Tuesday, 23 April 2024
HomeBeritaAlasan Kenapa Bayi hingga Anak-anak Bisa Terinfeksi Virus Korona?? Cek di Sini!

Alasan Kenapa Bayi hingga Anak-anak Bisa Terinfeksi Virus Korona?? Cek di Sini!

BOGORDAILY.net – Kenapa anak-anak hingga bayi bisa terpapar virus korona bahkan hingga positif.

Bukti-bukti sejauh ini menunjukkan bahwa anak-anak tidak rentan terhadap virus corona, namun demikian mereka masih bisa terpapar. Mengapa virus ini tampaknya memiliki dampak berbeda terhadap anak-anak ketimbang orang dewasa?

Perdebatan muncul atas kredibilitas cuitan pengusaha muda Elon Musk yang menunjukkan bahwa anak-anak “pada dasarnya kebal” terhadap virus corona.

Sejauh ini, narasinya adalah bahwa sementara virus corona dapat menyebabkan penyakit parah, atau bahkan fatal, pada orang dewasa, namun dampaknya terhadap anak-anak bisa jadi lain.

Namun demikian, ada beberapa laporan tentang anak-anak yang terkena dampak serius dari virus ini.

Bolehkah kita membiarkan anak bermain dengan teman-temannya di saat pandemi?
Seberapa besar kemungkinan anak-anak terkena Covid-19?

Fakta ini, bersama dengan penutupan sekolah yang dilaksanakan minggu lalu di banyak negara di seluruh dunia dan penerapan upaya jaga jarak sosial yang ketat, telah membuat banyak orang tua khawatir tetang efeknya pada anak-anak mereka.

Dapatkan anak-anak terinfeksi virus corona?

Ya, sama halnya orang dewasa, anak-anak yang terekspos virus ini bisa terinfeksi dan mengalami gejala-gejala Covid-19.

“Pada awal mula pandemi, diperkirakan anak-anak tidak akan terinfeksi oleh virus corona, namun kini jelas bahwa beberapa anak terinfeksi virus ini, sama seperti orang-orang dewasa,” jelas Andrew Pollard, profesor infeksi dan imunitas anak di Universitas Oxford, Inggris.

“Hanya saja, ketika mereka terinfeksi, mereka mengalami gejala yang jauh lebih ringan.”

Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China melaporkan bahwa anak-anak di bawah 19 tahun, merupakan 2% dari 72.314 kasus Covid-19 yang dicatat pada 20 Februari silam .

Sementara, sebuah penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan terhadap 508 pasien , melaporkan tidak ada kasus kematian di antara anak-anak. Anak-anak hanya mencakup kurang dari 1% pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

“Bisa jadi virus tersebut telah mempengaruhi orang dewasa pada saat ini karena telah terjadi penularan di tempat kerja dan penularan selama mereka dalam perjalanan,” kata Sanjay Patel, seorang konsultan penyakit menular anak di Southampton Children’s Hospital.

“Sekarang orang dewasa menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak-anak mereka, kita mungkin melihat peningkatan infeksi pada anak-anak, tetapi mungkin juga tidak.”

Seluruh tren global tampaknya menunjukkan bahwa anak-anak lebih aman dari infeksi virus corona ketimbang orang dewasa, terutama orang lanjut usia, namun sangat mungkin data ini mengalami bias karena di beberapa negara, pengujian hanya dilakukan terhadap mereka yang dirawat di rumah sakit dengan gejala Covid-19 yang parah, sangat sedikit di antaranya adalah anak-anak.

“Jelas, lebih banyak anak yang terinfeksi dari pada yang kita duga,” kata Patel.

“Kita tidak menguji setiap anak di negara ini.”

Bagaimana coronavirus memengaruhi anak-anak secara berbeda ketimbang orang dewasa?

“Ini adalah pengamatan yang luar biasa, dalam literatur global yang kita miliki tentang virus corona, bahwa bahkan anak-anak dengan kondisi medis yang sangat serius, yang menggunakan terapi imunosupresif atau pada perawatan kanker, jauh lebih sedikit terdampak daripada orang dewasa, terutama orang dewasa yang lebih tua,” kata Andrew Pollard, kepala Oxford Vaccine Group, yang para penelitinya baru-baru ini mengidentifikasi kandidat vaksin untuk Covid-19.

