Friday, 17 May 2024
HomeBeritaDari Sistem Pendidikan yang Berbasis Kekerasan Bullying Berakar

Dari Sistem Pendidikan yang Berbasis Kekerasan Bullying Berakar

BOGORDAILY – terhadap anak sekolah semakin memperihatinkan dunia pendidikan. Kejadian di salah satu SMP di Purworejo menguak fenomena yang telah lama terjadi di dunia pendidikan Indonesia.

Pengamat pendidikan Budi Trikorayanto menyebut, salah satu faktor pendorong budaya adalah sistem pendidikan yang berbasis kekerasan untuk mendidik siswa.

“Kalau menurut saya terkait dengan sistem pendidikannya ya yang agak sedikit mengutamakan kekerasan juga. Misalnya sekolah yang bagus sekolah yang disiplin, kalau telat dihukum, pakai poin,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Minggu (16/2/2020).

Budi pun menurutkan, sistem seperti itu tidak mengedepankan kasih sayang dalam semangat pembelajarannya. Hal inilah yang menurut dia menjadikan budaya yang sarat akan kekerasan bisa tumbuh.

“Iya, jadi kira mulai sistem pendidikannya. Kita ini mulai dari sistem pabrik ya dengan standar, dengan seragam,” ungkap dia.

Budi menegaskan bahwa setiap anak memiliki karakter dan potensi masing-masing, namun sistem menyamaratakan mereka.

“Belajarnya sama, seragam semua. Padahal setiap anak itu kan minta bakatnya beda,” tegas Budi.

Lebih jauh, kata Budi banyak pula lembaga pendidikan kedinasan di Indonesia yang justru mengendepankan budaya kekerasan dengan pretensi untuk menggembleng mental murid.

“Anak yang mengalami kekerasan bukan tahan terhadap kekerasan, tapi menjadi pelaku dari kekerasan itu sendiri. Anak itu mencontoh ya. Kalau anak dengan kasih sayang akan menghadapi kekerasan dengan kasih sayang,” ungkapnya.

Hukum Tidak Tegas

Selain itu, Budi juga menilai maraknya fenomena ini disebabkan karena hukuman bagi pihak yang melakukan hal tersebut tidak tegas.

“Kita terlalu permisif karena alasan itu anak-anak, anak sekolah,” katanya.

Ia berharap supaya semua pihak yang terlibat bisa memberikan ketegasan terhadap pelaku . Mengingat korban tidak bisa disebut sedikit lagi.

Budi bahkan menceritakan, bahwa anak di bawah asuhannya yang merupakan anak-anak homeschooling sebagai besar karena korban .

“Sebagian besar anak homeschooling itu korban . Dia gak tahan sama teman-temannya, sama gurunya. Kata-kata yang badannya agak gemuk, semuanya itu korban . Saya kira separuh itu korban ,” jelas dia.

Budi mengaku, masalah bullying ini merupakan masalah besar yang semestinya berbagai pihak bahu-membahu untuk menyelesaikannya.

“Saya pikir pemerintah mesti lebih tegas. Buka karena mereka anak sekolah, anak-anak lalu seperti permisif akan hal itu,” tegas dia mengakhiri.

Sebelumnya, dalam sebuah video yang beredar di media sosial menampilkan tiga siswa laki-laki melakukan bullying kepada seorang siswi. Siswi berkerudung tersebut bahkan ditendang dan dipukul oleh mereka.

Diketahui peristiwa tersebut terjadi di salah satu SMP swasta di Purworejo, Jawa Tengah. Polisi telah menetapkan ketiganya sebagai tersangka.

Menurut Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Iskandar Sutisna ketiganya yang diketahui atas inisial TP, DF, UHA, tega melakukan perundungan usai korban CA menolak memberikan sejumlah uang.

“Bahwa murid wanita ini dipalak, dimintai uang, oleh tiga pelaku,” kata Iskandar saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (13/2/2020).

CA lalu justru melaporkan aksi pemalakan tersebut kepada guru. Aksinya itu membuat ketiga tersangka berang hingga melakukan bullying ke korban.

“Karena tidak dikasih dan dilaporkan ke guru, akhirnya tiga pelaku marah dan menganiaya,” terang dia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here