Friday, 19 April 2024
HomeKota BogorKINERJA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR TAHUN 2017 DALAM PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT...

KINERJA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR TAHUN 2017 DALAM PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT MENUJU BOGOR KOTA SEHAT

Dr. Rubaeah,MKM
(Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor)

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setingggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator yaitu indikator angka harapan hidup, angka kematian  dan status gizi masyarakat.

Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar manusia mempunyai kemampuan di berbagai bidang, khususnya dalam bidang kesehatan, pendidikan dan pendapatan.  Keberhasilan pembangunan manusia dapat diukur melalui tiga hal yaitu umur panjang dan sehat, berpengetahuan dan memiliki kehidupan yang layak. Umur panjang dan sehat  direpresentasikan dengan indikator angka harapan hidup ; pendidikan direpresentasikan dengan indikator angka melek huruf; serta kehidupan yang layak direpresentasikan dengan indikator kemampuan daya beli. Semua indikator yang merepresentasikan ketiga indikator pembangunan manusia  terangkum dalam suatu nilai  tunggal yaitu Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index).

Dinas Kesehatan merupakan salah satu SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang mengupayakan indikator umur panjang dan sehat masyarakat Kota Bogor melalui berbagai upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui Visi “Masyarakat Kota Bogor Sehat, Nyaman, Mandiri dan Berkeadilan”. Tercapainya Visi tersebut bukan semata-mata hasil kerja Dinas Kesehatan akan tetapi merupakan hasil kerja seluruh sektor yang didukung oleh  peran serta seluruh masyarakat. Adapun masyarakat Kota Bogor sesuai Visi tersebut di atas yang ingin dicapai adalah masyarakat yang ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lingkungan sehat yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, serta perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan. Perilaku sehat yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Kemampuan masyarakat yang diharapkan adalah yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi. Pelayanan kesehatan yang bermutu yang dimaksudkan disini adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta yang diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika profesi. Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat serta meningkatnya kemampuan masyarakat maka derajat kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal.

Selanjutnya untuk dapat mewujudkan Visi tersebut, ditetapkan 4 Misi Pembangunan Kesehatan Kota Bogor sebagai berikut :

  1. Menyediakan sarana dan pelayanan kesehatan yang paripurna merata, bermutu, terjangkau dan nyaman.
  2. Menggerakkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan lingkungan serta jaminan kesehatan
  3. Memenuhi ketersediaan dan pemerataan tenaga kesehatan yang profesional dan amanah.
  4. Menyelenggarakan tata kelola sumberdaya kesehatan yang adil, transparan dan akuntabel

Untuk mewujudkan tercapainya Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Bogor tersebut di atas, telah disusun target kinerja, program dan indikator kinerja program yang dituangkan kedalam 17 program salah satunya adalah yaitu Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat khususnya bagi kelompok- kelompok rawan  kesehatan seperti  Bayi, Balita, Ibu Hamil, Ibu Nifas/Ibu Menyusui dan Remaja Putri sehingga masyarakat Kota Bogor yang sehat dapat terwujud.

Berikut ini adalah beberapa kegiatan dan hasil kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2017 dalam upaya perbaikan gizi masyarakat Kota Bogor yaitu sebagai berikut :

  1. Pembinaan program gizi di posyandu unggulan

Kegiatan ini dilaksanakan di 6 (enam) Posyandu yang di bina dengan sasaran 10 orang  (ibu balita, kader dan tokoh masyarakat terkait) dengan tujuan menjadi posyandu unggulan di Kota Bogor dan dapat menjadi panutan bagi Posyandu lain baik dalam pelaksanaan program gizi maupun pencatatan dan pelaporanya.

  1. Sosialisasi anemia dan gizi remaja dan pemberian tablet tambah darah (Fe) pada remaja putri

Kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman tentang pentingnya pencegahan anemia pada remaja khususnya remaja putri sebagai calon ibu pada waktunya nanti. Pemberian Fe bagi rematri ditargetkan 20% dari jumlah remaja putri di sekolah Kota Bogor sebanyak 88.787 dengan pencapaian cakupan 15.162 orang siswi atau 17,07 % yang minum Fe sesuai aturan untuk mencegah terjadinya anemia pada rematri. Di tahun 2017 walaupun belum maksimal mencapai 20% tapi cukup memuaskan dengan hasil 17,07 % jika dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 11,7 %. Pemberian tablet tambah darah tahun ini berbeda dengan tahun 2016 yaitu menggunakan tablet bersalut gula sehingga dapat meminimalisasi rasa mual tablet tambah darah.

