BOGOR DAILY– Lebih dari dua minggu Kota Bogor dan sekitarnya tidak dilanda hujan. Tanda-tanda datangnya musim kemarau pun sudah terlihat. Debit air di Bendung Katulampa, Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, semakin hari makin berkurang. Bencana kekeringan di sejumlah wilayah bakal menjadi ancaman seiring jarang terjadinya hujan lokal di kawasan Puncak.
Kekeringan di Bendung Katulampa sudah terjadi sejak awal Agustus. Petugas Bendung Katulampa Yadi Kusdian mengatakan, debit air sempat 0 sentimeter (cm). Namun pihaknya terus berupaya mengalirkan air tersebut ke saluran irigasi, sehingga kebutuhan masyarakat masih dapat terpenuhi.
“Dari minggu kemarin sudah 0 cm debit air. Walaupun pada 2 Agustus sempat mengalami peningkatan debit air, ketinggian air meningkat menjadi 30 cm, namun masih dikatakan belum berada pada batas normal,” ujarnya.
Kekeringan ini, lanjut Yadi, akan terus terjadi selama tidak ada hujan di kawasan Puncak. Diperkirakan
akan kembali normal pada November, di mana sering terjadi hujan di penghujung tahun. “Saat ini debit air hanya 29 cm, kurang dari 1.224 liter per detik. Padahal normalnya 2.248 liter per detik. Semua pintu sudah ditutup dan dialihkan ke satu pintu saja,” terangnya.
Menurut dia, kekeringan bakal menyebabkan dampak kepada masyarakat, di antaranya sawah petani akan kering, begitu juga dengan masyarakat yang mempunyai peternakan ikan. Mereka akan berebut air. “Memang yang kita prioritaskan untuk ke irigasi masyarakat, karena banyak orang yang membutuhkannya,” paparnya.
Dampak kekeringan Bendung Katulampa tak hanya terjadi di Bogor, tapi juga di beberapa kota lantaran aliran air mengalir ke Depok dan Jakarta.
Sementara itu, datangnya musim kemarau dikeluhkan warga sekitar. Salah satunya Erni Hayani (32) yang mengaku kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Akhir-akhir ini airnya juga sedikit bau, mungkin karena sedikit yang mengalirnya,” katanya.
Erni dan warga lainnya terpaksa ke tempat mata air lainnya untuk mencuci baju, piring dan lainnya. “Ya sekarang nyucinya di pancuran, karena kalau di sungai tidak bagus airnya,” ungkapnya.
BPBD BENTUK KELURAHAN TANGGUH BENCANA
Pada minggu kedua Agustus, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor sudah membentuk kelurahan tanggup bencana untuk mengatasi bencana.
Kepala BPBD Kota Bogor Ganjar Gunawan AP mengatakan, Kota Bogor sebenarnya termasuk wilayah yang disebut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan istilah Di luar Perkiraan Musim (DPM). Sehingga dia yakin di Kota Hujan tak akan kekeringan.
Dengan dibentuknya kelurahan tangguh bencana, dia berharap masyarakat memahami dan mengetahui terlebih dulu bahwa wilayahnya termasuk rawan bencana.
“Contohnya di Pasirjaya disitu kita sudah membentuk kelurahan tangguh bencana. Artinya, di kelurahan tersebut orang-orangnya sudah lebih peduli dan terlatih. Kita latih masyarakatnya dan kita buatkan Program Kerja Siaga Bencana” tutur Ganjar.
Sementara itu, kemarau panjang pernah terjadi di Kota Bogor dua tahun lalu. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Kota Bogor pun menggelar Salat Istisqa di Lapangan Sempur pada 24 Juli 2015.
Salat minta hujan ini cukup langka karena Bogor terkenal dengan julukan sebagai Kota Hujan. Saat itu doa dipimpin Ketua MUI KH Adam Ibrahim. ”Mari kita beristighfar dengan sungguh-sungguh penuh khidmat. Mudah-mudahan panas ini membakar semangat kita memohon ampunan Allah SWT,” ujar Kiai Adam.