Friday, 22 November 2024
HomeKota BogorAman, Tentram dan Sejahtera

Aman, Tentram dan Sejahtera

Aman, tentram dan sejahtera adalah dambaan setiap insan. Dalam politik ketatanegaraan, diksi aman, tentram dan sejahtera adalah kewajiban negara untuk dipenuhi warganya.

Pemenuhan kewajiban negara itu tidak terwujud dengan begitu saja. Ada aparatur yang perlu melakukannya. Aparatur itu adalah politisi. Karena sistem ketatanegaraan Indonesia menempatkan para politisi sebagai pejabat publik untuk menjalankan fungsi: negara mencapai aman, tentram dan sejahtera.

Kerunyaman akan terjadi apabila politisi sudah jadi pejabat publik. Akan tetapi, aman, tentram dan sejahtera belum tercapai. Kenapa? Karena politisi ini korup! Mengambil bagian rakyat untuk dirinya. Untuk kelompoknya dan juga kroninya.

Ketika ada politisi pejabat publik amanah. Tidak korup. Itu sama saja “menyinggung ” dan “mempermalukan ” mereka yang korup. Maka satu-satunya jalan adalah digulingkan. Apapun caranya. Termasuk pengerahan massa berjilid-jilid dengan memainkan sentimen agama dan ras.

Bahkan presiden yang bekerja keras membangun infrastruktur di seantero negeri. Menegakkan daulat politik dan ekonomi. Dia diserang berbagai macam isu. Mulai komunisme hingga dianggap tidak pro rakyat. Dengan tujuan: penggulingan!

Soal aman, tentram dan sejahtera, ternyata para politisi pengejar kuasa paling ahli dan paling menikmati.

Dalam kasus isu keutuhan negeri: gerakan kelompok HTI. Isu kebangsaan. Gerakan radikalisme berbasis agama. Dan terakhir soal teror bom. Nyaris para politisi kita sedikit sekali bersuara. Kalau bisa malah tidak bersuara.

Sebab: HTI, gerakan radikalis fundamentalis berbasis agama adalah lumbung suara yang jadi penyokong kuasa.

Yang justru bergerak bersuara dan bertindak adalah ormas keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) dan kelompok silent majority. Bahkan partai yang berbasis nasionalis juga redup suaranya.

Basis pikir dua kelompok yang diam dan melawan radikalisme agama ini sama: aman, tenteram dan sejahtera. Tapi perspektif berbeda.

Yang diam berharap tetap dapat menangguk suara. Sementara yang bergerak melawan, juga bertujuan agar kehidupan sosial betul-betul aman, tentram dan sejahtera.

 

Salam Aman, Tentram dan Sejahtera

Sugeng Teguh Santoso, SH

(Calon Walikota Bogor/Sekjen DPN Perhimpunan Advokat Indonesia)