BOGOR DAILY-Klub Barcelona identik dengan Lionel Messi meski para pemain bintang mondar-mandir di tim representasi Catalunya itu. Bagi tim nasional (timnas) Argentina, Messi juga menjadi megabintang sekaligus andalan dan kapten tim.
Dan Messi pun membuktikan tuahnya (lagi) pada Rabu (11/10/2017) pagi WIB. Tiga golnya ke gawang tuan rumah Ekuador demi kemenangan 3-1 membuat Argentina lolos ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia.
Padahal pertandingan begitu berat. Pertama, Argentina harus menang bila ingin memastikan diri ke Rusia. Kedua, kota Quito yang menjadi panggung punya ketinggian 2.850 mdpl –lebih rendah sedikit dibanding Gunung Gede di Bogor, Jawa Barat.
Dan ketiga, ini yang paling berat, Argentina tak pernah menang di sana sejak 2001. Tiga kunjungan terdahulu, misalnya, hanya berujung dua kekalahan dan sekali imbang.
Gelagat bencana pun hadir ketika Ekuador justru mencuri gol saat laga baru berlangsung satu menit. Romario Ibarra menundukkan kiper Sergio Romero.
Namun kali ini para pemain Argentina yang sebagian besar adalah pemain utama di klub-klub elite Eropa menunjukkan kekuatan mental serta fisik mereka. Messi membuka proses hattrick pada menit 11.
Tujuh menit kemudian, Messi kembali mencetak gol dan membuat kepercayaan diri Argentina meningkat drastis. Adapun dua gol Messi dibantu assist Angel Di Maria.
Sementara Ekuador yang sudah tersisih apapun hasil pertandingan tak kuasa memberi perlawanan berarti. Alhasil Messi mencetak gol ketiganya pada menit 62 sekaligus “membunuh” pertandingan.
Bagi Messi, hattrick tadi membuat koleksi golnya untuk Argentina menjadi 61 dalam 122 pertandingan. Argentina pun selamat dan tak pernah gagal lolos ke putaran final Piala Dunia sejak 1970.
“Kacau sekali bila Argentina tidak bermain di Piala Dunia. Setelah ini kami akan berubah, akan tumbuh, dan akan lebih kuat,” ujar pemain 30 ini dilansir AP (h/t USA Today).
Entah apakah komentar Messi artinya ada pemain lain Argentina yang bisa memberi pembeda, bukan hanya dirinya. Messi dalam laga tadi sempat memberi operan kunci kepada Di Maria, tapi pemain Paris Saint Germain ini gagal menundukkan kiper Ekuador Maximo Banguera.
Demikian pula Mauro Icardi, penyerang Inter Milan yang ditampilkan menggantikan Dario Benedetto mulai menit 76. Menerima operan matang dan tinggal berhadapan dengan Banguera, bola sepakan Icardi berhasil ditepis.
Hattrick Messi tadi juga sebuah ironi. Sekali lagi Messi membuktikan bahwa untuk mencetak gol, seorang pemain “boleh saja” tidak menggiring (dribbling) bola sekalipun. Messi menunjukkan bagaimana bermain efektif sekaligus efisien.
Pelatih Argentina, Jorge Sampaoli, pun menunjukkan betapa hebatnya Messi bagi sepak bola dunia. “Messi tidak berhutang Piala Dunia kepada Argentina. Sepak bola yang berhutang Piala Dunia kepada Messi. Dia pemain terbaik sepanjang sejarah,” katanya.
Itu sebabnya, dikutip ESPN FC, Sampaoli menegaskan bahwa Argentina beruntung memiliki pemain terbaik seperti Messi. Dan bekas pelatih Sevilla itu berjanji untuk membantu Argentina juara dunia agar Messi punya gelar kampiun yang lengkap.
“Kami punya peluang untuk membantu lagi juara Piala Dunia…saya senang sekali bisa berada dalam satu tim dengannya,” imbuhnya.
Argentina yang sebelum pertandingan melawan Ekuador berada di posisi enam, akhirnya menutup klasemen kualifikasi zona Amerika Selatan di posisi tiga di bawah Brasil dan Uruguay. Sementara Kolombia mengamankan tiket terakhir zona itu untuk langsung ke Rusia dan Peru harus berebut satu tiket tersisa lewat play-off dengan Selandia Baru.