Friday, 4 October 2024
HomeKabupaten BogorBocah SD di Sentul Meninggal Usai Imunisasi Rubella

Bocah SD di Sentul Meninggal Usai Imunisasi Rubella

BOGOR DAILY– Satu minggu setelah mendapat suntikan imunisasi campak dan rubella di SDN Sentul 1, Gina Naziba Yasmin (11) anak pasangan Mimi Dahlia dengan Iwa Kartiwan, dilarikan ke Rumah Sakit Sentre Cibinong untuk mendapat perawatan intensif karena kondisi kese­hatannya menurun.

Orang tua korban, Mimi Dahlia menga­takan, pada 9 Agustus 2017 anaknya menda­pat suntikan vaksin campak dan rubella di sekolahnya. Tiga hari pasca diimunisasi, anaknya mengalami diare selama dua hari. “Setelah itu anak saya kembali sekolah seperti biasa. Namun saat jalan, kakinya diseret, dia bilang sakit,” katanya.

Ia menjelaskan, mendiang anaknya me­rasakan sakit dan kesemutan pada kaki dan tangannya pada 16 Agustus. Pada 17 Agustus, kaki dan tangan Yasmin kaku tak bisa digerakkan. “Saya bergegas membawa anak saya ke Rumah Sakit (RS) Anisa. Karena tidak ada alat, RS Anisa pun merujuk anak saya ke RS Trimitra,” jelasnya.

Namun dengan alasan yang sama, sam­bungnya, RS Trimitra merujuk Yasmin ke RSUD Cibinong. RSUD Cibinong pun bahkan menolak dengan alasan ruangan penuh. Akhirnya Yasmin dirujuk ke RS Sentra Medika Cibinong untuk mendapat pertolongan medis. “Kasihan sekali saya melihat anak saya saat itu, sampai ditolak beberapa rumah sakit. Bahkan RDUD Cibinong pun menolaknya,” tuturnya.

Mimi menerangkan, setelah tiga hari mendapat perawatan di RS Sentra Med­ika Cibinong, buah hatinya tak dapat ditolong lagi hingga mengembuskan napas terakhirnya. Selama dirawat, dok­ter tak menjelaskan tentang penyakit yang diderita anaknya ini. “Bahkan sete­lah anak saya tidak ada, saya diminta tutup mulut oleh pihak rumah sakit,” terangnya.

Dirinya sangat menyesalkan pihak rumah sakit yang tak memberitahukan penyebab kematian anaknya tersebut. Bahkan, di­rinya pun sangat kecewa pada pihak guru di SDN Sentul 1 yang tak memberi kabar saat anaknya akan disuntik vaksin campak dan rubella. “Guru itu kan tidak tahu kondisi anak saya, kok berani-be­raninya mengambil keputusan dan mem­perbolehkan anak saya disuntik,” sesalnya.

Terpisah, saat awak media mencoba mengonfirmasi hal ini pada Kepala UPF Puskesmas Leuwinutug Oktavia Hutapea, dirinya tak bisa memberi keterangan. “Saya tidak bisa memberi keterangan apa-apa Pak, mungkin jika perlu kete­rangan resmi bisa langsung menghubungi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor,” singkatnya.