BOGOR DAILY– Tolong pak, jangan dibawa,” ucap seorang wanita bertubuh seksi pada petugas Satpol PP Kota Bogor, Jumat (9/6) dinihari. EN (41), seorang Pekerja Seks Komersil (PSK) menolak dibawa petugas yang malam itu melakukan razia. Ibu dua anak itu tak sendiri. Masih ada belasan wanita lainnya yang juga memiliki pekerjaan serupa sebagai pemuas nafsu pria hidung belang. “Saya cuma cari THR, pak,” aku EN sambil digelandang ke mobil petugas.
Meski bulan puasa, banyak wanita penjaja seks yang tetap beroperasi demi berburu Tunjangan Hari Raya (THR). Dalam operasi itu, sedikitnya ada 16 PSK yang terjaring dalam operasi penyakit masyarakat (pekat) tim gabungan Satpol PP Kota Bogor dan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Bogor.
Di Jalan Kapten Muslihat Kota Bogor, EN bersama beberapa kawannya diangkut petugas. Padahal , malam itu ia tengah menunggu tamu-tamunya. Sebagian ada yang dibawa petugas bersama teman laki-lakinya. Dari belasan PSK yang ditangkap, delapan orang di antaranya adalah waria.
Sebelum diciduk, operasi ini juga diwarnai aksi kejar-kejaran hingga akhirnya para PSK tak bisa berkutik.
“Jangan dibawa pak, kasian anak saya. Saya cuma cari THR,” ucap EN yang sudah berada dalam cengkraman petugas.
EN merupakan warga Ciamis yang telah tinggal bertahun-tahun di Kota Bogor. Awalnya ia datang ke Bogor mengikuti sang suami. Namun setelah beberapa tahun menikah sang suami meninggal pada 2010. Demi bertahan hidup dan menafkahi kedua anaknya, EN terpaksa mengambil jalan pintas menjadi seorang PSK. “Awalnya kerja di pabrik cuman pabriknya bangkrut dan sekarang jadi PSK,” ujarnya sambil menutup wajahnya dengan tangan.
Di bulan puasa kali ini EN terpaksa beroperasi untuk mendapatkan pundi rupiah yang lebih banyak. Terlebih ia harus membelikan baju baru untuk dua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah. “Kalau tidak kerja tidak dapat uang, apalagi mau Lebaran kayak gini,” terangnya.
Dalam bekerja menjadi PSK, EN mematok tarif mulai dari Rp150 ribu sampai Rp250 ribu. Dalam semalam EN dapat menggaet dua hingga tiga pelanggan. Dan kebanyakan yang menggunakan jasanya adalah para sopir angkot, bapak-bapak, hingga pelajar. Ia juga biasa mangkal di Jalan Dewi Sartika, di belakang Hotel Salak, Jalan Kapten Muslihat dan Jalan Ir Juanda.
Sementara itu, Kasatpol PP Kota Bogor Heri Karnadi mengatakan bahwa kegiatan ini untuk membuat Kota Bogor lebih kondusif, terlebih di bulan puasa agar tidak ada gangguan ketertiban umum kepada masyarakat Kota Bogor. “Di beberapa jalan di Kota Bogor memang sering dijadikan tempat mangkal para PSK dan waria, maka dari itu kita sisir beberapa jalan yang diduga tempat mangkal tersebut. Dan akhirnya ditemukan banyak PSK mangkal,” paparnya.
Heri mengaku bahwa kegiatan ini pertama kali dilakukan di bulan puasa di bawah kendali Dinsos. Menurutnya, kali ini pihaknya baru menggelar razia di beberapa ruas jalan saja yang sering menjadi tempat mangkal. Namun untuk ke depan pihaknya akan memburu kos-kosan mesum dan hotel-hotel melati. “Kali ini baru jalan, tetapi ke depan kita akan buru kos-kosan mesum dan hotel-hotel melati yang sering dijadikan tempat prostitusinya,” kata Heri.
Untuk menjaga agar tidak ada PSK berkeliaran, Heri akan membuat jadwal patroli pada malam hari, sehingga menurutnya tidak ada PSK yang beroperasi kembali khususnya di bulan puasa kali ini. “Mereka ini beroperasinya pada malam hari, makanya kita harus mengadakan patroli malam hari, bila perlu lokasi-lokasi yang diindikasikan tempat mangkal kita akan simpan petugas,” tuturnya.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial Kota Bogor Azrin Syamsudin menjelaskan bahwa dengan adanya operasi kali ini untuk meminimalisasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Bogor. Menurutnya, sejumlah PSK yang ditangkap tersebut akan diberikan pelatihan dan dikirim ke Balai Pelatihan Kerja, Sukabumi.
“Mereka akan didata dulu, lalu mereka akan kita serahkan ke balai pelatihan untuk dibina dan diberikan pelatihan kerja. Sehingga setelah pulang dari situ mereka bisa memulai usaha,” ungkapnya.