Secara umum, anak-anak dengan Covid-19 mengalami gejala yang lebih ringan dari pada orang dewasa.

Tetapi seorang gadis berusia 12 tahun dari Belgia dan seorang bocah lelaki berusia 13 tahun dari London, Inggris, telah meninggal dalam beberapa hari terakhir, menjadikan mereka korban termuda di Eropa.

Seorang anak berusia 14 tahun di Cina juga dilaporkan meninggal setelah terinfeksi virus.

Data dari penelitian tentang dampak Covid-19 di China terhadap anak mengonfirmasi bahwa setengah dari mereka yang terinfeksi menunjukkan gejala demam, batuk, radang tenggorokan, pilek, badan pegal-pegal dan bersin yang ringan.

Seluruh sekolah di seluruh dunia kini diliburkan dan disemprot desinfektan untuk mencegah penyebaran virus corona
Sementara, sepertiga dari mereka menunjukkan tanda-tanda pneumonia, dengan demam dan batuk serta pilek, namun tanpa gejala sesak napas seperti gejala-gejala pada kasus Covid-19 serius.

Graham Roberts, konsultan dokter anak di Universitas Southampton menjelaskan: “Anak-anak dengan Covid-19 kebanyakan terdampak di saluran pernapasan atas mereka (hidung, mulut dan tenggorokan) sehingga mereka tampak seperti mengalami demam saja.”

“Berbeda dengan ketika virus berhasil mengakses saluran pernapasan bawah, seperti paru-paru, dan menunjukkan gejala seperti pneumonia dan gejala penyakit mematikan Sars yang kita lihat pada orang dewasa,” tambahnya kemudian.

Proporsi anak-anak yang terjangkit Covid-19 yang parah atau kritis dengan sesak napas, sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), dan syok jauh lebih rendah (6%) dibandingkan di antara orang dewasa di Cina (19%) – terutama orang lanjut usia dengan penyakit kardiovaskular atau pernapasan yang kronis.

Sebagian kecil anak-anak (1%) tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi sama sekali, meskipun terinfeksi virus. Sebagai perbandingan, hanya 1% dari orang dewasa yang terinfeksi tanpa gejala.

“Pertanyaan besarnya adalah apakah mayoritas anak yang terinfeksi hanya memiliki gejala yang sangat ringan, atau apakah anak-anak sebenarnya tidak terinfeksi virus, tentu tidak sebanyak orang dewasa,” kata Patel.

Mengapa kondisi anak-anak yang terinfeksi virus corona lebih baik daripada orang dewasa?

“Virus ini sangat baru sehingga kita tidak benar-benar tahu [tentangnya]”, kata Roberts, yang juga direktur Pusat Penelitian Asma dan Alergi David Hide, di Newport, Inggris.

“Salah satu alasan yang mungkin adalah bahwa virus membutuhkan protein pada permukaan sel (reseptor) untuk masuk ke bagian dalam sel dan mulai menyebabkan masalah,” katanya.

“Virus corona tampaknya menggunakan reseptor Angiotensin converting enzyme II (ACE-2) untuk tujuan ini. Mungkin saja anak-anak memiliki lebih sedikit reseptor ACE-2 di saluran udara bawah mereka (paru-paru) daripada di saluran udara atas mereka, itulah sebabnya saluran udara bagian atas mereka (hidung, mulut dan tenggorokan) yang paling terpengaruh. ”

Ini mungkin menjelaskan mengapa anak-anak yang terinfeksi virus corona lebih menunjukkan gejala demam, ketimbang gejala pneumonia atau gejala SARS seperti yang dialami oleh orang dewasa.

Afinitas virus corona untuk reseptor ACE-2 ditunjukkan dalam garis sel dan dalam model tikus dalam studi laboratorium pada awal 2003 , dan dalam studi genom virus corona baru RsSHC014 dan Rs3367 (terkait, tetapi tidak identik, dengan virus corona SARS) yang diisolasi dari kelelawar tapal kuda Cina pada tahun 2013.

Pollard mengatakan mungkin ada penjelasan lain.

“Bukan karena anak-anak tidak terinfeksi, tetapi sesuatu berubah seiring bertambahnya usia seseorang yang membuatnya lebih mungkin terinfeksi.”

