BOGOR DAILY – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, Sri Nowo Retno, meminta, masyarakat Kota Bogor jangan terfokus kepada isu yang beredar mengenai mewabahnya virus korona atau Convid-19 saja. Akan tetapi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) juga harus diperhatikan.
ADVERTISEMENT
“Virus DBD jangan sampai tertutup dengan isu Virus Covid-19. Karena, DBD lebih berbahaya, untuk itu dirinya secara tegas agar gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kebersihan lingkungan kembali dilaksanakan dan ditingkatkan lagi karena itu hal yang utama,” katanya kepada Bogordaily.net. Rabu (11/3/2020).
Pihaknya juga saat ini sudah melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan kebersihan lingkungan di tingkat kelurahan, kecamatan dan Puskesmas untuk memutus mata rantai agar tidak mewabah.
“Kota Bogor sendiri hampir setiap tahun masuk daerah endemis DBD. Berkaca dari tahun 2019, ada dua wilayah yaitu Bogor Barat dan Bogor Selatan,” ungkapnya.
Untuk edukasi, lanjut ibu cantik yang mengenakan kacamata itu, DBD disebabkan virus yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Gejala awalnya panas hampir sama dengan yang lain, tidak khas.
Untuk hari pertama di cek laboratorium masih normal. Yang penting sambung Retno adalah terapi cairan. Ketika tiga hari panas tidak turun, disarankan untuk periksa laboratorium dengan melihat trombositnya karena itu yang paling bahaya.
Memasuki hari ke-4 dan ke-5 adalah masa kritis DBD, biasanya trombosit drop dan disertai pendarahan yang tidak khas, tidak harus mimisan bahkan bisa pendarahan di dalam. Jika sudah kondisi seperti itu ditambah asupan cairan yang kurang akan menyebabkan DSS. Umumnya orang tua membawa pasien DBD ke rumah sakit dalam keadaan DSS.
“Jika sudah DSS, biasanya sulit untuk tertolong. Panas di awal sakit berdasarkan diagnosa pembanding hampir sama, jadi pada hari pertama hasilnya masih normal dan belum terdeteksi, umumnya jika panas sudah memasuki hari ketiga, disarankan harus periksa laboratorium,” tukasnya.(Andi)