  1. Bulan Penimbangan balita

Bulan Penimbangan Balita adalah kegiatan yang dilakukan sekali dalam setahun dengan melibatkan berbagi pihak agar dapat menjaring lebih banyak sasaran dan dapat mendeteksi balita-balita yang mempunyai masalah dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Dari kegiatan ini diketahui bahwa pada tahun 2017 terjadi penurunan jumlah balita yang datang untuk ditimbang (D)/partisipasi masyarakat untuk menimbang balitanya di posyandu. Pada Tahun 2016 balita yang ditimbang pada saat BPB sebanyak 89.097 sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 84.210 balita. Namun jika dibandingkan dengan keluaran indikator DPA 85%tetap lebih tinggi dengan hasil D/S 88,25 %.

Hasil BPB Tahun 2017 bila dibandingkan dengan hasil BPB Tahun 2016 terjadi penurunan balita sangat pendek (stunting). Dibandingkan dengan capaian indikator DPA dimana indikator capaian gizi  Buruk ( Kurus Sekali ) 0,30%, gizi kurang 7,5 % dan sangat pendek 9,20%.

  1. Pemberian dan Pemantauan/sweeping data pemberian Vitamin A

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan suplemen penting yang dibutuhkan bagi bayi dan balita berupa vitamin A bagi pertumbuhan balita. Bahkan sedemikian pentingnya sehingga pemberian vitamin A juga diberikan bagi ibu nifas yang menyusui karena diharapkan melalui ASI yang mengandung vitamin A bisa mengalir pada bayinya.Pemberian makanan tambahan untuk balita gizi buruk dan balita gizi kurang.

Capaian rata-rata  pemberian vitamin A pada balita  Tahun 2017  dibandingkan dengan Tahun 2016 naik karena tahun ini jumlah Puskesmas yang mengadakan kerja sama dengan TK dan BP Swasta meningkat. Apabila dibandingkan dengan RPJMD (91%) dan indikator kinerja (91 %), capaian vitamin A juga sudah lebih tinggi. Sedangkan rata rata capaian pemberian vitamin A pada bayi tahun 2017 mengalami penurunan karena laporan dari bidan praktek mandiri (BPM) masih belum maksimal dan pelaksanaan pemberian vitamin A di tahun 2016 bersamaan dengan pelaksanaan pin polio sehingga cakupan pemberian vitamin A ditahun 2016 lebih tinggi dari tahun 2017.

Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas dibanding tahun 2016 mengalami penurunan disebabkan pencatatan pelayanan ibu hamil di sarana kesehatan swasta belum semua terlaporkan.

  1. Monitoring garam beryodium

Kegiatan ini bertujuan untuk memonitor tingkat pemakaian garam beryodium di tingkat rumah tangga. Hal ini untuk melihat apakah masyarakat sudah memanfaatkan garam yang sudah di fortifikasi  penyakit gondok yang disebabkan karena kurangnya Iodium dalam tubuh manusia, dan ini dapat diatasi dengan intake iodium melalui makanan misalnya ikan laut. Untuk dapat dikonsumsi secara luas maka fortifikasi iodium  dilakukan pada garam. Kegiatan ini berlangsung di posyandu-posyandu pada bulan Agustus.

Hasil monitoring menunjukan bahwa penggunaan garam beryodium di tahun 2017 mencapai 98,1% memenuhi kategori cukup, 1,6% kurang dan 0,3% tidak ada.

