2017 itu merupakan ritual aga­ma etnis Tionghoa yang di­padukan dengan pementasan seni dan budaya. Ini yang mem­buat pihaknya menyarankan agar umat muslim tak terbawa euforia perayaan itu.

“Sikap MUI Kota Bogor ter­hadap perayaan CGM sangat menghormati etnis Tiong­hoa yang ingin merayakan CGM. Kita sebagai umat Is­lam menghormatinya. Tetapi karena CGM itu merupakan acara keagamaan, mereka kita imbau umat Islam tidak menghadirinya,” ujarnya saat konferensi pers di Kantor MUI Kota Bogor, kemarin.

Tak hanya itu, pihaknya ju­ga akan meminta organisasi massa (ormas) Islam agar mengimbau anggotanya tak ikut dalam acara terse­but. “Itu acara keagamaan. Sama halnya dengan umat Kristen yang merayakan Na­tal. Karena acara CGM itu bukan acara adat saja, tetapi ada acara kaitan dengan keyakinan etnis Tionghoa,” terangnya.

Jika memang tetap hadir, MUI Kota Bogor tidak bisa menghalanginya. Namun, imbauan ini merupakan suatu keharusan MUI sebagai kha­dimul ummat atau pelayan umat. “Mungkin bagi mer­eka yang hadir itu tidak tahu bahwa itu termasuk rentetan acara keagamaan. Misalnya pada saat acara CGM, mereka membawa dongdang dan isinya dewa-dewa. Itu sudah terlihat ada ritual agama mer­eka,” paparnya.

Adam Ibrahim juga meminta Pemerintah Kota (Pemkot) Bo­gor dan panitia Bogor Street Fest CGM 2017 agar melak­sanakannya pada pagi hari hingga siang. Sebab, menu­rutnya, akan mengganggu ibadah umat Islam. “Kalau acara dimulai jam satu siang, umat Islam tidak bisa salat Zuhur, Asar hingga Maghrib,” kata dia.

Ia pun berharap agar ma­syarakat yang datang ti­dak banyak. “Biasanya kan yang datang ribuan. Mudah-mudahan umat Islam yang datang tidak terlalu banyak,” katanya.

Menanggapi adanya seruan itu, Ketua Panitia Bogor Street Fest CGM 2017 Arifin Hi­mawan enggan berkomentar banyak. Sebab, imbauan itu bersifat internal keagamaan. Sedangkan perayaan CGM ini sudah jadi tradisi dari tahun ke tahun yang dianggap bisa mempersatukan keberaga­man budaya.

“Saya nggak bisa komentar soal itu. MUI itu kan mengim­bau agar umat muslim tetap menjalani ibadahnya. Itu imbauan yang baik. Kami ti­dak masuk ke ranah agama,” ungkap Arifin kepada Harian Metropolitan.

Selama ini ia mengaku bahwa panitia lebih mem­persiapkan dari sisi budaya, yakni menjalin komunikasi dengan para seniman dan sanggar. Ia pun berharap agar pelaksanaan tahun ini dapat maksimal. “Intinya kami tidak bicara soal agama karena ini bagian dari pesta rakyat,” terang dia.

Sekadar diketahui, dalam perayaan nanti, panitia CGM bakal menyediakan pang­gung utama dengan brigade sepanjang 250 meter. Selain itu, Tarian Topeng Klana dari Cirebon juga disebut-sebut bakal memeriahkan acara dengan menampilkan tarian unik. Arifin berharap agar perayaan nanti pun bisa terselenggara maksimal. “Kami mohon doa restunya,” harapnya.

Sementara itu, Komisi Penelitian dan Pengkaji­an MUI Kota Bogor Dhani menambahkan, pihaknya mengimbau dan mengingat­kan kepada umat Islam agar tak terlibat perayaan CGM. Sebab, dinilai ada usaha untuk menyimpangkan keya­kinan umat Islam bahwa itu sekadar budaya. “Karena itu wajib bagi kita kaum musli­min melalui MUI mengimbau agar umat Islam tidak hadir. Sebab, itu dapat menjadi distorsi pendangkalan akidah yang lama-kelamaan umat Islam akan mengajarkan agamanya,” tuturnya.

Dhani juga berharap ke­pada panitia agar menye­diakan tempat ibadah dan memberikan jeda saat jam salat agar umat Islam dapat menjalankan ibadahnya. “Ke­wajiban ulama dan ustadz ini berkewajiban mengarahkan agat tidak terjadi penyim­pangan,” pintanya.

Terpisah, Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto men­gaku berterima kasih kepada MUI Kota Bogor yang telah memberi perhatian tentang waktu ibadah. Tentunya ini menjadi perhatian dari pa­nitia. Pemkot Bogor sudah berkoordinasi dengan panitia dan mereka memang sudah merencanakan untuk mem­fasilitasi waktu dan tempat untuk salat ketika waktu­nya tiba. Terimakasih untuk himbauan MUI. Acara akan menyesuaikan dengan azan dan waktu shalat, “ tukasnya.

(mam/ads/d/feb/run)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here