Dia meletakkan ini ke penuaan sistem kekebalan tubuh (imunosenesensi), yang membuat tubuh kurang mampu melawan infeksi baru.

“Namun, kami tidak melihat kekebalan terhadap orang dewasa muda, dan sangat jelas bahwa bahkan orang dewasa muda memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit parah daripada anak-anak sehingga mungkin bukan seluruh jawaban,” tambah Pollard.

Ada banyak cara yang mampu menunjukkan sistem kekebalan anak berbeda dari orang dewasa, paling tidak karena sistem kekebalan anak masih berproses: anak-anak, terutama yang berada di penitipan anak atau sekolah, terekspos oleh infeksi pernapasan baru dan ini mungkin menyebabkan mereka memiliki tingkat antibodi yang tinggi terhadap virus ketimbang orang dewasa.

“Anak-anak tampaknya memiliki respons yang lebih intens (terhadap infeksi viral) ketimbang orang dewasa, seperti demam tinggi yang Anda jarang lihat pada orang dewasa,” uja Roberts.

“Sangat mungkin bahwa sistem kekebalan tubuh anak mampu lebih baik mengontrol virus, melokalisirnya pada saluran pernapasan atas tanpa menyebabkan masalah-masalah lain dan membunuh virus.”

“Bisa jadi anak-anak yang sebelumnya terinfeksi oleh empat tipe virus corona yang lain telah mengalami perlindungan silang dari infeksi sebelumnya,” tambah Patel.

Selain itu, penulis studi kasus-kasus Covid-19 di China menunjukkan bahwa anak-anak memiliki lebih sedikit mengalami penyakit kardiovaskular dan pernapasan kronis.

Mereka lebih tahan terhadap infeksi virus corona ketimbang orang dewasa lanjut usia.

“Sangat sedikit anak-anak yang mengalami infeksi Covid-19 yang parah,” kata Pollard.

“Itu memang menunjukkan bahwa ada sesuatu yang secara fundamental berbeda tentang cara mereka menangani virus.”

Ada alasan ketiga mengapa anak-anak tampaknya tidak mengalami gejala Covid-19 yang parah.

Para orang dewasa yang sakit kritis, respons kekebalan tubuh yang terlalu bersemangat, disebut sebagai badai sitokin, tampaknya lebih merugikan ketimbang menguntungkan, menyebabkan kegagalan multi-organ.

Anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang belum matang, tampaknya kurang mampu merespons infeksi virus dengan badai sitokin .

Sementara hipotesis ini belum bisa dibuktikan dalam hal Covid-19, penelitian tentang respons imun pada anak-anak selama wabah SARS pada 2013 membuktikan bahwa, tidak seperti orang dewasa, anak-anak tidak memasang respons sitokin yang terlalu tinggi.

Dapatkah anak-anak dengan penyakit ringan menularkan virus corona kepada orang lain?
Ya, mereka bisa.

“Ini masalah besar,” kata Roberts.

“Banyak yang berpikir bahwa anak-anak berisiko rendah dan kami tidak perlu khawatir tentang mereka, dan ya, itu berlaku untuk anak-anak yang tidak memiliki kondisi medis kronis seperti imunodefisiensi.

Apa yang dilupakan orang adalah bahwa anak-anak mungkin menjadi salah satu rute utama dimana infeksi ini akan menyebar ke seluruh masyarakat.

Virus corona ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang yang tidak terinfeksi melalui kontak langsung dengan tetesan pernapasan orang yang terinfeksi (dihasilkan melalui batuk dan bersin), dan sentuhan dengan permukaan yang terinfeksi virus.

Ini berarti bahwa anak-anak yang terinfeksi virus corona, dengan penyakit sangat ringan atau tanpa penyakit, dapat menularkan infeksi tersebut kepada orang lain, terutama anggota keluarga dan kerabat lanjut usia.

“Anak-anak dengan penyakit yang sangat ringan mungkin akan menjadi salah satu kontributor utama penyebaran virus ke seluruh populasi,” kata Roberts.

“Inilah sebabnya mengapa penutupan sekolah sangat penting untuk mengurangi tingkat penyebaran pandemi di Inggris.”

Pernahkah kita melihat pola yang sama, dengan virus lain, di mana anak-anak mengalami penyakit yang lebih ringan daripada orang dewasa tapi merupakan penyebar infeksi yang penting?
Ya, influenza adalah salah satu virus yang biasa kita kenal.