  1. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
  2. Pemberian makanan tambahan untuk balita gizi buruk dan balita gizi kurang
  • Pengadaan makanan formula dan susu untuk balita gizi buruk diberikan untuk 65 balita gizi sangat Kurus dan 466 balita gizi kurus (kurang)
  • Pengadaan PMT berupa Formula 75, Formula 100, susu Balita dan biskuit MP-ASI, yang diberikan selama 6 bulan. 1 orang balita diberikan :
  • Formula 75 selama 7 hari sebanyak 7 sachet/hari
  • Formula 100 selama 21 hari sebanyak 7 sachet/hari
  • Mineral mix selama 28 hari sebanyak 1 sachet/hari
  • Susu Formula 200 gr selama 4 bulan
  • Biskuit MP-ASI selama 3 bulan

 

  • Dari 531 balita (65 gizi sangat kurus dan 466 gizi kurus (kurang) yang diberi PMT selama 6 bulan pemberian hasilnya adalah sebagai berikut :
  • Balita sangat kurus menjadi  baik              :15 balita (23,0%)
  • Menjadi kurus : 23balita( 35 %)
  • Status gizi buruk tetap gizi buruk : 27 balita (7,1 %) dengan penyakit penyerta ( Meningitis, Down Sindrom, Jantung, kelinan bawaan , TB Paru, dll).
  • Status gizi kurus menjadi baik             : 340   balita (24,60%)
  • kurus tetap kurus             : 126

 

  1. Pemberian Makanan kepada PMT Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)

Dari 1209 ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronis) yang mendapatkan PMT sebanyak 382 orang (32%) dimana pemberian ini lebih besar dari target Kemenkes (18%) sementara kasus yang tidak mendapatkan PMT ditanggulangi dengan penyuluhan dan pemantauan berkala selama ANC dan di bulan November ada bantuan PMT dari Kemenkes untuk semua bumil KEK.

Dasar pemberian PMT pada ibu hamil KEK adalah karena masih tingginya kasus bayi dengan BBLR yang bahkan menjadi penyebab kematian 30% pada neonates. Dan BBLR disebabkan ibu hamil yang menderita KEK.

 

  1. Pemberian PMT pada Penderita TB MDR

PMT ini sangat memberikan kontribusi pada penyembuhan, hal ini terlihat dari semua penderita yang diberi PMT mengalami kenaikan BB.

 

  1. Lomba Balita Sehat Indonesia (LBSI)

Lomba Balita Sejahtera merupakan salah satu bentuk pembinaan tidak langsung terhadap orang tua balita dalam menerapkan pola asuh yang baik. Kegiatan ini bertujuan memberikan semangat dan mengapresiasi ibu-ibu balita yang sudah sukses merawat balita dan memantau tumbuh kembang balitanya masing-masing, selain itu diberikan apresiasi juga kepada ibu-ibu yang balitanya gizi buruk yang setelah diintervensi menjadi lebih sehat dan memenuhi berat badan sesuai usianya.

 

  1. Workshop 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) bagi Calon Pengantin

Kegiatan ini bertujuan memberikan penyuluhan 1000 HPK bagi calon pengantin dan mendapatkan dukungan dari berbagai lintas sektor untuk kegiatan 1000 HPK bagi catin yang diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi, ibu dan bayi BBLR, serta menjadikan masa depan bayi lebih berkualitas.

 

  1. Workshop Penanganan Obesitas pada anak SD

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan tentang penanganan obesitas pada anak SD dan petugas kesehatan mampu melaksanakan tata laksana makanan  dan aktifitas fisik  pada anak SD obesitas.

 

  1. Pemantauan Status Pertumbuhan Balita di Posyandu

Tujuan dari kegiatan ini adalah memantau pertumbuhan Balita di Posyandu. Pemantauan pertumbuhan balita merupakan upaya untuk mengetahui status gizi dan pertumbuhannya.

Berikut capaian D/S dan N/D tahun 2017 dibandingkan tahun 2015 dan 2016 :

 

No Kriteria dan Target 2015 (%) 2016 (%) 2017 (%)
1 D/S  (85%) 71,90 74,09 74,64
2 N/D  (85%) 77,11 79,91 80,10

 

  • D/S adalah balita yang ditimbang dibandingkan dengan jumlah Balita di Kota Bogor. Dari sasaran tahun 2017 sebanyak 95.427, rata2 balita yang ditimbang sebanyak 74,64 % balita, hal ini meningkat bila dibandingkan pada tahun 2016 74,09 % walaupun belum memenuhi target.
  • N/D (Balita yang naik Berat Badannya dibandingkan jumlah balita ditimbang).

 

 

 

Sumber : LKPJ Dinas Kesehatan Kota Bogor

Tahun 2017

 

Seksi Informasi Kesehatan dan Humas

Dinas Kesehatan Kota Bogor