BOGOR DAILY- Warga Desa Sukaharja Bogor geger dengan keringnya sumur garam yang ada di wilayahnya. Setelah sempat dimanfaatkan oleh warga saat harga garam meroket, minggu (3/12/17), kondisi area sumur garam yang ada di Kampung Jogjogan, Desa Warga Jaya tak lagi ramai seperti biasanya.
Air sumur yang tak melimpah seperti biasanya, menjadi faktor warga tak lagi dapat mengambil manfaat dari sumur yang telah berumur ratusan tahun ini.
“Sudah ada empat bulan sumur gak ada airnya,” kata Inah (49) warga sekitar.
Menurut warga Kampung Jogjogan RT 08/5 Desa Sukaharja ini, keringnya sumur garam berbarengan dengan kembali normalnya harga garam di pasaran. Karenanya, keringnya sumur tak terlalu merugikan warga.
“Banyak yang kaget, karena kondisi sumur kering saat harga garam mulai normal. Seperti sumur itu tau kapan harus dimanfaatkan warga,” uapnya.
Kondisi keringnya sumur itu pada akhirnya berimbas pada gagalnya upaya desa untuk menjadikan sumur garam sebagai Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Setelah sebelumnya, pemerintah desa membahas dan merencanakannya.
“Harusnya sudah mulai berjalan produksi garam Sukaharja. Tapi sumbernya sudah kering, apa yang bisa diproduksi?” ujar Camat Sukamakmur Zenal Ashari.
Menurutnya, proyeksi rencana BUMDes Sukaharja cukup visioner dan strategis. Lantaran, dari titik sumur garam itu dianggap mampu menyejahterakan perekonomian warga. “Rencana sudah bagus. Tapi memang belum ditakdirkan,” ucapnya.
Sebelum mengering, sumur yang berada di area perbatasan dua desa, Kampung Jogjogan Desa Wargajaya densn Desa Sukaharja menjadi berkah tersendiri untuk warga. Umumnya warga menggunakan metode perebusan air untuk mengubah air ke garam.
Hasil garam yang dihasilkan pun dianggap lebih bagus dari yang biasa ditemui di pasaran. Selain bisa dimanfaatkan warga untuk kebutuhan masak, ke depan sumber itu juga telah direncanakan dapat menunjang perekonomian warga.