BOGOR DAILY- Nama Bima Arya belakangan jadi obrolan hangat di kancah politik Jawa Barat (Jabar). Wali Kota Bogor itu digadang-gadang jadi kandidat kuat Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai calon gubernur (cawagub). Lalu, apa kata pakar politik jika Bima Arya benar-benar memilih terbang ke provinsi?
Peluang Bima Arya maju di tingkat Jabar memang sudah terbuka. Ini menyusul adanya dua nama yang disodorkan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAN, yakni Bima Arya dan Desy Ratnasari. Pakar Politik dari Univer
Iriawan Maksudi menyebut bahwa keinginan Bima itu sah-sah saja. Hanya saja dari kacamata politik, langkah itu belum tepat. “Di Kota Bogor saja masih banyak kekurangan, bagaimana bisa ke provinsi. Itu justru akan memberatkan dia sendiri,” ungkap mantan Dekan FISIP Unida ini. sitas Djuanda (Unida) Beddy
Terkecuali, lanjut dia, di akhir kepengurusannya Bima sanggup melahirkan inovasi yang dampaknya langsung dirasa postif oleh warganya. Sebab, ia menilai selama kepemimpinan Bima-Usmar belum ada kebanggaan yang bisa diunggulkan. “Lebih baik fokus saja selesaikan PR yang ada, melanjutkan visi-misinya yang belum terealisasi,” saran lelaki berkacamata itu.
Pandangan lain justru diutarakan Pengamat Politik LIPI Siti Zuhro. Menurutnya, tidak ada kepala daerah yang sanggup menyelesaikan visi-misinya dalam tempo lima tahun. Bagi Siti, selama pencalonannya itu dilakukan selepas jabatannya sebagai Wali Kota Bogor berakhir, maka tidak masalah naik kelas. “Prinsipnya jangan jadi politisi yang kutu loncat. Silakan. Toh Bima juga tidak asing-asing amat untuk Jabar,” jawab Siti.
Hanya saja, lanjutnya, DPP PAN harus jeli menentukan pilihannya sesuai kebutuhan masyarakat Jabar. “Artinya, dua orang itu (Bima dan Desy, red) harus betul-betul dihitung bagaimana tingkat elektabilitas dan akseptabilitasnya. Jangan hanya mengandalkan popularitasnya saja,” terangnya.
Jika melihat hasil survei yang dilakukan Poltracking Indonesia, elektabilitas Bima Arya memang lebih unggul dari Desy Ratnasari. Namun tidak terpaut jauh, hanya selisih 0,12. Bima Arya 1,00 persen, sedangkan Desy Ratnasari 0,88 persen. Sedangkan tiga teratas masih diduduki Ridwan Kamil (38,13 persen), Dedy Mizwar (14,88 persen) dan Dedi Mulyadi (9,88 persen).
Tak heran jika PAN pun hanya mengincar posisi cawagub dalam bursa Pilgub Jabar 2018. “PAN di Pilkada Jabar nggak ngotot di gubernur. Tetapi posisi wagub, kami banyak (calon, red),” tegas Ketua DPP PAN Yandri Susanto. Dari calon tersebut, lanjutnya, dua di antaranya mengerucut pada sosok Bima Arya dan Desy Ratnasari.
Pakar Tata Negara Raden Mihradi menyarankan agar Bima Arya mempertimbangkan lagi niatnya maju di Pilgub Jabar. Alasannya, kepemimpinan Bima dianggap belum tuntas. Ditambah masih ada kelemahan yang perlu jadi catatan. Di antaranya soal reformasi birokrasi yang dianggap masih banyak kekurangan. “Contohnya banyak kasus hukum yang belum selesai. Ini menandakan bahwa tata kelola pemerintahannya juga belum berjalan baik,” urainya.
Tak hanya itu, Mihradi mengungkapkan, masih banyak keluhan dari masyarakat terkait pelayanannya. Termasuk soal adanya indikasi disharmonis antara pemimpin dan anak buahnya yang terlihat dalam kepemimpinan Bima Arya.
“Ya saya sebagai orang luar memang melihatnya seperti itu. Memang secara aturan tidak apa-apa kalau maju di provinsi. Hanya saja melihat kelemahan itu, bagaimana bisa untuk memimpin 27 kota/kabupaten,” tandasnya