Saturday, 23 November 2024
HomeKabupaten BogorMaulid Nabi Zaman Now

Maulid Nabi Zaman Now

Oleh: Hj. Ade Yasin, SH, MH
(Calon Bupati Bogor 2018)

Di mana-mana semua orang merayakan hari lahirnya orang yang paling mulia di muka bumi ini: Nabi besar Muhammad SAW. Seperti di Bogor dan diseluruh penjuru tanah air. Acara biasanya diisi dengan dzikir, salawat, sedekah dan tausyiah.

Kita memang harus bersyukur atas karunia Allah dimana Nabi Muhammad SAW yang membawa manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang penuh cahaya. Kita wajib mencontoh, meneladani apa yang disabdakan Rasulullah dan sekaligus menjalankan segala sunah-sunahnya.

Nabi Muhammad SAW merupakan individu yang memiliki kelembutan luar biasa dan menjadi wadah dimana Allah SWT menunjukkan kasih sayangnya. Nabi Muhammad SAW berhasil menjaga persaudaraan, kerukunan, toleransi, dan memberi contoh agar masyarakat menjauhi kekerasan. Oleh sebab itu, kita juga harus demikian.

Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada hari Senin, 12 Rabiulawwal bersamaan dengan 20 April 571 M dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim dan Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf pada tahun Gajah. Disebut sebagai tahun Gajah sebab adanya peristiwa tentara bergajah Abrahah yang menyerang Kabah. Kemudian Nabi Muhammad menerima wahyu pada usia 40 tahun di Gua Hira sebagai titik tolak pengangkatan menjadi Nabi terakhir sebagai pembawa risalah Islam.

Lalu kapan peringatan Maulid atau kelahiran Nabi mulai digaungkan? Banyak pendapat diungkapkan berkaitan ini. Namun sebagian besar menyatakan bahwa peringatan Maulid mulai dilaksanakan pada masa dinasti Ayyubiyah oleh Sultan Sholahudin Al-Ayyubi. Pada masa itu adalah masa terjadinya perang Salib yang berjilid-jilid. Disebabkan semangat perjuangan umat mulai mengendor, maka Sultan menginstruksikan adanya sayembara untuk membuat sejarah perjalanan Nabi.

Melalui pengumuman sayembara itu, maka para sastrawan dan ulama pun berbondong-bondong untuk berpartisipasi. Singkat cerita terpilihlah salah satu karya yang diunggulkan yaitu karya Syaikh Ja’far Al-Barjanzy yang karyanya dikenal dengan Maulid Al-Barjanzy. Kemudian Sultan menginstruksikan agar maulid tersebut dibaca di seantero negeri, utamanya pada bulan Rabiulawwal sebagai cambuk untuk memompa semangat perjuangan umat.

Di era global ini atau yang lebih ngetren dengan istilah “zaman now”, kreasi metode dakwah Islam perlu ramah dan dekat dengan umat, tidak terkesan galak dan sangar. Dakwah dapat dilaksanakan dengan cara dan metode apapun sepanjang tidak ada unsur yang mengarah pada hal-hal yang haram. Teks-teks suci Al-quran dan hadits perlu dikontekstualisasikan maknanya dengan era dan kebutuhan zaman, utamanya yang berhubungan dengan cara dan metode dakwah. Maulid merupakan salah satu metode dalam menjelaskan dan mengarahkan umat untuk mampu meneladani pribadi unggul Nabi Muhammad SAW.

Jika menilik pada substansi peringatan Maulid Nabi, maka di sana akan ditemukan banyak sekali hal positif yang dianjurkan Al-quran dan Al-Hadits. Di antaranya ada pembacaan sejarah Nabi, ada tausiyah, ada kegiatan berkumpul orang muslim, ada sedekah, ada pembacaan doa, dan lain sebagainya. Apakah dari hal tersebut ada yang dilarang dalam Islam, sehingga sebagian umat Islam masih ada yang menyatakan bahwa peringatan Maulid adalah bidah?

Catatan yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam peringatan Maulid Nabi hendaknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dengan konsep membaca, memahami, kemudian benar-benar meneladani akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak ada candaan yang berlebihan ketika proses pembacaan Maulid berlangsung.

Dan juga penting untuk diperhatikan hendaknya diadakan kajian rutin dan kontinyu tentang terjemah dan tafsir kitab Maulid yang dibaca, baik Al-Barjanzy, Simtuthduror, atau yang lainnya. Karena teks-teks itu akan menjadi hal yang kosong jika kita tidak mampu memahami artinya untuk diteladani.

Akhirnya, ketika umat di luar Islam sudah terbang melayang menjelajahi antariksa dan menemukan teknologi digital modern, umat Islam masih berkutat dengan perdebatan khilafiyah yang memperuncing permusuhan umat. Di momen Maulid Nabi 1439 H/2017 M ini semoga menjadi wahana berefleksi diri untuk menjadi pribadi yang baik mulai dari diri saya sendiri, kemudian mengkampanyekan kepada teman dan rekan untuk membawa panji Islam yang toleran dan ramah. Sehingga Islam diterima sebagai pembawa perdamaian bagi dunia. Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad. (*)