BOGORDAILY – Selalu ada kisah heroik dan kisah pilu dalam sebuah bencana. Termasuk yang satu ini.
Adalah Muhammad Rizky balita berusia 7 bulan ini selamat dari tanah longsor yang melanda tanah kelahirannya Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya.
Pagi hari diawal tahun itu, warga di Kampung Sinar Harapan, sudah diminta untuk mengosongkan rumah. Sebab diujung jalan tanah sudah bergerak sejak pukul 07.00 WIB.
Karena takut akan tertimbun longsor yang sudah menimbun tujuh orang tetangganya, Nurjanah (33) ibu dari Muhammad Rizky ini berlari mengikuti langkah kaki suaminya yang berlari bersama dua orang anaknya yang lain.
“Saya sudah coba lari buru-buru,” kata wanita yang akrab disapa Nur ini saat menceritakan detik-detik saat dirinya dan anaknya hampir tergulung tanah longsor.
Belum sampai di ujung jalan, longsoran tanah pun menyapu badannya dan membuat Rizky terlepas dari genggamannya. Material longsor yang mengalir bersama tanah merah itu, menerjang dirinya dari atas kepala sampai keujung kaki.
“Bawa anak saya, selamatkan dia,” pekik Nur saat badannya juga terseret arus longsor.
Beruntung, Rizky yang terlepas dari genggamannya, berhasil diselamatkan oleh tetangganya, yang berlari bersama dirinya. Baru terseret lima meter, ternyata tangan Nur yang melambai keatas, langsung digapai oleh suaminya. Dengan sekuat tenaga, suaminya menarik Nur dari arus longsor tanah merah.
Setelah keluar dari gulungan tanah merah, perjuangan Nur dan keluarganya masih berlanjut. Dibawah derasnya hujan, Nur yang tidak membawa barang apapun berjalan menuju ke kantor Desa Harakatjaya untuk mencari pertolongan.
Dengan wajah yang lesu dan baju yang kusam serta wajah anaknya yang penuh darah. Nur seketika jatuh pingsan saat sampai didepan kantor desa. Saat terbangun di pagi hari di tengah hiruk-pikuk nya posko pengungsian yang sedang sibuk-sibuknya mendata korban yang lainnya.
Dengan tubuh lunglai dan kepala yang masih pusing, Nur mencari keberadaan anak bungsunya, yang terakhir kali ia ingat sedang menangis didekapannya.
Sambil menyusuri tembok kantor Desa, Nur mendapati anaknya yang sedang tertidur di ruangan kepala desa yang dijadikan ruang pengobatan darurat.
Dengan luka diseluruh wajah yang sudah diberikan obat, Nur memeluk erat anaknya. Ekspresi wajah yang tegar dan penuh harapan untuk melanjutkan hidup yang terpancar dari wajah anak lelakinya itu, Nur seperti mendapatkan kembali semangat hidup setelah melewati sebuah kejadian yang mungkin tidak bisa dilalui oleh sembarang orang tua.
Begitu juga dengan Rizky yang seakan lupa dengan bencana yang menimpa keluarganya. Meski wajahnya penuh luka, bocah tujuh bulan itu masih bisa tersenyum dan bercanda dengan orang yang ia temui.
Sementara itu, suaminya Nur yang berprofesi sebagai seorang pekebun juga harus merelakan kebunnya yang berada tepat diatas pemukiman mereka. Datang tanpa membawa uang sepeserpun. Sejak pagi hari, Nur dan keluarganya ternyata baru mendapatkan makanan berupa nasi bungkus yang ia terima dari uluran warga.
Rizky yang nampak riang gembira, ternyata menyembunyikan rasa laparnya, dibalik senyuman manis seorang bayi. Sebab, hanya satu sachet biskuit bayi yang masuk kedalam lambungnya.
Jalur menuju kantor Desa Harkatjaya yang masih tertutup, membuat bantuan dari luar belum bisa menjangkau keluarga kecil diantara para pengungsi korban bencana.
Bahkan, sampai berita ini tayang, dua alat berat masih bekerja untuk membuka jalur yang menjadi satu-satunya harapan bagi Nur dan Rizky.