“Influenza pada anak seringkali hanya berupa pilek, namun pada populasi yang lebih tua dapat menyebabkan rawat inap, perawatan intensif, atau dapat berakibat fatal,” kata Roberts.

Dia menekankan satu pesan penting: “Beberapa tahun yang lalu pemerintah (di Inggris) melakukan vaksinasi flu untuk anak-anak. Itu tidak hanya untuk melindungi anak-anak, itu adalah untuk menghentikan anak-anak supaya tidak menularkan influenza ke ke kerabat lansia mereka yang bisa jauh lebih terkena dampaknya.”

Prinsip ini masih berlaku untuk virus corona. Risiko infeksi Covid-19 terhadap anak-anak sangat rendah, namun risiko mereka menularkannya ke orang dewasa yang rentan atau saudara yang sakit sangat tinggi.

Contoh lain adalah virus flu babi (H1N1) yang bertanggungjawab atas pandemi flu tahun 2009 dan 2010.

“Infeksi H1N1 secara istimewa berdampak jauh lebih buruk pada perempuan hamil dan orang tua, dengan beberapa anak mengalami gejala tapi jauh lebih ringan daripada orang dewasa,” kata Patel.

Apakah Covid-19 mempengaruhi anak-anak dari berbagai usia secara berbeda?
Tampaknya begitu.

Data China menunjukkan bahwa anak-anak kecil, terutama bayi, lebih rentan terhadap Covid-19 dari pada kelompok usia lainnya.

Sementara penyakit parah atau kritis dilaporkan pada satu dari 10 bayi, angka ini menurun secara dramatis ketika anak-anak tumbuh lebih besar.

Sehingga, anak-anak berusia lima tahun atau lebih, hanya tiga atau empat dari 100 mengembangkan penyakit parah atau kritis.

“Ada kecenderungan untuk anak-anak prasekolah,” kata Roberts.

“Mereka memiliki saluran pernapasan kecil, dan mereka kurang kuat dibandingkan anak yang lebih tua dalam melawan infeksi. Mereka juga lebih mungkin dirawat di rumah sakit karena mereka masih sangat muda. ”

Bagaimana dengan remaja?
“Pada tahap tertentu anak-anak berubah menjadi orang dewasa,” kata Roberts.

“Pada remaja, kita melihat proses sistem kekebalan tubuh menjadi pola yang lebih dewasa, yang mungkin kurang efektif dalam mengendalikan virus ini. Penting untuk diingat, bahwa kita tahu sedikit tentang virus ini, kita benar-benar berspekulasi dalam hal mencoba memahami mengapa kita melihat epidemiologi yang kita pahami.”

Dalam penelitian China, tidak ada kematian yang dilaporkan terjadi pada anak-anak berusia sembilan tahun dan lebih muda, sedangkan satu-satunya kematian pada anak di bawah 19 tahun terjadi pada anak berusia 14 tahun.

Pada 23 Maret, Inggris juga melaporkan kematian terkait Covid-19 pada seorang anak berusia 18 tahun dengan kondisi kesehatan tertentu, sebelum seorang anak berusia 13 tahun dilaporkan meninggal pada 1 April di London.

Bisakah Covid-19 memengaruhi bayi baru lahir?
Ya.

Sementara pandemi masih berlangsung di banyak bagian dunia, setidaknya ada dua kasus infeksi yang dikonfirmasi pada bayi baru lahir – satu di Wuhan, Cina dan satu di London di Inggris.

Belum diketahui apakah bayi-bayi ini tertular infeksi di dalam rahim, atau setelah dilahirkan. Dalam kedua kasus, ibu mereka dinyatakan positif virus.

Apa yang kita ketahui tentang bagaimana virus corona mempengaruhi bayi di dalam rahim?

Tidak banyak.

Sementara virus corona yang bertanggung jawab atas sindrom pernapasan akut (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dapat memengaruhi perempuan hamil dan bayinya, menyebabkan keguguran, kelahiran prematur, dan pertumbuhan bayi yang buruk, pola yang sama belum dilaporkan terjadi pada ibu dengan Covid-19.

Namun, temuan ini didasarkan pada dua studi kecil dan pedoman nasional tentang risiko Covid-19 pada kehamilan, ibu dan bayi terus diperbarui.

