Friday, 26 April 2024
HomeKabupaten BogorPakar Tata Ruang IPB Beberkan Penyebab Puncak Longsor Lagi

Pakar Tata Ruang IPB Beberkan Penyebab Puncak Longsor Lagi

BOGOR DAILY-Berulangnya musibah longsor Puncak, tepatnya di Km 20+650, Puncak Pass, Ciloto, Kabupaten Cianjur, Rabu 28 Maret 2018, dalam kurun waktu 1 bulan terakhir, merupakan akibat kerusakan lingkungan hidup karena maraknya alih fungsi lahan.

“Akibat telah terlampauinya daya dukung lingkungan, di kawasan Puncak setiap tahunnya akan terus mengalami kejadian longsor seperti itu,” kata Ernan Rustandi Pakar Tata Ruang Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pembangunan Wilayah (P4W) Institut Pertanian Bogor (IPB), Ahad 1 April 2018.

Dosen IPB ini mengatakan, adanya peningkatan yang signifikan alih fungsi lahan di wilayah Puncak yang awalnya menjadi kawasan lindung yang berfungsi menjadi daerah resapan air, berubah jadi bangunan vila, permukiman dan kebun sayuran, menjadi beban untuk lingkungan di Puncak.

“Alih fungsi ini dari wilayah lindung dan resapan air menjadi bangunan vila, pemukiman serta kebun sayur ini daya dukungnya tidak sesuai dengan kemampuan lahan di puncak,” kata Ernan Rustandi lagi.

Ernan mengatakan daya dukung lingkungan puncak yang terlalu berat akibat pemanfaatan ruang yang tidak sesuai, sehingga daya tampung resapan air pun berkurang, akibanya wilayah puncak menjadi kawasan rawan pergerakan tanah yang berubah jadi longsor saat diguyur hujan.

“Saat ini kawasan Puncak selalu mengalami kejadian tanah longsor setiap tahunnya, dan bencana banjir bandang di wilayah Puncak menjadi ancaman masa mendatang,” kata Ernan lagi.

Ernan menambahkan, di tahun 2018 tepatnya hingga tanggal 5 Februari 2018 saja pihaknya sudah mencatat ada 55 titik longsor yang terjadi di kawasan Puncak, bahkan peluang terjadinya longsor sangat tinggi di musim hujan.

Ditambahkannya, agar mengurangi beban di wilayah puncak, pihaknya dari Konsorsium Puncak mempromosikan dan mendukung petani Puncak yang saat ini masih memanfaatkan kawasan hutan untuk menanam sayur diganti jadi tanaman kopi.

“Kami berharap pemanfaatan kawasan hutan dari tanaman semusim seperti sayuran beralih ke budidaya kopi dan aktivitas yang ramah lingkungan, ” tutur Ernan.

sumber: Tempo.com