BOGORDAILY – Wakil Wali Kota Bogor Dedie Rachim menghadiri peluncuran Mobile Quarantine Services yang digelar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) di Aston Hotel and Resort, Komplek Bogor Nirwana Residence (BNR), Rabu (19/2/20).
Aplikasi Mobile Quarantine Services yang dinamai Jendela Informasi Karantina Ikan dan Mutu Penuh Inspirasi serta Pesan (Jesika Imut Pisan) ini ditujukan bagi masyarakat, khususnya pengusaha ikan yang ingin mendapatkan informasi mengenai bisnis perikanan. Sementara Jendela Informasi Karantina (Jesika) Mobile merupakan layanan untuk proses sertifikasi karantina ikan.
Peluncuran dihadiri Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Edhy Prabowo, Kepala BKIPM Kementerian Kelautan dan Perikanan Rina dan pejabat Unit Pelaksana Teknis (UPT) BKIPM se-Indonesia, serta ratusan penjual ikan cupang aduan serta pengusaha ikan hias lainnya.
Pada kesempatan itu Dedie Rachim menyampaikan, bahwa Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki sentra produksi budidaya ikan hias yang cukup besar. Saat ini, kata dia, tercatat, ada kurang lebih 8-16 perusahaan aktif di industri perikanan yang memang perlu diberikan perhatian oleh pemerintah.
“Bogor termasuk salah satu kota yang memiliki sentra produsen ikan hias yang cukup besar. Yang perlu diperhatikan, seperti pengusaha bogor mau kirim ikan ke luar daerah atau luar negeri misalnya, tentu harus melalui berbagai tahapan dan prosedur yang cukup banyak. Mudah-mudahan, dengan diluncurkannya Mobile Quarantine Services ini bisa mempersingkat birokrasi dan kemudian menurunkan tingkat biaya yang harus dikeluarkan oleh para pengusaha ikan hias ini,” ungkap Dedie.
Sebelumnya, dalam sambutannya Menteri Kelautan dan Perikanan RI Edhy Prabowo mengatakan, ia menyambut baik diluncurkannya inovasi layanan berbasis android mengenai informasi bisnis perikanan dan proses sertifikasi karantina ikan bagi masyarakat, khususnya para pelaku usaha dibidang perikanan. Edhy menyebut, Bogor merupakan daerah permulaan diterapkannya layanan Jesika Mobile.
“Kita disini dalam rangka jemput bola, bagaimana KKP melalui BKIPM bisa memberi pelayan secepatnya kepada masyarakat, khususnya pembudidaya ikan hias. Ide ini dimulai dari Bandung dan terus akan kita kembangkan. Di Bogor merupakan daerah permulaan. Jika berhasil, nanti akan kita kembangkan ke seluruh daerah di Indonesia,” ujar Edhy.
Sementara itu, Kepala BKIPM Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rina menambahkan, penamaan ‘Jesika Imut Pisan’ terdengar sangat akrab dengan keseharian masyarakat Jawa Barat, khususnya Sunda. Hal itu dikarenakan inovasi ini pertama kali diterapkan di Jawa Barat yang telah menyumbangkan 5,66 persen ekspor ikan nasional atau senilai USD 255,31 juta.
“Dengan nama tersebut diharapkan pengguna inovasi lebih tertarik dan ingin tahu isi di dalam inovasi yang dibangun. Sejatinya, tuntutan masyarakat perikanan di era digital saat ini merupakan sebuah keharusan untuk mendapatkan layanan yang efektif dan efisien,” ungkapnya.
Seiring tuntutan perkembangan zaman, Rina, sistem layanan konvensional harus beralih ke digital mengingat koneksi internet sudah masuk ke pedesaan. Inovasi ini memudahkan permohonan sertifikasi kesehatan ikan kepada masyarakat yang melakukan pengiriman ikan dengan menggunakan gadget berbasis android sehingga tidak perlu melakukan permohonan ke kantor layanan.
“Dari segi waktu dan tenaga, masyarakat lebih diuntungkan dengan inovasi Jesika Imut Pisan ini. Aplikasi ini juga difasilitasi dengan konten seperti simulasi tarif dan jasa karantina agar dapat disimulasikan secara mandiri oleh pengguna jasa sebelum melakukan pengiriman ikan,” tegasnya. (prokopim :teddy/ryan/pri)