BOGORDAILY – Pemerintah Pusat saat ini sedang gencar-gencarnya bekerja lebih keras untuk melakukan penurunan Stunging (anak kerdil) di Indonesia. Hal itupun disambut baik juga oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor.
Kepala Seksi Pembinaan dan Pelayanan Gizi Dinas Kesehatan Kota Bogor, Ida Jubaedah, mengatakan, dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Bogor telah berupaya terus dalam melakukan penurunan Stunting di Kota Hujan itu.
“Kita sudah menurun tahun 2019 menjadi 3.757 ribu, dibanding tahun 2018 Stunting di Kota Bogor berjumlah 4.050. Artinya semua itu sudah menurun,” katanya kepada Bogordaily.net, Jumat (14/2/2020).
Pihaknya saat ini lanjut Ida sapaan akrabnya, fokus kepada pencegahan dibandingkan penanganan. Karena, Dinas Kesehatan Kota Bogor sendiri sudah mengetahui cara penjaringan setiap tahunnya.
“Salah satu faktor Stunting juga ada dalam penyakit Anemia dan Kek (Kurang Energi Kronis), bisa dilihat lingkaran tangannya jika dibawah 25 itu sudah terjangkit penyakit Kek atau kurus, dan hampir semuanya itu remaja,” ucapnya.
Karena, hasil pemantauan atau penjaringan di Kota Bogor hampir mayoritas mengalami penyakit Anemia, hal ini tentunya menjadi perhatian Dinkes Kota Bogor, bagaimana caranya remaja di Kota Hujan itu lepas dari Anemia.
“Kita kasih penyuluhan sosialisasi pedoman makan seimbang, bergizi yang halal dan baik supaya yang anak-anak di sekolah itu tidak Anemia. Banyak program di Kota Bogor sudah dilakukan oleh dinas baik di Dinkes, Disdik dan dinas lain untuk penanganan Stunting,” ungkapnya.
Isi piring ku juga menjadi salah satu program dalam mencegah adanya penyakit anemia. Pihak Dinas Pendidikan dan Dinkes juga mewajibkan kepada sekolah-sekolah yang ada di Kota Bogor untuk membiasakan siswanya membawa makanan dari rumah.
“Dengan catatan mengandung zat gizi sesuai dengan isi piringku, setengahnya dibagi dua pertiga, Makanan pokok satu per tiga, makanan pokok satu pertiganya, dan lagi sayur, dan buah buahan,” akunya.
Tujuannya adalah menurunkan angka Anime. Dan jika warga Kota bogor terlepas dari penyakit anemia maka otomatis anak dalam kandungannya nanti ketika hamil bisa normal dan sehat. Tapi, jika dari salah satu pasangan itu mengidap penyakit Anemia maka akan tidak sehat juga.
“Indikasinya Anemia itu dari mulai remaja perempuan dari menstruasi karena kan sel selnya keluar. Dan harus diganti zat gizi yang baik. Dari mulai 10 sampai 18 tahun. Kalau anak sudah menstruasi harus waspada. Nah dikala kita tahu akar permasalahan nya di remaja dan ibu hamil dan calon pengantin, dan nanti akan lahir anak sebagai generasi penerus, akan lahir Stunting atau tidak kita ambil akar permasalahannya ini. Bukan berarti yang kita biarkan yang Stunting tapi kita tembak dulu melalui program UKS,” akunya lagi.
Ia menambahkan, Stunting saat ini sudah menjadi perhatian serius dari Pemerintah Pusat. Artinya ini juga menjadi akar permasalahan terbesar di Indonesia, khususnya di Kota Bogor.
“Ini kan sudah menjadi perhatian pemerintah pusat, jadi memang kasus Stunting itu sangat bahaya. Kalau gizi buruk kasih makan selesai 90 hari dengan gizi baik dia akan berubah, tapi kalau Stunting tiba-tiba jangkung dibatek kan tidak mungkin,” tukasnya. (Andi)