Friday, 22 November 2024
HomeNasionalMisteri Angka 8 di Akad Nikah Kahiyang-Bobby

Misteri Angka 8 di Akad Nikah Kahiyang-Bobby

BOGOR DAILY- Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution dalam hitungan jam akan segera menjadi pasangan suami istri. Kedua calon mempelai yang tengah menjadi sorotan publik tersebut akan segera melangsungkan hari pernikahan esok hari. Hari pernikahan yang akan digelar pada 8 November itu, dipilih oleh keluarga kedua mempelai bukan tanpa alasan.

Ketika menggelar konferensi pers beberapa waktu lalu, Gibran, anak sulung Jokowi memang mengatakan, pemilihan tanggal karena hanya 8 November 2017 saja yang masih kosong dan belum dipesan orang Gedung Graha Saba Buananya. Sementara, dihari-hari lain termasuk akhir pekan sudah penuh alias fully book.

Namun, dibalik pernyataannya, Gibran juga menambahkan memang sudah pasti ada perhitungan khas masyarakat Jawa, tapi yang paling utama ialah karena sudah penuhnya pemesanan penggunaan gedung Graha Saba Buana. Lain Gibran, lain pula Tukimin Wisanggeni, seorang ahli Spiritualis Budaya.

Mbah Kung Tukimin, begitu ia disapa mengatakan dalam program Sepcial Event ‘Jokowi Mantu’ yang ditayangkan oleh Inews, pemilihan 8 November oleh Presiden Jokowi pasti tidak sembarang dipilih dan pasti sudah disesuaikan dengan calon mempelai.

“Presiden tidak sembarang memilih hari, pasti disesuaikan dengan calon mempelai,” ucapnya dalam program Special Event, Inews, Selasa (7/11/2017). Angka delapan yang menjadi tanggal berlangsungnya acara pernikahan Kahiyang Ayu dan Bobby Afif Nasution, esok hari, ternyata memiliki makna yang cukup mengesankan. Angka delapan menurut penuturan Tukimin memiliki arti kemakmuran.

Selain itu, Mbah Kung Tukimin juga mengatakan hari yang telah dipilih untuk acara sakral seperti pernikahan, berkaitan dengan semua hal yang telah diperhitungkan secara matang. Tujuannya pasti untuk memberikan yang terbaik untuk kedua mempelai.

“Ada perhitungan bulan bukan tahun, bulan dan hari, setiap hari ada nilai yang disebut nato, ada bulan yang tidak boleh dipakai untuk acara sakral, misalnya Suro dan Muharam, orang Jawa pasti tidak melakukan acara sakral dibulan itu, karena bulan prihatin,” ucap Tukimin.