Wednesday, 9 July 2025
HomeKota BogorWASPADA KEKERINGAN AKAN MELANDA

WASPADA KEKERINGAN AKAN MELANDA

BDN – Hampir se­minggu, Sungai Ciliwung menga­lami kekeringan dengan ketinggian air di Bendung Katulampa tak lebih dari 36 sentimeter. Bahkan, bebe­rapa hari lalu sempat mencapai titik nol sentimeter. Kepala Penga­was Bendung Katulampa, Andi Su­dirman, mengatakan, kekeringan di bendungan irigasi itu terjadi sejak awal bulan Juli, seiring dengan wi­layah Bogor yang jarang diguyur hujan, sehingga debit air makin menyusut.

“Masih cenderung kosong. Sampai hari ini (kemarin, red), debit air yang mengalir itu 2.800 liter perdetik, dengan ketinggian 36 sentimeter. Be­berapa hari ini mulai meny­usut drastis tuh ketinggiannya, mulai pertengahan juli lah. Statusnya air mulai meny­usut dan kondisi sungai ke­ring,” kata Andi kepada Met­ropolitan, kemarin.

Andi menambahkan, jika hujan tidak kunjung turun di wilayah Bogor, dari hu­lu ataupun hilir, kemun­gkinan besar debit dan ketinggian air bakal makin menurun. Hal itu diyakini bakal berpengaruh terhadap aliran air untuk irigasi dan penggelontoran ke masy­arakat. “Belum ada tanda-tanda hujan,” imbuhnya.

Pihaknya mencatat, dalam rentang 20 tahun terakhir, kekeringan Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa yang paling parah terjadi pada ta­hun 1997. saat itu, debit air yang mengalir hanya sampai 1500 liter perdetik. “Jauh di­bawah biasanya. Sekarang memang belum separah dulu, mudah-mudahan se­gera turun (hujan) lah. Jadi kekeringan tidak berkepan­jangan dan berdampak pada masyarakat,” ucapnya.

Meski begitu, kekeringan dan debit air yang tidak ba­nyak bisa dimanfaatkan untuk bebersih sungai dari sampah-sampah yang mengendap di dalam bebatuan sungai Cili­wung. Saat kering, sampah mudah terlihat dan mudah diangkat. “Sementara mum­pung kering, kami bebersih di jalur yang kering, bersihkan sampah-sampah. Bersihkan jalur irigasi, bersihkan saluran. Jadi ketika mulai normal, ali­ran juga bagus,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Ba­dan Meteorologi Klimato­logi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Dra­maga Bogor Budi Suhardi mengatakan, pihaknya men­catat selama 10 hari terakhir di bulan Juli ini belum turun hujan dalam intensitas yang signifikan. Ini menjadi ala­san utama sungai-sungai di Bogor mengalami penyusu­tan debit air. Bahkan dari 10 hari itu, hujan hanya terjadi selama empat hari. Itupun dengan intensitas yang ren­dah. “Di bawah 10 milime­ter,” katanya.

Bahkan, sambung dia, be­berapa daerah di Kabupaten Bogor sudah mengalami kekeringan, seperti wilayah Kecamatan Cariu dan Tan­jungsari. Jika melihat per­kembangan dari peta yang ada, potensi kekeringan bakal berlanjut selama bu­lan Agustus. “Memang Bogor bukan wilayah kategori jelas pembagian cuacanya, ka­rena bisa hujan saat kema­rau, begitu juga sebaliknya. Melihat tren, hujan baru akan turun dengan intensitas se­dang hingga tinggi itu di 10 hari terakhir bulan Septem­ber,” ucapnya.