BOGORDAILY- Bank Dunia mengucurkan paket bantuan sebesar US$ 12 miliar (Rp 170 triliun) pada Selasa (3/3/2020). Nantinya kucuran ini akan menyediakan dana jalur cepat untuk memerangi virus corona di 77 negara.
“Tujuannya adalah untuk menyediakan tindakan cepat, efektif yang menanggapi kebutuhan negara,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass, dikutip dari AFP.
Malpass mengatakan sangat penting untuk “menanggung beban tambahan pada negara-negara miskin” yang tidak memiliki perlengkapan untuk mencegah penyebaran penyakit COVID-19 yang memiliki virus SARS-CoV-2 ini.
Dana yang beberapa di antaranya ditargetkan untuk negara-negara termiskin di dunia, dapat digunakan untuk peralatan medis atau pelayanan kesehatan. Dalam sebuah pernyataan terpisah, bank mengatakan dana ini juga akan mencakup keahlian dan saran kebijakan.
Setidaknya sebanyak US$ 8 miliar (Rp 113 triliun), menurut Malpass, akan diberikan ke negara-negara yang meminta bantuan. Bank sudah melakukan kontak dengan banyak negara anggota, namun belum diketahui negara mana yang akan menjadi pertama menerima bantuan.
“Intinya adalah bergerak cepat. Kecepatan diperlukan untuk menyelamatkan nyawa. Kami ingin memanfaatkan sebaik-baiknya sumber daya Bank Dunia yang luas dan keahlian global serta pengetahuan historis tentang krisis,” tukasnya, mengutip pendanaan krisis serupa untuk memerangi wabah Ebola dan Zika dalam beberapa tahun terakhir.
Virus yang berasal dari Wuhan, provinsi Hubei di China sejak Desember 2019 ini sudah menjalar ke 77 negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan data arcGis by John Hopkins CSSE pada Rabu (4/3/2020) pukul 6:30 WIB, hingga kini sudah ada 92.821 kasus terkonfirmasi, dengan kasus kematian sebanyak 3.160, serta berhasil sembuh sebanyak 48.226 kasus.
Bank Sentral Pangkas Suku Bunga
Sementara itu, Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserves/The Fed merespon meningkatnya risiko ekonomi yang ditimbulkan oleh virus corona dengan menurunkan suku bunga darurat untuk meningkatkan kepercayaan pada Selasa (3/3/2020).
Namun dampak langsung tampaknya berlawanan dengan apa yang dimaksudkan. Nyatanya investor melarikan diri ke aset yang aman, mengirimkan Treasury 10-tahun ke level terendah yang pernah ada, sementara saham kehilangan sebagian besar tanah pulih sejak Senin lalu.
Peristiwa itu terjadi setelah Presiden AS Donald Trump tidak puas dengan stimulus yang diberikan dan meminta lebih banyak lagi.
Dalam keputusan bulat, Federal Funds Rate langsung memotong 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%. Kali terakhir The Fed menurunkan suku bunga acuan lebih dari 25 bps dalam sekali rapat adalah pada 2008, kala AS tengah dilanda krisis ekonomi.
Langkah ini merupakan langkah besar yang sangat tidak biasa, sebab dilakukan 15 hari sebelum pertemuan kebijakan terkait kekhawatiran atas virus corona yang menyebar ke pelbagai negara.
“Rekan-rekan saya dan saya mengambil tindakan ini untuk membantu ekonomi AS tetap kuat dalam menghadapi risiko baru terhadap prospek ekonomi,” kata Ketua Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, dikutip dari AFP.
Tentu para ekonom khawatir dengan langkah agresif yang dilakukan ini, sebab hal ini bukan menenangkan, melainkan malah bisa meresahkan investor di seluruh dunia jika mereka melihatnya sebagai tanda bank sentral AS mengharapkan resesi.
Rata-rata Dow Jones Industrial kehilangan hampir tiga persen, atau 800 poin, mengikis sebagian besar tanah pulih pada hari Senin lalu. Sementara hasil pada obligasi Treasury 10-tahun turun di bawah 1,0 persen untuk pertama kalinya.
Sementara Powell mengatakan ekonomi AS tetap kokoh dengan pasar tenaga kerja yang kuat mendukung pengeluaran rumah tangga, penyebaran virus yang lebih luas mengganggu aktivitas ekonomi dan “risiko terhadap pandangan AS telah berubah secara material.”
Ketua The Fed mengatakan terlalu dini untuk mengetahui seberapa parah dampaknya, dan mengakui bahwa memangkas suku bunga tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki rantai pasokan yang rusak.
“Kami yakin tindakan kami akan memberikan dorongan berarti bagi perekonomian dan akan membantu meningkatkan kepercayaan rumah tangga dan bisnis,” ujar Powell.
Namun, sebagian besar ekonomi maju dunia: Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat – memiliki suku bunga yang sangat rendah atau negatif, sehingga The Fed mungkin berada di posisi terbaik untuk bergerak.
Tetapi kebijakan moneter membutuhkan setidaknya enam bulan untuk memiliki dampak pada ekonomi riil, di mana epidemi mungkin telah berlalu.
“Jelas disepakati bahwa bank sentral, paling tidak, akan memimpin dalam pemotongan suku bunga: Australia memotong hari ini, Malaysia memotong hari ini, Selandia Baru dan Indonesia kemarin, Bank Jepang telah mengirim beberapa tanda yang menggembirakan di luar sana,” Karl Haeling dari LBBW.
Bank Kanada mengadakan pertemuan kebijakan Rabu, diikuti oleh Bank Sentral Eropa pada 12 Maret, dan Bank Jepang pada 18 Maret.
Tetapi Peter Cardillo dari Spartan Capital Securities memperingatkan bahwa langkah Fed “mengirim pesan yang salah ke pasar”. Sedangkan ekonom Joel Naroff blunter mengatakan, “Mereka panik dan menyia-nyiakan sebagian besar sisa amunisi mereka yang berharga.” (cnbc)