Friday, 22 November 2024
HomeKota BogorTukang (Pengusaha) Ojek

Tukang (Pengusaha) Ojek

Dia bernama Wahono. Saya penumpang ojek.  Wahono pengusaha ojek. Harus disebut pengusaha karena Wahono bukan pekerja.  Dia tidak tunduk pada perintah siapapun.

Tidak terikat jam kerja dan dia menerima upah bukan dipatok Upah Minimum Regional (UMR). Tapi upah yang hanya ia sepakati untuk diterima atas jasanya mengantar penumpang.

Karena saya lapar dan dia adalah seorang yang setara, maka tidaklah boleh saya makan sendiri tanpa mengajaknya makan. Pak Wahono rupanya juga lapar. Jadilah kami makan bersama di Rumah Makan Bebek Kaleyo Tebet, Jakarta, se-turun dari Commuter Line Bogor-Jakarta.

Saya juga wajib yang mentraktir karena saya yang ajaknya. Juga wajib saya bayar jasa antaran dari Stasiun Tebet ke Epicentrum Kuningan, tempat yang mewah untuk kongkow-kongkow.

Kami berbahasa jawa selama makan. Pak Wahono rupanya asli Yogyakarta. Sementara saya anak Jakarta made in Semarang…hehehe..

Pak Wahono rupanya bisa menyekolahkan anaknya hingga sarjana dengan bermodal motor yang diojekkan.

Jadi jangan remehkan tukang ojek loh.Para pekerja mandiri ini adalah barisan warga negara yang tangguh. Tidak membuat repot bangsa dan negara. Cukup bagi mereka diberi ruang ekpresi kerja saja.

 

Salam Hormat saya untuk Para Driver Ojek Dimana pun Berada…

Sugeng Teguh Santoso, SH

(Calon Walikota Bogor 2018 dan Sekjen Perhimpunan Advokat Indonesia)