Bogor Daily – Bunyi sirene ambulans terdengar nyaring. Warga di Kampung Cibeureum, Desa Batulayang, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, berhamburan keluar rumah. Terlihat polisi membawa tiga jasad tertutup kain dari rumah milik Enjun Junaidi, warga RT 02/01, yang bangunannya diamuk si jago merah pada Rabu (12/9) siang.
Lintang (4), Sopiana Putri (3) dan Rani (4), sudah terbujur kaku di rumah Enjun. Dari luar rumah, asap terlihat membumbung. Selama dua jam, warga saling bantu menjinakkan api yang bersumber dari kamar lantai dua rumah Enjun.
Sementara ketiga balita yang mulanya asyik bermain justru terkunci dalam kamar yang terbakar. Tak ada yang bisa menyelamatkan saat api menjalar ke sudut ruang kamar. Sampai-sampai saat api berhasil dipadamkan, ketiga balita yang masih punya hubungan kerabat itu sudah tewas mengenaskan. Bahkan ada yang sudah tak berbentuk lantaran terpanggang api.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari warga, ketiga korban saat kejadian sedang berada dalam rumah tanpa pengawasan orang tua. Diduga kebakaran berasal dari korek api yang dimainkan ketiga balita itu.
Sumber api pertama kali diketahui Yusuf sepulang dari masjid. Ia sempat melihat ketiga balita itu memainkan korek api kayu dalam rumah. Kobaran api semakin membesar hingga melalap seluruh bangunan rumah.
Saksi kejadian, Maman, menuturkan bahwa rumah yang terbakar merupakan milik Jujun Junaedi, paman dari tiga anak yang menjadi korban tewas dalam kebakaran. ”Dugaan sementara karena anak-anak sedang bermain korek di kasur,” katanya.
Warga yang datang ke lokasi, lanjut Maman, lantas berupaya membuka pintu. Ketika pintu dibuka, ketiga anak tersebut sudah tergeletak. Maman mengatakan, saat kejadian, pintu kamar lokasi di mana ketiga korban berada tak bisa dibuka. ”Kemungkinan anak-anak menguncinya dengan kunci slot yang menempel di pintu,” lanjutnya.
Warga yang datang ke lokasi, sambung Maman, lantas berupaya membuka pintu. Ketika pintu dibuka, ketiga anak tersebut sudah tergeletak.
Informasi yang dirangkum di TKP, ketiga bersaudara itu dievakuasi dari lantai dua rumah yang terbakar di kawasan permukiman padat. Jenazah korban awalnya dikumpulkan dalam rumah warga dan digendong petugas kepolisian dibantu warga dibawa ke rumah sakit terdekat untuk kepentingan identifikasi.
Kepala Bidang Penanggulangan Damkar BPBD Kabupaten Bogor Jaharry mengatakan, kejadian itu bermula saat tiga anak bermain korek api dalam kamar. ”Terindikasi main korek api di atas kasur kemudian terbakar dan anak-anak tidak bisa keluar atau terkurung dalam kamar,” katanya.
Jaharry menuturkan, dua unit pemadam kebakaran meluncur ke lokasi di Kampung Cibeureum, RT 02/01, Desa Batulayang, Cisarua, Kabupaten Bogor. Petugas sempat kesulitan karena lokasinya padat penduduk. “Lokasi memprihatinkan karena jalan masuknya saja kendaraan roda dua agak sulit. Penduduknya juga sangat padat. Hampir dua jam baru bisa mengeluarkan korban,” tuturnya.
Jaharry menjelaskan, saat itu kobaran asap dan api di rumah milik Enjun semakin membesar. “Kemudian saya meminta tolong kepada warga sekitar. Setelah api mulai mereda kemudian warga yang membantu memadamkan dan menolong yang ada di kamar,” ujarnya.
Petugas Kecamatan Cisarua juga turun memberi bantuan trauma healing kepada orang tua korban. ”Kami dari kecamatan sudah melaporkan kejadian kebakaran ini kepada bupati dan melakukan langkah-langkah trauma healing, terutama kepada keluarga korban,” kata Camat Cisarua Bayu Ramawanto.
KORBAN MINTA DIBELIKAN SEPEDA
Kepergian ketiga balita itu menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Termasuk Mumuh (50), orang tua almarhum Rani yang tewas terpanggang api. Dari pengakuan Mumuh, putrinya sempat merengek dibelikan sepeda baru. Namun belum sempat keinginan itu terwujud, Mumuh harus merelakan kepergian putri bungsunya.
“Dua hari kemarin atau hari Senin saya sempat ketemu dengan anak bungsu saya. Anak saya minta sepeda, namun pas saya mau dibelikan anak saya sudah pergi duluan untuk selama-selamanya,” ungkap Mumuh.
Ia pun mengaku kaget saat mendapat telepon terkait tragedi memilukan itu. ”Saya lagi di luar desa, dapat telepon bahwa saya disuruh pulang. Pas sampai rumah ternyata sudah banyak mobil ambulans. Saya tanya ada apa, ternyata anak saya jadi korban kebakaran,” ujar Mumuh sambil mengusap air mata.
Saat itu, lanjut Mumuh, anak bungsunya langsung dilarikan ke RSUD Ciawi. Namun pas sampai rumah sakit, anaknya sudah tidak tertolong. Ia pun hanya pasrah dengan kejadian ini. “Anak saya yang kena luka bakar sebelah dari mulai kepala dan kaki. Namun keluar cairan dari kepala sebelah kiri. Saya tidak tega lihatnya,” ucap Mumuh.
Tidak ada firasat apa pun yang dirasakan Mumuh sebelum kejadian. Namun selama dua hari setelah terakhir bertemu Rani, ayah empat anak itu tidak bisa tidur. ”Firasat sih tidak ada, tapi setelah terakhir ketemu itu selama dua hari saya nggak bisa tidur. Nggak tahu kenapa kayak ada yang kepikiran gitu,” imbuhnya.
Mumuh mengaku bahwa banyak kenangan yang disimpan dengan sang buah hatinya. Terlebih di usianya yang menginjak empat tahun Rani sedang lucu-lucunya. ”Banyak kenangan kalau ketemu, dia bawel, mulai cerewet sekarang. Kalau diajak jalan-jalan juga lagi lucu-lucunya, Rani,” tutupnya.