BOGOR DAILY- Warga Kampung Kramat, Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor masih memanfaatkan media penyeberangan tradisional, perahu getek. Banyak warga yang menggunakannya untuk menyeberang Sungai Cisadane yang memisahkan Kampung Kramat dengan Kampung Cibalagung, Kelurahan Pasirkuda, Bogor Barat.
Hanya dengan mengandalkan lima ban mengangkut lima sampai enam orang. Bentuknya cukup seberukuran besar, perahu getek bisa derhana yang mayoritas materialnya terbuat dari bambu. Namun saat ini getek yang digunakan sudah dimodifikasi karena dilengkapi rumah-rumahan dan tempat duduk untuk penumpang yang terbuat dari bahan kayu.
Atap ini dibuat agar penumpang semakin nyaman. Tampak pula seutas tambang yang dipasang memanjang mulai dari bibir sungai Kampung Kramat hingga Kampung Cibalagung. Tambang itu sendiri digunakan untuk menjalankan getek dengan cara menariknya.
Adalah Supandi Rahman (41) yang biasa bertugas menarik getek bila ada warga yang hendak menyeberangi Sungai Cisadane. Dia mengatakan, setiap warga dikenakan tarif Rp1.000. ”Sangat murah dan masih banyak yang suka naik getek untuk menyeberang sungai,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, getek atau eretan sudah ada sejak puluhan tahun lalu. ”Sudah lama banget, kalau saya sendiri kurang lebih sudah 20 tahunan bertugas narik getek ini,” katanya. Dia tidak menyangka rupanya masih banyak yang tertarik menggunakan getek untuk menyebrang sungai. ”Tapi sekarang sudah berkurang, soalnya banyak transportasi lain yang lebih praktis dan murah,” terangnya. ”Biasanya sih warga dari Cibalagung nyebrang untuk pergi ke Stasiun Bogor, memang dekat bisa jalan atau naik angkot, biayanya jadi lebih murah,” tambahnya.
Dia melanjutkan, getek akan terus menjadi media penyeberangan warga meskipun di lokasi tersebut akan dibangun sebuah jembatan. ”Getek harus dipertahankan, karena ini bisa dibilang sudah melegenda, sangat tradisional,” tandasnya.