BOGORDAILY – Penyakit Sindrom Stevens Johnson dan nekrolisis epidermal toksik mulai mewabah di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Hal itu dikarenakan pasokan air bersih atau sanitasi dipengungsian mulai menipis.
Informasi yang didapat Bogordaily.net dari Puskesmas Jasinga, yang mulai terjangkit penyakit kulit itu anak-anak yang berusia 11-12 tahun.
Relawan paramedis, Beni Malik, menjelaskan, penyakit yang paling banyak diderita pengungsi yakni Sindrom Stevens Johnson dan nekrolisis epidermal toksik, yakni semacam gangguan kulit dan selaput lendir langka dan serius.
“Ada yang mulai terjangkit anak-anak di Kampung Cihaur, Desa Cileuksa, Kecamatan Sukajaya, penyakit ini menyerang anak-anak berusia 10-12 tahun yang tinggal di pengungsian tersebut,” katanya kepada Bogordaily.net, Rabu (12/2/2020).
Pria yang disebut Malik ini mengungkapkan, ada 8 kasus Dermatitis telah ditemukan di Cihaur. Sementara untuk penyakit Sindrom Stevens Johnson dan nekrolisis epidermal toksik baru menyerang satu anak berusia 2 tahun.
“Karena minim air bersih. Lokasi pengungsian juga kotor,” ungkapnya.
Menurutnya, pengungsi yang menderita Dermatitis harus dikarantina agar penyakit tidak menyebar ke pengungsi lain. Karena Dermatitis cenderung mudah menular.
“Ya harus dipisah supaya tidak menular” jelasnya.
Saat ini ada sekitar 9.000 jiwa mengungsi di Kecamatan Sukajaya. Di mana 5.000 jiwa di antara berasal dari Desa Cileuksa yang tinggal di tenda pengungasian.
Menurutnya, Sindrom Stevens Johnson menyebabkan kulit orang terjangkit seperti terbakar dan mengelupas di sekujur badan disertai deman.
“Makanya kita evakuasi ke rumah sakit supaya mendapat penanganan medis intensif,” tukasnya. (Andi)