BOGORDAILY – Sebanyak 240 “polisi santri” siap disebar ke tengah masyarakat Jawa Barat. Mereka merupakan personel perwakilan dari sejumlah Polres di lingkungan Polda Jawa Barat yang akan melaksanakan tugas profesi dengan pendekatan keagamaan. Cara ini dinilai lebih efektif karena sejalan dengan karakter Jawa Barat.
“Daerah Jawa Barat termasuk daerah agamis. Kita perlu Polri yang punya dasar agama, karena pendekatan agama dinilai cocok dan tepat,” ujar Kapolda Jawa Barat, Anton Charliyan, di Mapolda Jawa Barat Jumat 24 Februari 2017.
Kesempatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian pembentukan dan pelatihan polisi santri dan polwan guru ngaji di jajaran Polda Jawa Barat. Program yang digagas Ditbinmas Polda Jawa Barat itu melibatkan 10 personel perwakilan dari setiap Polres di Jawa Barat. Selama tiga hari terakhir, mereka mengikuti pembekalan yang berkaitan dengan ilmu keagamaan.
Setelah pembekalan berakhir, seluruhnya kembali disebar untuk terjun langsung ke tengah masyarakat. Anton berharap, setidaknya memiliki kemampuan mengaji, berdakwah, azan, menjadi khatib dan menjadi imam. Kemudian mereka didorong untuk tetap melaksanakan tugas sebagai polisi, dengan berbagai pendekatan keagamaan. “Dengan cara ini, akan lebih nyambung dengan keinginan masyarakat,” ujarnya.
Anton menuturkan, pembekalan selama tiga hari di Polda Jawa Barat belum cukup. Sepulangnya ke daerah masing-masing, mereka harus tetap mencari ilmu, di antaranya dengan masuk ke pesantren. Selain menambah ikatan kekeluargaan, pesantren juga bisa menghadirkan guru bagi para polisi santri ini. “Sehingga kalau menghadapi persoalan, mereka punya tempat untuk bertanya,” ujarnya.
Selain polisi santri, Polda Jawa Barat juga mencetak sedikitnya 120 Polwan guru ngaji. Mereka memiliki tugas untuk membentuk kelompok anak-anak di wilayahnya masing-masing untuk dibekali ilmu mengaji.
Anton mengatakan, polisi santri dan polwan guru ngaji ini merupakan angkatan pertama. Program serupa akan dilakukan secara berkala untuk mencetak angkatan berikutnya. (PR)
