BOGOR DAILY- Koalisi Gerindra-PKS yang ikut didukung PAN, PPP dan PKB, sukses mengantarkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dalam pilkada putaran kedua, April lalu. Rupanya, sinyal Koalisi Jakarta itu juga menguat di Bumi Tegar Beriman, Cibinong, untuk menyambut Pemilihan Bupati (Pilbup) 2018.
Partai-partai di Cibinong mulai menjajaki Koalisi Jakarta. Terbukti dari Gerindra-PKS yang sudah lebih dulu mengikat komitmennya bersama merebut kursi F1 Kabupaten Bogor.
Ketua Bidang Pemenangan Pemilu dan Pilkada DPD PKS Kabupaten Bogor Eko Syaiful Rohman mengakui bahwa partainya dan Gerindra sejak awal sudah menjalin komunikasi untuk berkoalisi dalam Pilbup 2018.
Apalagi jika melihat kursi di DPRD, PKS dengan lima kursi dan Gerindra dengan enam kursinya sudah memenuhi syarat mengusung calonnya sendiri. “Kalau dengan Gerindra memang intens sejak awal dan saling memahami. Makanya kami sudah MoU dan memiliki tiket untuk maju. Yang penting itu dulu,” kata Eko kepada Metropolitan, kemarin.
Tak hanya dengan Gerindra, ia pun masih membuka peluang lebar bagi partai politik (parpol) lainnya untuk membangun hubungan seperti Koalisi Jakarta yang sudah lebih dulu sukses mengantarkan Anies-Sandi. Di antaranya PPP, PAN dan PKB.
Hal itu meski diakuinya tidak ada instruksi partai untuk mengikuti apa yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta. “Ya, makanya koalisi kami masih sangat terbuka dan memungkinkan untuk parpol lain. Waktu pendaftaran juga masih cukup lama, jadi masih ada waktu untuk penjajakan dan komunikasi PKS dengan parpol lain berjalan baik hingga saat ini,” terangnya.
Senada, Ketua DPC Gerindra Kota Bogor Iwan Setiawan tidak menutup kemungkinan mengajak parpol lain bergabung tanpa terkecuali. DPD Gerindra Jawa Barat menyerahkan sepenuhnya keputusan koalisi kepada DPC di masing-masing wilayah karena mereka yang paling paham situasi masing-masing. “Kami bebas berkoalisi dengan siapa pun. Kalau dengan PKS memang sejak awal sudah seirama, bukan semata karena Jakarta,” ujar Iwan.
Meski demikian, dirinya tidak memungkiri Pilkada DKI berdampak ke Kabupaten Bogor, khususnya ke Gerindra sendiri. Sebab, kemenangan di DKI menjadi pemicu Gerindra Kabupaten Bogor mengikuti jejak yang sama. “Sebetulnya lebih memungkinkan koalisi itu searah dengan koalisi di tingkat Provinsi Jawa Barat. Soalnya kali ini pilkada dilakukan serentak dengan pilgub. Jadi kalau sama akan lebih mudah,” ungkapnya.
Sementara Pengamat Politik Universitas Djuanda Bogor Beddy Irawan mengatakan, kecenderungan koalisi yang akan dibangun di Kabupaten Bogor lebih melihat kepada akseptabilitas atau penerimaan masyarakat. Parpol akan mencari mitra koalisi yang partai atau figur yang diusungnya memiliki tingkat penerimaan di masyarakat.
“Karakter masyarakatnya memang berbeda, makanya koalisinya pun cair tidak ikut ke Jakarta. Mungkin ada beberapa yang tetap seirama dengan Jakarta memang sudah solid dari atasnya. Selebihnya saya rasa parpol mencari yang tingkat penerimaan masyarakatnya tinggi,” ungkap Beddy.
Jika melihat kondisi saat ini, Beddy belum melihat peta koalisi secara pasti. Sebab, sejumlah partai masih malu-malu dalam menentukan mitra koalisi karena waktu pendaftaran juga terbilang masih cukup lama.
“Semua masih memungkinkan dan sangat cair. Saya rasa di akhir tahun jelang pendaftaran parpol baru mulai keluar dan menentukan langkah koalisi. Kalau sekarang masih mengamati karena semuanya pasti ingin berkoalisi dengan yang menang,” pungkasnya.