Namun demikian, Kesehatan Masyarakat Inggris menyarankan bahwa perempuan hamil berpotensi memiliki risiko tinggi terinfeksi virus corona dan merekomendasikan agar mereka secara ketat mematuhi langkah-langkah jarak sosial selama 12 pekan.

Bagaimana keluarga dapat melindungi anak-anak dari infeksi virus corona?
Mencuci tangan dengan baik, menjaga jarak sosial, menyemprot permukaan dan benda-benda yang mungkin mengandung kuman dengan disinfektan, adalah landasan untuk membatasi penyebaran virus.

Praktik “tangkap, buang, bunuh” sama pentingnya dengan mengurangi penyebaran Covid-19 sebagai flu.

“Lakukan dasar-dasarnya dengan benar,” kata Patel.

“Jika Anda berada di area umum, jika Anda menyentuh sesuatu, jangan menyentuh wajah Anda sebelum mencuci tangan dengan baik.”

Situs web NHS berisi informasi tentang tindakan yang dapat diambil keluarga untuk melindungi diri mereka dari Covid-19 .

UNICEF membuat panduan bagi orang tua tentang cara melindungi anak-anak mereka dari infeksi virus corona .

Bisakah keluarga melindungi lansia dan kerabat yang rentan agar tidak terinfeksi oleh anak-anak?
Ya, tapi itu tidak mudah.

Dari tiga tindakan – mencuci tangan dengan baik, menjaga jarak sosial dan mendesinfeksi permukaan dan objek – menjaga jarak adalah satu-satunya metode yang gagal untuk melindungi lansia dan kerabat yang rentan agar tidak terinfeksi, baik oleh anak-anak atau oleh orang lain.

“Melihat interaksi keluarga pada hari ibu, saya melihat banyak keluarga dengan kakek nenek, orang tua dan anak-anak bersama-sama,” kata Patel.

“Saya pikir itu benar-benar mengerikan – data sangat jelas tentang risiko tinggi untuk penyakit parah pada orang tua, terutama mereka yang memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya. Jauhkan anak-anak dari kakek-nenek adalah hal yang tepat untuk dilakukan – mengapa mengambil risiko.”

Pemisahan anak-anak yang tampaknya sehat dari kerabat lanjut usia mungkin tampaknya merupakan tindakan yang tidak perlu, namun penting untuk diingat bahwa sementara sebagian besar anak yang terinfeksi virus corona hanya menunjukkan tanda-tanda penyakit ringan, atau tidak ada tanda sama sekali, mereka masih dapat menularkan virus ke orang lain.

Membatasi penyebaran virus corona dan mengatasi pandemi Covid-19 akan sangat tergantung pada keberhasilan perubahan sosial dan perilaku, seperti pada pengobatan modern dan kemajuan ilmiah.

Mengapa penting untuk berbicara dengan anak-anak tentang Covid-19?
“Dengan begitu banyak narasi tentang Covid-19 yang terjadi di tingkat masyarakat, satu hal yang benar-benar perlu orang tua lakukan adalah meyakinkan anak-anak mereka bahwa anak-anak tidak akan mati karena Covid-19.”

“Sangat penting bagi kami untuk mengeluarkan pesan ini, “kata Patel.

“Kami tahu, sebagai dokter anak, bahwa anak-anak takut akan yang terburuk, tetapi mereka tidak sering mengartikulasikan hal itu bersama kami.”

Pollard setuju. Dia menyarankan agar orang tua meyakinkan anak-anak mereka bahwa “di hampir semua kondisi, anak-anak aman dari penyakit Covid-19 yang parah”.

“Anak-anak dan remaja khawatir dengan keluarga mereka,” kata Linnea Karlsson, seorang profesor dan psikiater anak di Universitas Turku, Finlandia.

“Kita perlu menjelaskan kepada anak-anak dan remaja bahwa ini adalah keadaan luar biasa, dan bahwa kita tidak akan meminta mereka untuk membuat pengecualian pada rutinitas normal mereka jika tidak.

“Kita perlu menjelaskan kepada mereka bahwa dalam situasi seperti ini kita perlu berpikir untuk merawat semua orang, bukan hanya diri kita sendiri dan keluarga kita,” ujarnya. (*/bdn)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here