BOGOR DAILY-Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mendesak pemerintah daerah menutup SMU Budi Mulia Bogor dan SMU Mardi Yuana Bogor. Arist menuduh kedua sekolah tersebut membiarkan murid-muridnya melakukan duel atau tindak kekerasan hingga menyebabkan meninggalnya Hilarius Christian Evant Raharjo, siswa kelas X, SMU Budi Mulia.
“Enggak bisa bilang sekolah engga tau. Pertarungan ala gladiator untuk murid-murid baru itu sudah berlangsung secara turun temurun. Sekolah harus ikut bertanggung jawab,” ujar Arist.
Menurut Arist, hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku dengan mengeluarkannya dari sekolah tidaklah cukup. “Tindak pidana harus tetap diurus, engga bisa dibiarkan. Namun karena pelakunya anak 15 tahun, pendekatannya harus dengan perspektif anak-anak,” katanya.
Arist mengatakan, sejak enam bulan yang lalu, keluarga Christian sudah melapor ke Komnas PA. Dua minggu kemudian, Komnas PA sudah mengirimkan surat ke Kepolisian Resort Kota Bogor agar laporan keluarga korban segera ditindaklanjuti. “Sayangnya tidak ditangani dengan serius. Polresta Bogor terlambat merespon,” ujar Arist.
Kemarin, Polresta Bogor sudah mengotopsi jenazah Christian. Dari hasil autopsi ditemukan ada kerusakan di beberapa bagian organ dalam tubuh korban.
Ketua Komnas PA ini berjanji akan terus mengawal pengusutan kasus kematian Christian oleh Polresta Bogor dan Kepolisian Daerah Jawa Barat.
Kasus kematian Hilarius Christian Evant Raharjo terjadi pada 29 Januari 2017. Namun kasus ini kembali mencuat berkat curahan hati ibunda korban, Maria Agnes yang viral di sosial media.
Maria menjelaskan berdasarkan informasi yang diterimanya, peristiwa duel ala gradiator yang diberi nama “bom-boman” ini sudah menjadi tradisi tahunan yang digelar oleh senior dan alumni dua SMU Katholik di Kota Bogor tersebut.
Menurut Maria, para senior memaksa siswa baru dari kedua sekolah mau diadu berkelahi satu lawan satu. Duel “bom-boman” ini ditonton oleh puluhan kakak kelas dan alumni kedua sekolah.
Kala itu, duel digelar di lapangan basket Taman Palupuh. Tepatnya di belakang SMA Negeri 7 Kota Bogor, di Vila Citra, Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.
Sebagai kamuflase agar tak di ketahui pihak sekolah, promotor bom-boman mengadakan pertandingan basket. “Anak saya terpilih karena badannya tinggi dan besar. Dia juga atlet basket yang akan test untuk Pelatda Kota Bogor,” ucap Maria.
Dari awal, Maria menyatakan, anaknya sudah menolak namun kakak kelas dan beberapa alumni Budi Mulia memaksa Christian berduel melawan Bevan, siswa baru kelas X SMU Mardi Yuana.
Karena Christian tidak pernah berkelahi dia terjatuh setelah lawannya memukul tepat di bagian ulu hati. Perkelahian yang disaksikan sekitar 50 orang siswa itu direkam oleh siswa lain.
Maria berkata, anaknya sudah menyerah tapi seniornya malah menendang dan menyeretnya ke tengah lapangan supaya tetap melawan Bevan.
Dalam keadaan sudah tidak berdaya, menurut Maria, seorang senior dari Mardi Yuana berteriak mengatakan Christian belum kalah atau KO. Dia lantas memerintahkan lawan yang notabene adik kelasnya supaya kembali menghajar Christian.
Bevan kemudian membenturkan kepala Christian sebanyak lima kali dan menginjak-injak perutnya hingga dia tewas di lokasi.
Venansius Raharjo ayah almarhum Christian mengatakan, kala kasus duel maut ini terjadi, keluarga tidak melapor ke polisi dengan alasan tidak mau jasad Christian diotopsi. “Tapi sekarang saya ingin kasus ini ditangani karena pelaku satu pun tidak ada yang dihukum,” ujar Venasius
sumber: tempo