Saturday, 23 November 2024
HomeKabupaten BogorMahatir Mohamad

Mahatir Mohamad

Oleh: Hj. Ade Yasin, SH, MH
(Calon Bupati Bogor 2018)

Pekan lalu, saya mendapat kesempatan bertemu dengan seorang tokoh dunia sekaligus idola. Adalah Dr Tun Mahatir Mohamad, mantan Perdana Menteri Malaysia yang juga tokoh penting di balik majunya negeri Jiran saat ini.

Dulu saya hanya mendengar nama beliau di pelajaran pengetahuan umum. Tapi pada 2 November lalu, beliau mengundang saya secara pribadi untuk datang ke kediamannya. Sebuah kehormatan bagi saya dan keluarga mendapat jamuan khusus di sana.

Apalagi, beliau juga terbuka menceritakan pengalaman membangun negaranya yang kini sudah lebih maju dari Indonesia. Ini betul-betul menginsiprasi. Bahkan, di usianya yang sudah senja, beliau juga masih eksis di dunia politik.

Entah berapa banyak hasil pemikiran beliau untuk kemajuan bangsanya. Bagi saya, Mahatir adalah sosok negarawan sejati. Buah pikirnya di masa dulu berhasil menjadikan Malaysia di masa kini menjadi lebih hidup. Kebijakan pemindahan kota, pembangunan Twin Tower yang menjadi ikon negeri Jiran tak lepas dari gagasannya sebagai Perdana Menteri kala itu.

Pengalaman itu menjadi pelecut semangat saya untuk memberikan kontribusi nyata bagi negeri. Paling tidak untuk tanah kelahiran saya sendiri yakni Kabupaten Bogor.

https://www.instagram.com/p/BbGzFtOna86/?taken-by=ademunawarohyasin

Sambil berbincang santai, saya mendapat banyak wejangan bagaimana menjadi pemimpin sesungguhnya. Bagaimana sebuah demokrasi dari rakyat untuk rakyat itu dijalankan, walau harus menerima cemoohan dan fitnah.
Membangun daerah bersama rakyat memang tidak mudah, apalagi menggerakan masyarakat untuk melakukan perubahan.

Tapi dengan kemampuan memetakan masalah, hal itu akan memudahkan seorang pemimpin mengambil kebijakan. Karena, pemimpin yang berhasil membawa kemajuan dan perubahan akan dikenang dan didukung oleh rakyat. Kira-kira begitu wejangan beliau.

Tak hanya itu, pemikiran saya juga diajak kembali ke era Perdana Menteri Malaysia ke-4 itu berjuang membangun bangsanya. Menurutnya, seorang pemimpin mutlak harus memiliki sikap tegas dan nasionalisme tinggi. Jika tidak, maka seorang pemimpin akan mudah dipengaruhi pihak asing.

Itulah pentingnya bagi pemimpin mengetahui potensi diri. Bukan cuma diri sendiri, tapi juga potensi yang bisa dimaksimalkan dari rakyat dan wilayahnya demi membangun dan memajukan negeri. Pandangan beliau bukanlah asal bunyi alias asbun. Salah satu keberhasilannya yang bisa ditengok yakni mampu menjadi rumah bagi tiga ras besar yaitu Melayu, Tionghoa dan India.

Usai penjajahan, konflik antar ras itu bukan main kuatnya. Untungnya, pemimpin dari ketiga ras itu mau duduk bersama dan membicarakan masa depan bangsa. Kesatuan tiga ras tersebut jadi kunci utama terwujudnya stabilitas negara dan menjadi modal untuk memulai membangun bangsanya.

“So the work began. Perdana menteri Malaysia pertama dan kedua langsung meluncurkan program pembangunan. Waktu itu kami sangat pragmatis. Kami mengambil seluruh ide baik liberalisme, sosialisme, apapun yang kami yakin akan membantu kami maju,” begitu ujar lelaki yang 2 Desember nanti genap 92 tahun.

Sambil mengenang masa perjuangannya, politikus senior itu membuka kunci atas keberhasilan Malaysia saat ini. Pendidikan menjadi jawaban untuk membangun bangsa. Tak heran jika saat itu pemerintah Malaysia mengalokasikan 30 persen budget nasional untuk pendidikan. Termasuk memberi beasiswa untuk universitas dalam dan luar negeri.

Hasilnya, saat ini tingkat buta huruf masyarakat Malaysia mencapai nilai 0 persen dan kebanyakan warga Malaysia memiliki kemampuan di atas rata-rata di bidang pengetahuan alam, teknik dan matematika. Program selanjutnya adalah meningkatkan kemajuan di bidang teknik informatika agar bisa memberikan lapangan kerja, gaji yang baik dan tidak terus tergantung pada sektor agrikultur.

Dari kebijakan itulah Mahatir berkesimpulan tentang pentingnya seorang pemimpin hadir bagi rakyat sekaligus memberikan kepercayaan pada kemampuan rakyatnya. Mahatir bercerita kalau dirinya pernah ditawari berobat keluar negeri karena sakit. Tapi ia menolak, karena merasa lebih percaya dengan dokter ahli dari Malaysia. Dan, hal itu pun terbukti. Mahatir bukan hanya berhasil mendapat pengobatan maksimal dalam negeri tapi juga ia sukses membangun kepercayaan diri rakyatnya.

Obrolan saya dengan beliau pun semakin menarik saat beliau bercerita tentang pemimpin yang dipilih oleh rakyat. Kalau merujuk pada sejarah dinamika politik Malaysia yang tertuang dalam bukunya Meredith L. Weiss disebutkan kalau politik di Malaysia bersifat lokal. Artinya, pemilih (rakyat-red) menginginkan wakil dari daerahnya yang muncul sebagai pemimpin.

Alasannya sederhana, karena dengan begitu pemilih merasa bisa mengontrol pemimpinnya. Ini persis dengan makna demokrasi sebenarnya, “dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat”. Menurut Mahatir, pemimpin yang dipilih oleh rakyat harus paham dengan arah pembangunan daerahnya. Begitu pula jika kelak saya mendapatkan amanah untuk membangun Kabupaten Bogor. Sehingga, program pembangunan infrastruktur jelas harus menjadi prioritas. Agar kelak membawa dampak laju kebangkitan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Bukankah inti dari demokrasi adalah dari rakyat oleh rakyat. Sudah tentu, pembangunannya pun ditujukan agar bisa memberikan manfaat yang luas untuk masyarakat Kabupaten Bogor. Demokrasi akan mati jika pemimpin tidak punya visi membangun daerahnya lebih maju dan membawa manfaat luas.

Dari pertemuan ini, beliau pun mendukung niat saya mencalonkan di Pilkada Kabupaten Bogor. Beliau juga berjanji selalu siap bekerjasama untuk kebaikan umat. Terima kasih Tun Mahatir Mohamad. Wejangan Anda sangat menginspirasi saya. (*)