Thursday, 2 May 2024
HomeKabupaten BogorHormatku Padamu Guru

Hormatku Padamu Guru

Oleh: Hj. , SH, MH
(Calon Bupati Bogor 2018)

Anggota Fraksi PPP DPR, Doni Achmad Munir menyerahkan pandangan akhir Fraksi PPP ke Badan Anggaran (Banggar) DPR, terkait APBN 2017 bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Kepala Bappenas Bambang Brojonegoro, Jumat 28 Juli 2017.

Fraksi PPP telah memperjuangkan alokasi tunjangan guru madrasah dan pendidikan agama. Dan alhamdulillah pemerintah mengabulkannya Rp4,7 triliun. Begini rinciannya: Sebesar Rp3,3 triliun akan dialokasikan pada APBN Perubahan dan Rp1,4 triliun dialokasikan dalam APBN murni.

Keberhasilan perjuangan Fraksi PPP di DPR itu memperkuat keyakinan saya terhadap tuntutan para guru honor yang disampaikan dalam aksi demo di Kantor Bupati Bogor, Kamis, 18 Mei 2017 lalu. Dalam aksi itu, para guru honor mengeluhkan keberadaan mereka sebagai guru yang dipelakukan secara tidak adil.

Guru sejatinya adalah sebuah profesi mulia. Sebab guru adalah agen of change. Guru tidak saja menentukan kualitas sumberdaya manusia. Namun juga menentukan tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia.

Sebuah bangsa akan maju apabila sumberdaya manusianya terdidik dengan baik. Terdidik dengan kualitas yang mumpuni. Dengan bekal ini, rakyat kelak bisa masuk dan bekerja di sektor-sektor modern, atau membangun perusahaan sendiri. Semuanya itu berawal dari tempaan para guru mulai dari tingkat paling rendah sampai ke jenjang yang lebih tinggi.

Oleh sebab itu, kita semua tentu tidak berharap ada perlakuan tidak adil terhadap guru honor. Sebab profesi guru, (baik guru tetap atau honor) memiliki fungsi sama dalam menempa anak-anak bangsa untuk bermoral baik dan bermotivasi tinggi.

Murid tidak pernah membedakan mana guru honor dan mana guru tetap. Begitu pula orangtua murid. Bagi mereka, setiap orang yang mengambil peran tampil mengajar di dalam kelas adalah guru.

Dan pada dasarnya, setiap guru, apakah guru honor atau guru tetap, memiliki tanggung jawab moral dan profesi yang sama dalam mencerdaskan anak didik. Tidak pernah ada dalam sejarah, di mana anak didik yang kurang beruntung mengatakan dia jadi seperti sekarang karena diajar oleh guru honor.

Juga tidak ada pejabat tinggi yang mengatakan dia bisa menjadi seperti sekarang karena diajar oleh guru tetap. Guru honor atau guru tetap adalah guru yang memiliki peran sama yakni mencerdaskan anak didik.

Mengenai ketidakadilan yang dirasakan oleh para guru honor di Kabupaten Bogor, sungguh haruslah menjadi perhatian serius semua stake holder. Sebab, secara kualitatif di Kabupaten Bogor khususnya sulit diterima nalar.

Bagaimana mungkin seorang guru honor memperoleh gaji yang jauh lebih kecil ketimbang gaji yang diterima rekan sesama guru, hanya karena “status”. Ini jelas tidak adil. Sangat layak dan harus diperjuangkan.

Sebagai Wakil rakyat, saya selalu meneriakan ketidakadilan yang dirasakan para guru honor ini. Pemerintah Kabupaten Bogor wajib memperhatikan nasib mereka. Jangan menunggu mereka kehilangan harapan.

KEKURANGAN GURU

Pada kenyataannya, peran para guru honor sangat penting untuk menutupi kekurangan guru di Kabupaten Bogor. Tahun ini saja banyak sekali guru tetap yang memasuki masa pensiun. Jangan sampai sekolah anak-anak kita nanti kekurangan guru. Tentu semua tidak menginginkannya.

Selain akan merendahkan kualitas anak didik, kekosongan guru juga berpotensi membuat murid berkembang liar dan masuk ke dunia yang tidak diinginkan. Tawuran pelajar. SDM yang rendah. Dan bentuk kenakalan lainnya.

Sekolah adalah tempat di mana anak didik dicerdaskan. Maka sekolah harus menjadi tempat yang membentengi anak didik dari hasutan unsur jahat modernisasi: Narkoba. Seks bebas. Dan lain sebagainya.

Data BPS menunjukan, dari 5 juta lebih jumlah penduduk Kabupaten Bogor, hanya sekitar 4 persen saja yang berpendidikan tinggi. Fakta ini harus menjadi alasan pemerintah ketika menaikan kesejahteraan guru.

Warga Kabupaten Bogor tidak boleh jadi tamu di rumahnya sendiri akibat kalah bersaing dengan warga pendatang. Sebab itu bukan hanya guru honor, tetapi seluruh guru harus jadi perhatian.

Jangan ada lagi kisah guru yang terpinggirkan. Seperti dalam lagu “Guru Oemar Bakrie” karya musisi Iwan Fals. (*)