BOGOR DAILY- Beberapa hari yang lalu masyarakat dihebohkan dengan meninggalnya seorang pembalap cilik bernama Denis Kancil. Rupanya, lokasi kematian sang pembalap cilik asal Cisauk, Rumpin, Kabupaten Bogor ini memang terkenal angker.
Pasalnya, sudah banyak kisah tragis kecelakaan sampai meregang nyawa yang terjadi di sana. Bukan hanya sekali atau dua kali, tapi sudah berkali-kali terjadi kecelakaan di sana.
Lokasi ini memang jadi kesukaan para pengebut aktif yang getol ngetrek di arena balap liar Alam Sutera atau yang lebih beken disebut trek Sogo.
Di arena tersebut, pembalap dan partisipan sering berkunjung setiap harinya. Termasuk ratusan pembengkel modifikasi mesin yang katanya bukan hanya dari kawasan Tangerang.
Melansir penelusuran GridOto.com, rupanya ada juga kisah rekan mereka yang tewas mengenaskan di sana.
“Sebelum Denis Kancil, paling akhir teman saya, Dede Belo, pake Satria F 150,” jelas Benthoel salah seorang pegiat balap liar.
Dia benar-benar tidak habis pikir dengan kematian salah seorang rekannya tersebut. Dia menambahkan bahwa kecelakaan yang menimpa rekannya itu terlihat cukup aneh.
“Dia ada di posisi kiri, ngetrek berdua dengan lawan. Pas start posisi sudah di depan.”
“Aneh!”
“Kayak ada yang mendorong dan minggirin, motor tiba-tiba nyerong kanan terus sampai nabrak trotoar. Ia tewas di tempat, sama seperti korban sebelumnya yang juga meninggal di lokasi kejadian. Seperti minta tumbal,” kisahnya.
Makin miris, rekan almarhum sesama pembalap ada yang memvideokan detik tewasnya Dede. Kelihatan jelas, Dede tiba-tiba menyamping dan menabrak trotoar. Badan Dede pun tergeletak diam tak bergerak.
Rupanya dalam sebulan sudah ada 7 kecelakaan di kawasan tersebut. Kasus kecelakaannya pun beragam. Bahkan ada juga seorang warga yang meninggal karena terserunduk pembalap.
”Beberapa karena panik saat dibubarkan polisi. Mereka ngebut tidak tentu arah akibatnya adu kambing antara yang ngetrek juga penonton. Yang mengenaskan rata-rata yang celaka di sini memang tewas di tempat,” kata Benthoel joki balap liar dari zona Kunciran.
Benthoel pun mengakui bahwa rata-rata pembalap di kawasan tersebut tidak mengindahkan unsur keselamatan. “Hampir semua korban tewas tidak pakai helm juga sepatu.Kepala mereka cedera berat terbentur aspal,” papar Benthoel
Lebih parahnya lagi, tidak hanya pembalap saja yang tewas di sana. Dua remaja putri atau yang sering disebut dengan “cabe-cabean”, juga tewas mengenaskan di lokasi kejadian tersebut.
Foto mereka sempat beredar dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. “Mayat mereka tidak berani dipindahkan sebelum keluarga dan Polisi datang. Mereka terkapar sampai pagi. Penonton dan rekan pembalap sempat memberikan bunga di samping jenazah,” ujar Benthoel.