BOGOR DAILY-Kelanjutan proyek pembangunan Masjid Agung Bogor, di Kecamatan Bogor Tengah mulai menemui titik terang. Kepastian siapa pemenang proses lelang yang dimulai sejak Mei itu terjawab, akhir pekan lalu. Informasi yang didapat Metropolitan dari laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kota Bogor, ada delapan kontraktor yang mengikuti pengikut lelang proyek yang memakan anggaran kurang lebih Rp9,6 miliar itu. Setelah dievaluasi, terpilihlah PT Alvarini Gemilang sebagai pemenang, dengan nilai penawaran sebesar Rp 8.697.815.390.
“Dari delapan, dipilih tiga tertinggi, yang penawarannya dari yang termurah. Kemudian dievaluasi administrasi dan teknisnya. Yang satu, tidak dapat membuktikan SKA Asli untuk Ahli Teknik Mekanikal – Madya, Ahli Teknik Proteksi Kebakaran – Madya, dan SKT asli tukang perancah besi, tukang pekerjaan baja, tukang las atau welder gas dan Electric Welder, serta juru gambar. Sedangkan satunya lagi SIUJK dan SBUJK sudah habis masa berlakunya. PT Alvarini Gemilang diketahui beralamatkan Kompleks Rukan Cempaka Mas, Kelurahan Sumurbatu, Jakarta Pusat.” kata Kepala Bagian Administrasi dan Pengendalian Pembangunan (Adalbang) Setda Kota Bogor Rahmat Hidayat.
Sesuai jadwal, Sabtu lalu (30/6)sudah memulai masa sanggah hingga Rabu (4/7) nanti. Sebelum ada surat penunjukan dan penandatanganan kontrak. “Hingga akhir bulan Juli, sekarang sedang masuk pembuatan berita acara hasil pelelangan sampai nanti 5 Juli,” ucapnya.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Kota Bogor Bidang Konstruksi, Agus Lukman menuturkan, terpilihnya perusahaan pemenang dengan selisih sekitar 10 persen dari pagu anggaran, masih bisa dikatakan dalam taraf wajar. Namun jika lebih dari itu, misalnya 15 persen, bisa disebut tidak wajar. “Segitu masih wajar sih, kecuali lebih dari itu,” ucapnya.
Dia mengaku tidak terlalu mengenal track record dari perusahaan yang diketahui beralamatkan di DKI Jakarta tersebut. Secara aturan, tidak masalah jika perusahaan pemenang lelang di Kota Bogor berasal dari luar kota. Meskipun, jarak antar kota menjadi salah satu acuan dalam memilih perusahaan pemenang lelang. “Biasanya, orang Bogor yang minjam bendera perusahaan kota besar. Sah-sah saja, asal secara administrasi lengkap dan kredibel. Lihat domisili juga sih, misalnya perusahaan dari Papua, ya gak visibel. Atau misalnya dari Surabaya, juga sulit. Sebab, pekerjaannya juga kan hanya perbaikan fondasi, nilainya dibawah Rp10 miliar. Paling jauh ya seprovinsi atau sebelahan lah,” ucapnya.
Setelah itu, kata Agus, yang terpenting ada di pengawasan pelaksanaannya. Sebab, berkaca dari pembanguanan sebelumnya yang bermasalah dan mangkrak sejak Maret 2017. Diantaranya kemungkinan utak atik bahan material. “Sebelumnya kan gak bener. Makanya kelanjutannya harus lebih ekstra pengawasan. Pengawas juga harus dipertegas, misalnya antara konsultan perencana dan pengawas harus benar-benar beda. Administrasi pasti beda, nah biasanya pas di lapangan orangnya sama. Ini bahaya,” pungkasnya.