BOGOR DAILY-Sejumlah sopir angkutan umum (angkot) masih kewalahan dengan penerapan perubahan trayek atau rerouting yang diuji coba sejak Rabu (27/12).
Arman (23 tahun) salah satunya. Pengemudi angkot trayek Transpakuan koridor (TPK) 02 jurusan Bubulak-Baranangsiang-Ciawi tersebut masih merasa kagok dengan jalur baru.
Pada uji coba hari kedua, Kamis (28/12), Arman sempat tidak sampai jalur Ciawi. Sebab, selama ini, ia hanya lewat hingga Terminal Baranangsiang yang biasanya menjadi pos terakhir angkotnya. “Untung tadi diingetin,” ucap Arman.
Arman merasa sosialisasi dari Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor masih kurang. Tidak hanya dirinya, Arman melihat, banyak sopir lain yang belum menghafal jalur baru. Kalaupun sudah diberi informasi oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bogor, seharusnya ada selebaran yang berfungsi sebagai pengingat sopir.
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Bogor, Mochammad Ishak, menjelaskan, jalur menjadi evaluasi utama dalam uji coba rerouting. Tapi, ia menilai, ini bukan murni kesalahan sopir.
“Harusnya ada pengawasan ketat dari pemkot, seperti memasang spanduk dan baliho,” ucapnya.
Atau bisa juga dengan mengerahkan petugas untuk siaga di titik-titik krusial seperti belokan atau perempatan. Selama dua hari belakang, ia belum melihat kerja efektif dari para petugas yang menurut pemkot sudah dikerahkan.
Karena masih tahap uji coba, Ishak berharap Pemkot Bogor maupun Polresta Bogor Kota tidak menilang sopir yang memang salah jalur terlebih dahulu.
“Sopir kan belum hafal jalur, jadi wajar dan harus dimaklumi,” tuturnya.
Secara keseluruhan, Organda setuju dengan rerouting angkot. Sebab, penataan transportasi umum di Kota Bogor sudah diwacanakan sangat lama, yakni sejak 1984. Belum lagi, perluasan wilayah yang terus terjadi di Kota Hujan ini.
Tapi, Ishak meminta agar penataan tidak dilakukan terhadap angkot saja. “Ojek online yang kini kian menjamur juga harus diperhatikan. Mereka juga mengambil peran dalam kemacetan dan ketidakteraturan di Kota Bogor,” ucapnya.