BOGORDAILY – Pemerintah memutuskan Kabupaten Natuna sebagai tempat karantina WNI yang dievakuasi dari Wuhan, China, lokasi awal munculnya wabah virus Corona. Namun, warga Natuna menolak keputusan tersebut.
Eni Sayaroh, warga Natuna, salah satu yang keberatan. Menurutnya, pemerintah secara mendadak memutuskan Natuna sebagai lokasi karantina. Keputusan ini bahkan berujung demonstrasi.
“Otomatis kan masyarakat terkejut dan ibaratnya (takut) dengan virus Corona sendiri ya,” kata Eni, Jakarta, Minggu (2/1).
Warga Sungai Hulu, Bunguran Timur, Kabupaten Natuna itu menganggap apa yang dikatakan pemerintah ihwal kondisi penampungan karantina juga mengada-ada. Pasalnya pemerintah mengatakan bahwa lokasi itu jauh dari pemukiman warga. Padahal kenyataannya hanya berjarak sekitar satu kilometer saja.
“Padahal kita itu jaraknya, mas bisa dicek di Google Map ya. Itu kita sekitar satu kilometer dari penduduk ke tempat (karantina),” ucap dia.
Belum lagi kemp karantina di sana juga hanya sebuah hanggar pesawat yang diberikan tenda-tenda.
Warga, menurut Eni, juga merasa kecewa karena pemerintah mengatakan pemilihan Natuna sebagai tempat karantina didasarkan pada meminimalisir sebaran virus mematikan tersebut. Padahal menurut dia, warga Natuna juga manusia yang perlu dilindungi.
“Bahkan kami di sini pendidikan diliburkan selama dua pekan ke depan. Otomatis kan proses belajar mengajar terhenti,” jelas dia.
Di samping itu, aktivis seperti Posyandu baik untuk balita maupun lansia diliburkan.
Warga juga heran kenapa seakan-akan warga Natuna dikorbankan. Pasalnya di Natuna fasilitas kesehatan, termasuk karantina jauh tertinggal dibandingkan Jakarta atau Jawa pada umumnya.
Dia mengkhawatirkan akan kurang memadainya fasilitas dimaksud bisa membuat virus yang mematikan itu keluar ke sekitar wilayahnya. Terlebih lagi, kata Eni persediaan masker di tempatnya susah ditemukan.
“Kami saja di apotek-apotek masker tidak ada. Dari pemerintah ada, tapi mereka kan sedikit. Satu orang belum tentu mendapatkan,” jelasnya.
Eni pun menceritakan, mayoritas warga di sana menolak kemp karantina tersebut. Hal itu ditunjukkan dengan aksi demonstrasi sejak Sabtu, 1 Februari hingga Minggu tadi, 2 Februari 2020.
“Jadi Sabtu kan dari rapat dengan anggota dewan (setempat) bersama-sama ke bandara,” ungkap dia.