Saturday, 14 December 2024
HomeBeritaPASI Puas dengan Perolehan Medali Atletik di Ajang SEA Games 2019

PASI Puas dengan Perolehan Medali Atletik di Ajang SEA Games 2019

BOGORDAILY – Pengurus Besar Persatuan Atletik Indonesia (PB PASI) mengapresiasi hasil lima medali emas di SEA Games 2019. PASI puas karena target awal berhasil dipenuhi.

Sebanyak 35 atlet putra dan putri Indonesia diberangkatkan ke Filipina. Meski tak ada nama Lalu Muhammad Zohri, atletik Indonesia percaya diri bisa meraih medali emas.

Benar saja, sampai hari terakhir perlombaan digelar Selasa (10/12/2019), atletik masih menyumbangkan sejumlah medali. Di antaranya dari Eki Febri Ekawati yang meraih perak di tolak peluru dan Atjong Dwi Purwanto di nomor 3.000 meter halang rintang putra yang meraih medali perunggu.

Sebelumnya, atletik sudah lebih dulu mengemas lima medali emas dari nomor lompat jauh putra dan putri yakni Sapwaturrahman serta Maria Natalia Londa, lari gawang 100 meter putri Emilia Nova, Agus Prayogo di nomor maraton, dan Hendro Yap di nomor jalan cepat 20 kilometer. Total perolehan medali skuat Merah Putih di cabang atletika lima emas, enam perak, dan lima perunggu.

Jika dibandingkan dengan hasil dua tahun lalu, jumlah medali emas yang ditorehkan sama yakni lima emas. Hanya komposisi atletnya yang berubah. Dua peluang emas yang harusnya bisa dipertahankan Eki dan Atjong gagal dieksekusi dengan baik.

Di sisi lain, Emilia dan Sapwaturrahman menunjukkan taringnya di level Asia Tenggara setelah edisi SEA Games Malaysia 2017 hanya mampu meraih medali emas.

“Kalau dalam arti sesuai dengan kekuatan kita saya puas, tapi dibandingkan dengan negara lain, ya kami belum puas. Begitu pun soal target sudah pas, enggak lebih dan tak kurang,” kata Sekretaris Jenderal PB PASI Tigor Tanjung ketika ditemui di Stadion Atleltik, New Clark City, Clark, Selasa (10/12/2019).

Indonesia sejatinya masih bisa menambah pundi emasnya lewat juara bertahan Atjong dan Eki di hari terakhir pelaksanaan event. Namun, Atjong melakoni perlombaan dalam kondisi tidak sip karena cedera kaki kiri. Sementara, Eki disebut-sebut terkejut karena lawan dalam kondisi top perfoma.

“Ya, memang kadang-kadang hal yang tak terduga bisa terjadi. Atletik kan cabang olahraga terukur. Atjong Tio misalnya, sekalipun dia juara bertahan tapi dalam kondisi tak prima enggak akan juara,” dia menjelaskan.

“Waktu Kejuaraan Asia di Doha tak bisa bertanding karena cedera. Ya, cedera itu bagian dari game yang harus dihindari. Tapi jika tak bisa perlu dirawat secara serius dan ini perlu kerja sama dari atletnya juga,” katanya.

“Begitu pun Eki Febri. Thailand yang menjadi lawanya ini sebenarnya masih lebih baik Eki personal bestnya. Cuma dua tahun lalu dia juga tak top perfoma, sementara Eki bisa mencuri di tolakan awal dan tinggi lemparannya. Sekarang, Thailand ini top perfoma.”

“Jadi evaluasi hasil akhir ini ya kami mesti banyak melakukan strategi-strategi baru. Sebenarnya distribusi medali sudah merata dan tak lagi didominasi Thailand seperti dulu, tapi Vietnam dan Filipina juga sudah mulai baik, menyamai Thailand. Justru kita dengan Malaysia yang agak tertinggal, enggak sampai dua digit medali emasnya tapi memang perlu diperbaiki,” lanjut dia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here